Pria itu berjalan santai memasuki toko perhiasan yang mewah, dia bahkan memainkan kunci mobil di tangan sambil bersiul.
"Saya mau lihat model terbaru," katanya to the point begitu salah satu pegawai di sana menyambutnya.
"Ada beberapa model terbaru, yang paling best seller adalah cincin disini. Apa anda mau melihat?" tawar pegawai itu dengan sopan.
Pria itu menggeleng, ia mendudukkan diri di kursi panjang di sana. "Jika itu best seller maka itu akan menjadi pasaran, saya mau yang limited edition."
Pegawai itu terlihat berpikir, mencoba mengingat sesuatu yang limited namun masih tersedia di toko.
"Ada kalung berlian yang baru datang kemaren, Pak. Cuma ada dua di negara ini, yang satu sudah di pesan, apa anda mau saya mengambil yang satunya?"
Pria dewasa itu mengangguk sambil menyunggingkan senyuman tipisnya. Jujur saja meski usianya tidak lagi muda tapi
Gadis itu membuka matanya pelan, mengerjap beberapa kali sebelum mengangkat wajahnya. Selena memeriksa ponsel, matkul selanjutnya masih setengah jam lagi.Gadis itu melihat perpustakaan yang sedikit lebih ramai dari waktu dia datang tadi."Sudah bangun?"Selena tersentak, baru menyadari di depannya ada orang. Selena menyenderkan tubuhnya di kursi, menyilangkan kaki dan juga tangannya di depan dada.Gadis itu memasang wajahnya sedikit angkuh.Selena mengangkat alis saat Kiran menatapnya serius, gadis itu seperti ingin mengatakan sesuatu pada Selena."Jangan deket sama Libra, dia gak suka sama elo!" kata Kiran cepat.Selena berdecak, dia akui Kiran yang terlihat polos dan lembut itu sangat berani."Elo gak ada hak ngelarang gue," balas Selena santai, dia tersenyum miring melihat Kiran terkejut dengan kata-kata
Penampilan Libra memang selalu menarik perhatian bahkan ketika Libra hanya memakai tudung hoodie putihnya dan bibirnya yang terlihat mengunyah permen karet.Sangat tampan, dia sendiri juga mengakui itu.Meskipun risih ketika dia selalu menjadi spotlight dimanapun dia berada, tapi Libra tidak munafik juga kalau dia menikmati hasil kepopulerannya.The Stupid yang semakin populer tidak hanya manggung di cafe Mister tapi juga terkadang di undang ke acara birthday party mahasiswa disini."Libra!"Pemuda itu menghentikan langkah, tanpa berbalik juga dia bisa mengenali siapa yang memanggilnya. Namun, pemuda itu meneruskan langkah setelah beberapa saat diam, dia tidak ingin berbicara dengan gadis itu untuk saat ini."Libra, dengerin aku dulu."Libra menatap datar gadis yang merentangkan tangan dengan nafas terengah-engah di depannya. 
Kiran melempar tasnya ke sembarang arah, dia menyingkirkan dengan kasar semua make up miliknya di atas meja rias. Perasaan gadis itu berkecamuk.Nafasnya memburu tak beraturan, wajahnya memerah. Gadis itu merasa marah.Jika seorang gadis terlalu kesal, maka kemarahan akan berwujud menjadi tangisan, bukan?Dan sekarang gadis itu menangis, mengingat bagaimana perlakuan kasar Libra padanya. Gadis itu tidak terima. Dia tetap ingin dekat dengan Libra, dia ingin bersama pemuda itu terus."Dia pasti akan maafin gue kan? Gue hanya perlu bersikap seperti biasa," ujarnya pada diri sendiri.Kiran yakin Libra akan memaafkannya, biasanya seperti itu jika dia berbuat salah.Tapi, gadis cantik dengan tubuh tinggi semampai itu tidak menyadari jika dia kali ini keterlaluan. Bagaimanapun, Ibu adalah hal yang sensitif bagi Libra.Kiran merogoh
Jari pemuda itu bergerak cepat di atas keyboard, kacamatanya masih terkena pantulan cahaya laptop di depannya. Mulutnya juga terkadang mengumpat kecil ketika lawan hampir membunuh karakternya.Libra Aditya yang masih terjaga ketika waktu menunjukkan pukul setengah satu pagi. Pemuda itu tidak bisa tidur karena beberapa saat lalu seorang gadis memblokirnya. Itulah yang dia pikirkan."Aish mana mungkin gue di block?" katanya begitu permainan berakhir.Libra melirik ponselnya, dia berpindah keatas ranjang. Lagi-lagi kembali memeriksa profil gadis itu. Masih sama, tanpa profil. Libra membuka roomchat lain, dia mengetikkan pesan.Libra : Kenapa cewek ngeblock kontak cowok?Libra berdecak ketika chatnya tidak langsung dibaca, pemuda itu langsung menekan tombol call."Kenapa gak balas chat gue?" dia langsung mengatakannya begitu panggilan tersambung.
"Hei, you!"Libra berbalik, mendengus ketika Aldo dengan senyum khasnya yang menyebalkan terpampang di hadapannya. Pemuda itu langsung kembali fokus pada gitar dan memainkan beberapa nada."Ini bukan jadwal latihan, ngapain ada disini?""Elo sendiri ngapain disini?" tanya Libra balik.Aldo duduk di depan pemuda itu, lalu menunjukkan sekantung kresek hitam. "Dalaman gue ketinggalan kemarin."Libra menggelengkan kepala, sudah biasa kalau Aldo melakukan hal yang ceroboh. Studio latihan mereka ini memang biasanya di jadikan tempat tidur juga buat mereka kalau malas pulang. Tak jarang kadang baju mereka sering tertukar.Kecuali Libra tentunya, dia tidak pernah membiarkan siapapun menyentuh pakaiannya. "Lama amat lo, nyet. Ambil gituan doang."Mereka berdua secara refleks menolehke arah pintu, Aldo hanya cengengesan saja ketika Kevin berlagak akan menendangnya."Kalau gue jadi elo,
Selena bangun dengan penuh semangat pagi ini, alasannya karena semalam sebelum dia benar-benar tidur Libra mengirimi pesan kalau hari ini dia akan menjemput dirinya.Sebenarnya cuma ada satu mata kuliah hari ini namun ternyata dosennya batal masuk, jadi, Libra mengubah rencana kalau dia akan mengajak Selena jalan-jalan ke suatu tempat.Perjanjiannya yaitu pukul sembilan pagi. Tapi lihatlah Selena, gadis itu sudah terlihat rapi dengan dress floral berwarna biru. Rambutnya yang cokelat dan berponi ia kuncir satu. Make up natural dan kalung buah cherry cukup untuk mempermanis penampilannya."Masih kurang satu jam lagi, lama banget." katanya berdiri di tengah kamar.Gadis itu tersentak begitu ponselnya berdering, menandakan ada panggilan masuk. Bukan panggilan telepon, tapi panggilan vidio dari Vina.Kebetulan yang bagus, dia bisa menunggu Libra sambil bergosip ria."Cantiiikk
"Gue duluan yang ambil," Astra masih kekeh tidak mau mengalah.Kiran memutar bola matanya jengah, menarik lagi novel yang sedari tadi terus di rebutkan oleh mereka berdua."Elo cowok ngalah dong, ini novel yang sudah gue incer dari kemarin."Astra menggeleng, kembali menarik novel itu ke arahnya. "Bodoamat, siapa cepat dia dapat."Kiran memicingkan mata, novel best seller ini hanya ada satu dan dia harus mendapatkannya apapun yang terjadi. Kiran sangat malas kalau sampai dia harus mencari ke toko buku lain.Lagian, cowok gamers akut kayak Astra kok bisa-bisanya juga mengincar buku dengan genre romance. Sama sekali tidak cocok dengan kepribadian seorang Astra.Mereka sudah menjadi pusat perhatian beberapa orang di toko buku, bahkan beberapa anak SMA dengan terang-terangan mentertawakan mereka. Kiran yang sudah lelah akhirnya melepaskan buku itu, menyerah dan pergi begitu saja.Astra di tempatnya mende
Kiran tersadar dari lamunannya ketika Libra membuka pintu, pemuda itu dengan lesu kembali duduk di kursi samping bankar pasien."Kamu makin terang-terangan nunjukin perasaan ke Selena," kata Kiran begitu pemuda itu selesai menghela nafasnya dalam.Libra merapatkan bibir, dia melirik Kiran dengan dingin. "Elo makin gila kayaknya."Kiran jadi menunduk, merasa marah dan tidak terima tapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Gadis itu melirik tasnya di meja.Membukanya lalu kembali menyodorkan sebuah kartu ke Libra."Ini dari tante Tasya, dia kayaknya sedang ada masalah jadi aku engga tega buat ngasih ini ke beliau."Libra masih ragu untuk mengambilnya atau tidak, dia sudah lama tidak menerima uang pemberian sang Ibu. Kalau tidak salah sejak dia memutuskan keluar rumah.Libra membuka ponselnya ketika ada notif masuk.Beli apapun yang kamu suka, Mama mau kamu bahagia.Begitulah pesan yang Libr