Share

05. Dinding yang tidak tersentuh

Selena menatap diam chat grup tersebut. Grup chat dirinya dengan Libra, Kiran, dan Astra. Kiran yang membuatnya tapi grup itu sepi sekarang, benar-benar sepi. 

Gadis itu menggigit jarinya. Kombinasi mereka ber-empat sedikit buruk. Libra yang dingin, Astra yang pemalas, Kiran yang juga sedikit pendiam, dan Selena sendiri yang canggung harus memulai bagaimana agar grup ini ramai. Paling tidak membahas pembagian tugas agar cepat selesai. 

Selena : Guys

Tidak ada yang merespon bahkan sampai sepuluh menit. Selena mengumpat, ingin rasanya mendatangi mereka satu-satu. 

Astra : Muncul oy lo pada

Astra : Tugas di kerjain! 

Selena membulatkan mata. Kaget sekaligus senang juga akhirnya ada yang merespon. 

Selena : Iya ih, pada kemana dah? 

Selena : Tra, elo bagi gih tugasnya

Astra : Nunggu yang lain muncul dulu dah

Astra : Anyway, berasa chattingan berdua nih sama Mbak Selena wkwk

Selena : Apaan lu? Mau gue jambak lagi? 

Astra : Ampun mbak jago! 

Selena menatap sengit ponselnya, berlagak meremasnya kuat sampai hancur saking geregetnya sama sikap Astra. 

Gadis itu melirik jam di sudut atas ponsel. Pukul 7 malam, mungkin Libra sedang tampil sekarang. Tapi, apa yang di lakukan Kiran? Selena mengedikkan bahunya, tidak mau memikirkan lebih. 

Gadis itu memilih mengambil berbagai camilan di bawah lalu kembali ke kamarnya untuk menonton film. Kegiatan rutin yang tidak bisa Selena lewatkan sehari pun. Gadis itu sangat suka menonton film. 

Awalnya gadis itu hanya menyukai film Asia dan Amerika, tapi sekarang dia juga menonton film dari mana saja dengan genre apapun. Itu karena dia suka menonton setiap hari, jadi gadis itu sering merasa kehabisan bahan tontonan. 

Gadis itu menyamankan dirinya di kursi dengan berbagai cemilan di atas meja. Selena mulai menikmati film Extraction. Film yang saat ini di gandrungi oleh banyak orang.

*****

"Katanya elo gak enak badan, kenapa kesini?" 

Libra mengangkat sebelah alisnya, pemuda itu meminum larutan yang di belinya dalam perjalanan ke studio tadi. 

"Siapa bilang?"

Aldo duduk menyilangkan kaki, mulutnya tidak pernah berhenti mengunyah permen karet sejak tadi. "Kiran tadi chat gue"

Libra mengangguk, tidak heran lagi. "Cuma panas dalam doang, dia aja yang lebay" 

Satu-satunya gadis yang peduli pada Libra adalah Kiran. Mereka selalu satu sekolah sejak SD dan kini bahkan satu kampus, satu jurusan dan satu kelas. Libra tidak tahu mengapa, Kiran selalu ingin satu sekolah dengannya bahkan satu jurusan juga. 

Kiran juga selalu mengenal teman dekat Libra, gadis itu juga secara rutin satu minggu sekali datang ke tempat kos Libra untuk bersih-bersih dan memberikan Libra makanan. 

Libra tentu merasa tidak nyaman tapi meskipun Libra sudah melarang Kiran untuk melakukan itu, gadis itu menghiraukan. Kiran hanya akan tersenyum dan tetap melakukan hal seperti itu. 

"Gue kaget elo gak jadian sama dia" Aldo memainkan gitar pelan. Studio tempat mereka berlatih masih sepi. Kevin dan yang lain masih belum datang padahal sudah pukul delapan malam. 

"Gak ada rasa" jawab Libra enteng. 

Dulu memang Libra tidak berfikir macam-macam tentang Kiran. Pemuda itu menganggap Kiran hanya kasihan saja padanya. Tapi sekarang, jelas itu bukan hal yang wajar lagi bagi seorang Libra. 

Pemuda itu jelas tahu kalau Kiran memiliki perasaan padanya. 

"Seriusan? Dia baik, cantik, pintar juga. Tidak ada yang kurang, bro! She's perfect!" ucap Aldo mendamba. Jika saja ada kemungkinan bisa berkencan dengan Kiran dia pasti akan melakukannya. 

Hanya saja, Kiran seperti mati rasa pada semua cowok kecuali Libra. 

Libra menghela nafasnya lelah. "Ambil kalau elo mau" 

"Kirannya yang gak mau" 

Aldo dan Libra reflek menoleh ke pintu, ada Kevin dengan senyum konyolnya di sana sambil menunjukkan kresek putih di tangan. 

"Sate, anyone?" 

****

"HOOAAMM" 

Selena mengerjap-ngerjapkan mata, sudah dua film yang ia tamatkan. Meja di depannya juga sudah berserakan. Dia melirik ponsel di sampingnya, lalu meraihnya dan Selena merebahkan diri di sofa. 

Tidak ada notif apapun. 

Gadis itu membuka room chat sebuah nomor yang tidak pernah ada chat, atau belum. Selalu ada keraguan saat ingin mengirim pesan pada Libra. 

Selena memilih membuka roomchat lain. 

Selena : Vin, dimana? 

Selena menggigit bibir bawah, harap cemas karena tidak kunjung centang biru. 

Vina : Habis nonton sama Jonny

Selena langsung membalas pesan tersebut cepat. 

Selena : Jonny gak ke cafe? 

Vina : Kagak, gue ajak dia nonton

Selena : Ada band? 

Vina : Jonny bilang gak ada hari ini

Selena mengerutkan dahi. Jika band Libra tidak tampil lalu kemana cowok itu sampai tidak muncul di grup. 

Vina : Kangen akang Libra? 

Selena : Hooh, banget :(

Vina : Dih! Beneran suka lo?

Selena : Biasa aja sih

Vina : Kalau gitu napa nyariin

Selena agak tersentak. Benar juga, kenapa dia nyari kalau dia gak suka beneran. Kalau di lihat dari sikapnya yang sejak awal emang ganjen kalau sama Libra, semua pasti ngira dia suka Libra. Apalagi dia minta nomor Libra langsung. 

"Libra tuh beda, gue suka dia beneran kayaknya" 

Selena menarik selimutnya sampai dada. Ada rasa ingin mengirim pesan pada Libra. Gadis itu ingin lebih dekat tapi bingung harus memulai bagaimana. 

Dia mengetik pesan lalu menghapusnya, begitu terus. 

"Duh! Jadi bingung kan" 

Selena memilih mematikan ponsel. 

****

"Libra?"

Libra tersentak, ia menoleh ke belakang. 

Ada Kiran disana, berdiri dari duduknya di kursi yang tersedia. Padahal sudah hampir pukul sebelas malam. 

"Ngapain disini?" tanya Libra lembut. Pandangannya teralih ke tangan Kiran yang memegang sekresek penuh buah. 

"Mau ngasih ini, tadi kelupaan" jawabnya dengan senyum tipis. 

"Semalam ini? Elo bisa ngasih gue besok, Ki" Libra mengerutkan dahinya tidak habis pikir. 

"Kamu udah mendingan?" Kiran ingin menyentuh kening Libra tapi pemuda itu menepisnya. 

"Ayo pulang, gue anterin" 

Seperti terkena tusukan di hati Kiran. Libra lagi-lagi mengabaikan kekhawatirannya. Tapi, Kiran masih bisa tersenyum. Sudah terbiasa. 

Libra sejak dulu selalu menolaknya. Selalu ada dinding yang Libra bangun di sekitarnya. Pemuda itu menutup rapat dirinya bahkan dari temannya. 

"Gak usah, aku di anterin supir kok" Kiran masih mengusahakan senyumnya.

Libra melihat mobil di belakang gadis itu. Tentu saja, Kiran termasuk anak yang di jaga ketat, orang tuanya sangat protective. Tidak mungkin dia di biarkan keluar sendiri selarut ini. 

"Kalau gitu gue balik" 

Libra sudah berbalik dan akan melangkah sebelum lengannya di tahan Kiran. "Gak mau bareng?"

Selalu ada tawaran seperti ini tapi Libra akan selalu menolak. 

"Makasih, gue mau jalan kaki. Lagian deket" 

Kalau sudah seperti itu, Kiran tidak bisa mencegah lagi. Gadis itu menggigit bibirnya, matanya sudah berkaca-kaca. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status