Share

06. Kerja kelompok

Hembusan nafas pelan namun sarat dengan rasa lelah yang luar biasa terdengar dari seorang Libra Aditya. Pemuda itu merebahkan dirinya di kasur dengan tangan menutupi mata.

Hidup begitu keras baginya. Tidak ada yang benar-benar berpihak, tidak ada yang peduli selain diri-sendiri. Libra merasakan sakitnya sendiri, dia merasakan perihnya sendiri, dia selalu berdarah sendirian dan menyembukan luka sendiri. 

Sudah hampir lima tahun lamanya pemuda itu meninggalkan rumah. Meninggalkan ibunya yang selalu ia tentang. 

Kekehan pelan yang terdengan berubah menjadi tawa keras yang terdengar pilu. Tubuhnya meringkuk di kasur, ada air mata yang membasahi pipinya. 

Libra benci saat dia merasa lemah, dia benci saat dirinya tidak damai dengan keadaan. Libra benci saat dia tertidur setelah menangisi keadaan dan bangun dengan perasaan belum nerima. 

Tidak ada sosok pelindung bagi pemuda itu. Tidak ada! 

Dia hanya bergantung pada dirinya sendiri. Hidup Libra bergantung di tangannya sendiri. 

Pemuda itu merasa lelah, secara fisik juga mental. Tapi dia juga manusia biasa yang merasakan lapar. Karena itu dia pergi ke dapur umum yang di sediakan Ibu Kos. Memasak mie instant dan membuat teh hangat. 

Lalu memakannya di kamarnya yang sempit tapi masih rapi untuk ukuran seorang cowok. 

*****

Selena menarik nafas lalu menghembuskannya cukup kasar. Dengan mantap ia berjalan ke arah pojok kelas, tempat dimana sekelompok cowok sedang heboh bermain game. 

Gadis itu langsung menarik tangan Astra sampai membuat pemuda itu hampir terjungkal ke depan. Selena menariknya cukup keras. 

"Apaan sih? Agresif amat!" 

Selena menghentakkan tangan Astra dengan kasar. "Elo tuh main game mulu, tugas kita deadline nya dua hari lagi kalau elo lupa atau bahkan gak tau!" ucap Selena dengan menggebu-gebu. 

Astra memutar matanya malas, tangannya menggesek hidung bangirnya sebelum maju selangkah. "Dua orang lainnya napa gak elo ceramahin juga? Napa gue mulu?" 

"Elo pimpinannya!" 

"Dih" Astra memasang wajah mengejeknya. "Kalau pimpinannya Libra, elo kayak gini juga gak?" 

Selena mengangguk mantap dengan pipi memerah, tiba-tiba jadi teringat dengan sosok Libra. "Jelas! Tapi dengan kalem hehe" 

"HEHE" Astra menjitak kepala Selena. Lalu berjalan begitu saja kembali ke kelas, mengabaikan teriakan marah dari Selena. 

"Bangsat banget sih!"

**** 

Selesai kelas terakhir, Libra membuka ponselnya. Sejak kemaren sore dia tidak membuka ponsel sama sekali. Tidak usah heran, Libra memang orang yang jarang sekali memakai ponselnya. 

Dia mengangkat alis setelah membaca grup baru. Libra lalu menatap sekeliling kelas yang sudah sepi. Hanya ada beberapa orang saja, salah satunya Selena.

"Selena" 

Libra berjalan pelan ke arah Selena yang menatapnya dengan alis terangkat.

"Kenapa?"

"Sorry semalam gue gak megang hape, jadi gk buka grup" jelasnya dengan datar. 

Selena mengangguk mengerti, meski ingin bertanya lanjut sedang apa Libra kemarin sampai tidak memegang ponsel. 

"Gue latihan band" Libra seolah bisa tahu pikiran Selena. 

"Yaudah ayo di kerjain sekarang," ajak Selena. Libra mengangguk lalu membiarkan Selena mengetik di grup Chat. 

"Aisshh, belum ada yang bales padahal online semua nih anak" kesal Selena, gadis itu mulai berjalan keluar kelas. Libra mengikutinya di belakang. 

Kiran memandang sendu di sudut kelas dengan meremat tali sling bagnya. Belum pernah Libra bersikap hangat dan terlihat tulus seperti itu dengan gadis lain kecuali dirinya. 

Dengan dirinya pun, Kiran yakin Libra hanya berterima kasih dengan sikapnya. 

Gadis itu membuka ponsel, mengetikkan balasan pada grup chat. 

Kiran : Cafe Mister aja, gimana? 

Selena : Boleh, ketemu di sana ya

Selena : Engga hadir engga gue tulis nma elo @Astra 

Kiran menghembuskan nafas dengan pelan. Lalu juga melangkah keluar. Dia mempercepat langkahnya hendak menyusul Libra dan Selena di depan. Berniat ingin mengajak Libra pergi bersama. 

"Berangkat naik mobil gue aja, ya?" ajak Selena. Libra mengangkat alis, juga berfikir. 

Kiran sudah berniat menyela, tapi Libra mengangguk, mengiyakan ajakan Selena. Lagi-lagi Kiran memandang sendu punggung Libra. 

****

Astra mengumpat kesal melihat chat grup yang sudah menumpuk. Rencana main basket sore ini sepertinya harus di undur. 

"Gue gak jadi main" ucapnya pada teman-teman yang lain. 

"Mau ngapain?"

Astra melirik ke pintu cafe, melihat ada Libra dan Selena yang baru masuk. Astra menunjuk mereka dengan dagu. "Ada tugas," 

Pemuda itu langsung berdiri, membawa ransel dan melakukan tos dengan teman-teman yang lain. Lalu melangkah pergi. 

Astra mendudukkan dirinya di samping Selena membuat gadis itu tersentak dan reflek menepuk lengannya. "Ngagetin aja sih lo" 

Astra hanya mengedikkan bahu acuh. 

Mereka kompak menoleh saat Kiran datang dan duduk di sebelah Libra dengan tenang. Gadis itu menatap Selena dingin, sedangkan yang di tatap mengangkat alis. Terlihat tidak peduli. 

Tugas kelompok itu berakhir pukul 7 malam. Mereka menyelesaikan hari itu juga karena tugas dari matkul lain juga sudah mulai menumpuk. 

"Akhirnya, bisa nge-game juga gue malam ini" Astra mengangkat tangannya ke atas, meregangkan otot. 

Pemuda itu melihat meja teman-temannya yang masih rame. Lalu berdiri, "Gue pergi, bye" 

Selena mendengus tak peduli, cewek itu merapikan rambutnya lalu menoleh ke belakang karena merasa di pandangi. Ada Vina yang tersenyum dan melambaikan tangan.

Selena balas melambaikan tangan lalu berdiri juga. Tapi Libra yang terus menatap membuat Selena jadi mengerutkan dahi. 

Tapi gadis itu tidak mau terlalu pede, dia langsung pergi ke Vina setelah berpamitan. 

"Gue juga ke sana" pamit Libra pada satu-satunya orang yang tersisa, Kiran. 

Kiran juga ingin pergi, tapi sepertinya Libra akan tampil sebentar lagi. Melihat pemuda itu berjalan ke arah panggung yang sudah ramao dengan anggota band yang lain. 

Sepertinya tinggal beberapa saat lagi tidak masalah. 

***

"Kasihan ceweknya di tinggal sendiri" 

Selena mengernyit, "Siapa?"

Vina menunjuk Kiran dengan dagunya, membuat Selena terkejut. "Dia pacaran dengan Libra?"

Vina mengedikkan bahunya, "Gak tau juga sih, mau bilang pacaran tapi Libra keliatan gak peduli gitu. Di bilang gak pacaran tapi dia sering kesini nyamperin Libra."

Selena memakan cheese cake nya, "Elo bilang Libra gak peduli?" 

Vina kembali mengangguk, mengalihkan muka ketika Kiran menatapnya balik. Sepertinya sadar jika dia jadi bahan gibah Vina sekarang. 

"Ya emang, tapi Libra lembut banget ngomongnya meski masih keliatan dingin banget."

Selena menopang dagu, matanya tertuju pada Libra yang mulai memaikan gitar dan suaranya mulai terdengar.

"Kayaknya gue beneran suka sama dia deh, Vin" Selena mengatakannya dengan mata berbinar. Tanpa sadar dia juga tersenyum saat mata Libra bertabrakan dengan pandangannya. 

"Boleh gak sih, gue bilang dia juga suka gue?" 

Vina memutar bola matanya, "Halu lo? Libra dingin gitu sikapnya" 

Selena mengumpat kecil, "Dia ngajak gue bicara duluan tadi, dia juga sering liatin gue. Pasti dia beneran suka gue"

Selena masih teguh dengan pendapatnya.  Tidak peduli di bilang halu atau khayal. Dia percaya Libra menyukainya juga. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status