Libra menghela nafasnya pelan. Memainkan bibir mungilnya yang menawan membuat Selena tidak bisa berpaling dari wajah tampan Libra.
Entah bisa menjadi pertanda baik atau tidak ketika Libra harus satu kelompok dengan Selena, Kiran, dan juga Astra. Libra merasa jika Kiran dan Selena tidak akan bisa akur melihat apa yang terjadi pagi tadi di koridor.
Sedangkan Astra, pemuda itu terlihat kelewat santai. Wajahnya yang manis dengan lesung pipi yang menawan adalah asetnya yang berharga untuk memikat para gadis.
Libra kira Astra bisa menjadi model dengan wajah seperti itu.
"Ada dua cewek cakep dan elo liatin gue? Gak homo kan lo?" celetukan Astra membuat Libra reflek mengumpat dengan suara kecil.
Selena mengangkat alis lalu tersenyum kecil. Sepertinya Selena benar-benar gila, dia menganggap cara mengumpat Libra sangat sexy.
"Langsung bagi tugas aja gimana?" saran Kiran yang tidak tahan dengan kerja timnya yang hanya diam.
"Bukankah harus ada leader?"
Semua mata memandang Selena. Tetapi tangan mungil gadis itu menunjuk Libra. Cowok itu dengan heran jadi menunjuk dirinya sendiri, merasa tidak yakin. Dia melirik Astra yang menghela nafas dengan cukup keras.
"Gue deh leadernya. Sekarang tugas pertama buat grup chat lalu pulang. Kita diskusi lewat chat saja. Sekian, terima kasih!" tangannya meraih tas lalu keluar dari kelas begitu saja. Seolah tanpa beban.
Selena menghembuskan nafasnya malas lalu menaruh tangan dan kepalanya di meja. Libra langsung mengambil tas dan keluar kelas menyisakan Selena dan Kiran.
Kiran berdehem pelan ingin memulai obrolan dengan Selena tapi gadis berponi itu tidak menghiraukan. Selena malah mengambil ponsel dan bermain teka-teki silang.
"Semalam kemana sama Libra?" tanya Kiran spontan sambil berpindah duduk di hadapan Selena.
Selena memutar bola matanya malas, lalu kembali fokus pada layar ponsel. Kiran yang merasa di abaikan merebut paksa ponsel Selena.
"Apasih?" sewot Selena. Tangannya mencoba meraih kembali ponselnya namun Kiran mengelak.
"Jawab dulu!"
Selena mengacak rambutnya kesal, dia sepertinya mulai kehilangan mood. "Apa hubungannya sama elo?"
Kiran mendecih, lalu menyilangkan tangan di depan dadanya. "Gue suka Libra dari lama. Elo gak usah deket-deket dia."
"Gak peduli gue sama urusan hati elo," ketus Selena. Tangannya dengan kasar merebut ponselnya lalu berjalan keluar.
Selena mendudukkan dirinya di salah satu kursi taman. Terlihat jelas di wajahnya kalau Selena sedang dalam kondisi hati yang tidak baik. Selena juga memijat pelan kakinya, entah kenapa dia merasa lelah dan ingin terus meledak.
Dia mengernyit saat ponselnya berdering, ada panggilan telfon. Gadis itu memilih mengabaikan, tak berminat berbicara dengan siapapun. Dia merasa lapar sekarang tapi tidak ada tenaga buat ke kantin kampus.
Untungnya, selalu ada snack di tas Selena kemanapun dia pergi. Buat berjaga kalau dia lapar seperti sekarang. Dia mengeluarkan sebungkus roti dan memakannya pelan dengan tenang. Tapi dia tetap merasa lapar bahkan setelah rotinya habis.
"Elo mau?"
Selena menengadah, melihat wanita cantik dengan dress biru off shoulder yang sangat pas di tubuhnya. Di tangannya ada sekotak nasi goreng yang terlihat menarik.
"Udah kayak bocah SD aja bawa bekal," cibir Selena tapi tetap menerima dan mulai memakan nasi goreng.
"Nyokap yang bawain, biar hemat katanya"
Selena mendecih, "Bangkrut lo?"
"Sembarangan, gue lagi di hukum bulan ini. Terlalu boros katanya bulan kemaren"
Selena terkekeh dengan mulut penuh nasi goreng, membuat Vina mendelik. Gadis itu ingin muntah melihat tingkah jorok Selena.
"Jorok banget elu, telen dulu kek"
"Ya sorry, terus kenapa gak elo makan?"
Vina menghela nafas lalu menyenderkan tubuhnya di senderan kursi. Dia menggigit bibir bawahnya dengan mengerutkan dahi. "Gue tuh gak mood makan tau akhir-akhir ini. Cowok gue jarang banget ngasih kabar" lirihnya.
Selena hanya manggut-manggut saja, sudah mengerti jika sahabat SMA nya akan mulai bercerita jika suaranya mulai lirih. "Sibuk kali dia, ngertiin aja dulu"
"Emang, dia sibuk ngurusin cafenya. Lagi rame-ramenya sejak ada live band" lanjut Vina dengan membayangkan betapa sibuknya sang pacar.
Vina sudah berpacaran sejak kelas 3 SMA dengan pria yang dua tahun lebih tua. Awalnya hubungan mereka berjalan baik-baik saja. Vina yang memang anaknya kurang sabar dan kurang pengertian mulai uring-uringan saat sang pacar sibuk dengan bisnis cafenya.
"Gue baru tau deh kalau Jonny punya cafe" ucap Selena setelah menyuap suapan terakhir.
"Elo sih gue ajak kagak mau"
"Gue bukan anak tongkrongan kalo elo lupa"
Vina mengangguk mengiyakan, Selena memang bukan anak yang suka diam lama di cafe atau tempat nongkrong. Gadis itu lebih suka berjalan di mall, membeli beberapa baju, dan barang yang menurutnya lucu.
"Elo pasti akan suka sama cafe Jonny. Anak bandnya cakep pakek banget" ujar Vina dengan tersenyum. Memikirkan betapa keren dan gantengnya anak band di cafe pacar.
"Apa nama bandnya?"
"The stupid"
"Hah? Gak ada nama yang lebih bagus apa, katanya nama adalah doa" cibir Selena yang tidak di hiraukan Vina.
Vina membuka tas, mengambil ponsel dan membuka aplikasi instagram. Lalu mengulurkan ponsel ke Selena yang menerima dengan bingung.
"Akun bandnya, lihat deh, cakep-cakep mereka tuh. Apalagi vokalis utamanya"
Selena memandang tanpa minat, meski tangannya tetap meraih ponsel milik Vina. Jarinya terus men scroll tanpa minat sampai pada sebuah foto yang menunjukkan kelima anggotanya.
Ada satu wajah yang menarik perhatiannya sejak kemarin. Libra di sana, berdiri paling tengah dengan hoodie hitam. Selena membuka mulutnya tanpa sadar. Mengerjapkan mata seakan tidak percaya.
"Libra? The stupid? Woah"
"Gantengkan? Gue denger Libra kuliah disini" tutur Vina yang kini juga memandang wajah Libra. Kalau di perhatikan, wajah Libra memang paling memikat diantara keempat rekannya.
"Dia sekelas sama gue, semalem gue ketemu dia di cafe...apa namanya? Mi apa gitu gue lupa"
Vina menepuk pelan lengan Selena, "Mister maksud elo?"
"Nah iya, jadi mister punya Jonny?"
Vina mengangguk. "Ngapain elo ke Mister?"
Dan Selena mulai bercerita bagaimana semalam dia bertemu Libra. Vina tidak banyak komentar, dia hanya mendengarkan. Dalam hatinya merasa senang juga Selena akhirnya terlihat menyukai cowok, terlihat jelas dari caranya bercerita tentang Libra yang menurutkan keren.
Waktu SMA, meskipun Selena populer tapi dia menghindari cowok yang mendekatinya. Bahkan untuk berteman saja Selena enggan. Selena dan Jonny bahkan hanya dua kali bertemu selama Vina dan Jonny berpacaran.
"Gue kira elo mentok di Aswa doang. Bisa juga elo suka cowok" Selena mendelik mendengarnya. Dia memang paling dekat dengan Aswa, tapi pria itu tidak lebih hanya sepupu biasa meski banyak yang mengira mereka berpacaran jika jalan berdua.
"Gue hanya suka sama cowok tampan dan keren. Dan Libra yang paling keren"
"Hmm, elo lagi bilang kalau Libra yang paling elo suka?" goda Vina membuat pipi Selena memerah. Dan itu membuat Vina jadi tertawa lepas.
"Apa iya gue sesuka itu sama Libra?" tanya Selena lirih pada dirinya sendiri. Tapi gadis itu langsung menepuk kedua pipinya, tidak ingin terus berfikir tentang Libra.
Selena langsung bangkit dari duduknya. Berjalan begitu saja meninggalkan Vina.
"Mau kemana elo?" teriak Vina dari belakang.
"Nyari minum" balas Selena pelan yang entah bisa di dengar Vina atau tidak.
Selena menatap diam chat grup tersebut. Grup chat dirinya dengan Libra, Kiran, dan Astra. Kiran yang membuatnya tapi grup itu sepi sekarang, benar-benar sepi.Gadis itu menggigit jarinya. Kombinasi mereka ber-empat sedikit buruk. Libra yang dingin, Astra yang pemalas, Kiran yang juga sedikit pendiam, dan Selena sendiri yang canggung harus memulai bagaimana agar grup ini ramai. Paling tidak membahas pembagian tugas agar cepat selesai.Selena : GuysTidak ada yang merespon bahkan sampai sepuluh menit. Selena mengumpat, ingin rasanya mendatangi mereka satu-satu.Astra : Muncul oy lo padaAstra : Tugas di kerjain!Selena membulatkan mata. Kaget sekaligus senang juga akhirnya ada yang merespon.Selena : Iya ih, pada kemana dah?Selena : Tra, elo bagi gih tugasnyaAstra : Nunggu yang lain muncul dulu dahAstra : Anyway, berasa ch
Hembusan nafas pelan namun sarat dengan rasa lelah yang luar biasa terdengar dari seorang Libra Aditya. Pemuda itu merebahkan dirinya di kasur dengan tangan menutupi mata.Hidup begitu keras baginya. Tidak ada yang benar-benar berpihak, tidak ada yang peduli selain diri-sendiri. Libra merasakan sakitnya sendiri, dia merasakan perihnya sendiri, dia selalu berdarah sendirian dan menyembukan luka sendiri.Sudah hampir lima tahun lamanya pemuda itu meninggalkan rumah. Meninggalkan ibunya yang selalu ia tentang.Kekehan pelan yang terdengan berubah menjadi tawa keras yang terdengar pilu. Tubuhnya meringkuk di kasur, ada air mata yang membasahi pipinya.Libra benci saat dia merasa lemah, dia benci saat dirinya tidak damai dengan keadaan. Libra benci saat dia tertidur setelah menangisi keadaan dan bangun dengan perasaan belum nerima.Tidak ada sosok pelindung bagi pemuda itu. Tidak
I'd spend ten thousand hours and ten thousand moreOh, if that's what it takes to learn that sweet heart of yoursAnd I might never get there, but I'm gonna tryIf it's ten thousand hours or the rest of my lifeI'm gonna love youLibra menoleh saat ponselnya bergetar, sebuah notifikasi chat masuk. Nomor tak di kenal tapi Libra tahu siapa yang mengirimnya.Sudah makan? Bagaimana kabarmu? begitu pesan yang Libra dapat.Libra menggeleng, "Buruk"Satu kata keluar dari mulutnya tapi dia tidak membalas pesan tersebut. Libra kembali memainkan gitarnya.We're under pressureSeven billion people in the world tryna fit inKeep it togetherSmile on your face, even though your heart is frowningPonsel Libra kembali bergetar tapi kali ini terus-menerus, menandakan bukan chat yang masuk tapi sebuah panggilan telfon. Masih dari nomo
Selena sedikit kaget saat Astra menaruh tas di sampingnya, pemuda itu lalu menatapnya sebelum mengerling."Dih" Selena memasang wajah jijiknya.Astra mengedikkan bahu lalu mulai sibuk dengan game nya. Selena melihat sekeliling, kelas sudah penuh, hanya tempat di sampingnya yang tersisa.Selena duduk tegak saat Libra masuk kelas, mencari bangku kosong yang bisa ia duduki. Sampai pandangannya bertemu dengan Libra. Gadis itu menelan ludah gugup.Teringat semalam dia ngechat duluan yang hanya dibalas tiga huruf.Selena mengulum bibir saat Libra duduk di sebelahnya. Gadis itu berpura-pura sibuk dengan ponsel, entah dia terlalu pede atau apa tapi dia merasa Libra menatapnya.Selena membuka aplikasi platform membaca, menscroll beranda ingin memilih buku yang akan ia baca. Tapi Selena tidak bisa fokus, apalagi ketika Libra membuka suaranya.
Libra memarkirkan motornya di depan outlet bakso. Dia menaruh tangannya diatas kepala Selena, melindungi gadis itu dari hujan. Tangannya langsung menarik Selena untuk masuk ke dalam."Gak papa?" tanya Libra khawatir. Selena balas menggeleng.Kedua orang itu kompak melihat ke langit. Langitnya cerah tapi hujan turun secara tiba-tiba. Libra mengulurkan tangan, merasakan tetesan hujan.Selena melihat ke dalam outlet bakso yang lumayan ramai. Dia menepuk tangan Libra. "Makan yuk, gue laper."Libra menoleh, melihat lebih jauh ke dalam. Meskipun outlet ini tergolong bersih, tapi dia tidak yakin kalau Selena bisa memakan bakso yang murah seperti ini."Elo yakin makan di sini?" Libra bertanya karena sedikit ragu.Melihat Selena yang mengangguk membuat Libra menaikkan alisnya, heran karena gadis ini sama sekali tidak keberatan makan bakso di sini. Padahal,
"Bagusan ini atau yang ini, Mbak?"Selena menunjukkan dua kaos oversize kepada Mbak Irma, salah satu pembantu di rumahnya. Melihat raut kebingungan Mbak Irma membuat gadis itu mendengkus."Tumben Nona bingung memilih pakaian, biasanya juga gak pernah ribet," kata Mbak Irma yang kini ikutan duduk di samping Selena."Hari ini aku lagi bahagia, mau mengesankan dosen dengan presentasiku nanti."Selena menatap baju di tangannya kemudian membuangnya frustasi. Hanya karena bingung memilih pakaian saja membuat Selena kehilangan moodnya. Padahal gadis itu sudah berbunga-bunga dan semangat sejak semalam. Dia bahkan dengan berapi-api mengerjakan semua tugas agar dia bisa longgar di akhir pekan."Nona suka dengan dosennya?" Selena menoleh, lalu menggeleng. Gadis itu berdiri dan dengan lesu melihat kembali isi lemari. "Terus kenapa perlu mengesankan dosen kalau gitu?" lanjut Mbak Irma.
Tidak seperti apa yang ada dalam bayangannya kemarin, hari sabtu Selena akan berjalan dengan baik kali ini. Tentu saja Libra Aditya adalah alasannya. Seperti di drama korea, hari ini Libra mengajaknya mengerjakan tugas bersama lalu menonton setelahnya. Kemudian, gadis itu bisa menonton Libra manggung bersama bandnya, bahkan, Selena sudah memberi tahu Vina agar gadis itu datang juga ke cafe Mister.Karena terlalu senang, akibatnya gadis itu bangun terlalu pagi meskipun semalam dia kesulitan tidur. Pukul tujuh pagi, dia bahkan sudah selesai mandi dan bersiap turun untuk sarapan. Bibirnya tidak berhenti untuk bersenandung sejak tadi.Mbak Irma yang menyiapkan sarapan sampai terkejut, karena Selena tipe anak yang kalau mau sarapan harus menunggu lapar dulu dan paling pagi jam sembilan baru sang putri dari rumah mewah itu turun untuk makan. Karena itu momen sarapan di rumah itu begitu langka ketika Selena menginjak usia remaja.
Selena mengipasi wajahnya dengan tangan, tapi ia rasa itu tidak cukup untuk menghilangkan rona merah di wajahnya. Libra dengan suksesnya membuat Selena malu sampai tidak bisa berkutik."Pliss deh, Sel. Dia bilangnya nyaman bukan sayang. Gak usah seneng gak jelas lo," katanya dengan menepuk pipi. Walaupun berikutnya gadis itu masih heboh sendiri merasa degup jantungnya masih cepat."Oke calm..calm down, Selena. Calm down, oke?" Gadis itu menghirup nafas panjang dan menghembuskannya pelan.Setelah di rasa cukup tenang, dia keluar dari kamar mandi dan merasa kesulitan nafas ketika melihat Libra menunggunya. Pemuda itu bersandar pada tembok dan memainkan ponselnya."Gilaa! Ganteng banget," pujinya.Libra terlihat biasa saja ketika banyak orang terang-terangan menatapnya. Dia masih memasang wajah tidak pedulinya.Selena tersentak saat Libra memandangi diriny