Share

07. Perjuangan yang susah

I'd spend ten thousand hours and ten thousand more

Oh, if that's what it takes to learn that sweet heart of yours

And I might never get there, but I'm gonna try

If it's ten thousand hours or the rest of my life

I'm gonna love you

Libra menoleh saat ponselnya bergetar, sebuah notifikasi chat masuk. Nomor tak di kenal tapi Libra tahu siapa yang mengirimnya. 

Sudah makan? Bagaimana kabarmu? begitu pesan yang Libra dapat. 

Libra menggeleng, "Buruk" 

Satu kata keluar dari mulutnya tapi dia tidak membalas pesan tersebut. Libra kembali memainkan gitarnya. 

We're under pressure

Seven billion people in the world tryna fit in

Keep it together

Smile on your face, even though your heart is frowning

Ponsel Libra kembali bergetar tapi kali ini terus-menerus, menandakan bukan chat yang masuk tapi sebuah panggilan telfon. Masih dari nomor yang sama. 

Libra lantas menaruh gitarnya, dia membawa ponselnya ke jendela. Matanya melihat ke langit, banyak bintang hari ini. 

Ponsel itu masih terus berdering, membuat Libra menggeram kesal. Pemuda itu mau tidak mau mengangkatnya. 

"Apa?"

"Kenapa tidak membalas chatnya?"

Libra mendengus kesal, suara serak di seberang telfon adalah suara yang paling dia benci. "Sudah aku bilang, jangan hubungi aku lagi!" 

Desahan nafas di seberan bisa Libra dengar, sebelum orang itu berbicara Libra terlebih dahulu mematikan sambungan dan melempar ponselnya ke ranjang. 

Pemuda itu menggeram frustasi. 

Dia ingin hidup tenang sendiri, hanya sendiri! 

Libra menaruh rokok di sela bibir, menyulut ujungnya dengan korek. Ia menghembuskan nafasnya pelan, keluar asap rokok yang mampu membuat Libra tertawa kecil. 

Menertawai hidupnya. 

Pemuda itu menyalakan laptopnya, ingin melampiaskan perasaan dengan bermain game. Saat hatinya terasa sakit dan sesak, pemuda itu akan bermain game sampai pagi. Jika bosan, dia akan bermain gitar sampai ngantuk dan tidur. 

***

Gadis dengan rambut yang di ikat berantakan itu mendengus. Berkali-kali dia terlihat melihat ponselnya, berharap ada notifikasi muncul. 

Aswa yang di depannya menyeruput kopinya sambil memperhatikan suasana cafe yang tenang dan tidak seramai biasanya. Live band yang menyanyikan lagu sendu sedikit membuatnya terusik. 

"Jadi keinget mantan kalo denger lagu ini" 

Selena mencomot kentang di depannya sebelum menyahuti. 

"Crystal?" 

Aswa mengangguk. Ingatannya mengarah jauh ke sosok yang dulu pernah menemani hari-harinya di Inggris, Crystal, cewek rusia yang sempat jadi kekasihnya selama dua tahun. 

"Dia cantik, kenapa mau sama elo ya?" Selena bertanya dengan heran, ia menatap polos Aswa membuat pria itu mengumpat. 

"Dia bucin sama gue," balas Aswa bangga, lalu matanya sendu. Kembali teringat dengan Crystal yang sempat main api di belakangnya padahal gadis itu terlihat sangat mencintainya. 

Apa yang terlihat memang belum tentu tulus. 

"Keliatannya doang yang bucin, taunya udah punya anak sama yang lain" cibir Selena, Aswa mengumpat kasar. 

Selena mengangkat ponselnya, melihat chat yang tak kunjung centang biru. Gadis itu mendesah berat, tangannya menopang dagu dan kembali menggeletakkan ponsel. 

"Gue ketar-ketir chat duluan, taunya gak dibaca" kata Selena sendu, gadis itu mengulum bibir bawahnya. 

"Fokus kuliah dulu gih, jangan cinta-cintaan terus" kata Aswa memberi nasihat. 

Selena mendecih, "Emang kapan gue cinta-cintaan terus? Ini pertama kalinya, om" jawab Selena sewot. 

Aswa mendelik, "OM? Gila lo gue baru 24 tahun, njir" katanya tak terima. 

Meskipun Aswa lebih tua enam tahun, tapi pria itu masih bisa di bilang seumuran dengan Selena. Wajahnya yang tampan seperti anime memiliki sisi cute dan manis saat tertawa. 

Aswa tidak setua usianya. 

Aswa menghela nafasnya pelan, ia menyenderkan tubuhnya di kursi. "Dia gk dateng deh, bukan jadwal dia nyanyi kali, gantian sama yang lain"

Selena kembali mencomot kentang goreng, kali ini sampai habis. Dia tidak semangat seperti tadi, yang mengajak Aswa nongkrong di mister dengan penuh paksa karena Aswa sendiri banyak perkerjaan sebenarnya. 

Satu notifikasi muncul, membuat Aswa dan Selena kompak menoleh jadi memandangi layar ponsel Selena. Gadis itu mengelap tangan dengan tisu dan membuka layar ponselnya dengan gemetar. 

"Yaahh, Kang Mas Libra cuek" kata Aswa dengan memelas, terlihat kecewa untuk mengejek Selena. 

Selena melongo memandangi layar ponselnya, matanya mengerjap tak percaya. 

Selena : Lib, ini gue Selena

Libra  : Iya. 

Sudah begitu saja jawaban Libra. Selena yang sudah merangkai khayalan di kepalanya kalau dia bakal chatan panjang lebar lalu ngobrol santai di cafe Mister kini jadi mendesah keras. 

Dia meletakkan ponselnya kasar.

"Gila! Gue udah deg-degan dia enteng banget jawabnya" Selena meneguk minumannya, tubuhnya panas dingin karena gugup mengingat ini pertama kalinya Selena chat cowok duluan. Sedangkan Libra terlihat acuh tak peduli. 

Gadis itu ingin kembali mengirim balasan, tapi ia mengurungkannya. 

Biarkan seperti ini dulu untuk awal. Mungkin lain kali Selena akan mencari bahan obrolan yang lebih panjang. 

"Cabut yuk, nonton" 

Selena mengambil ponsel dan jaketnya, ia berjalan keluar lebih dulu. Aswa yang di tinggalkan mendesah berat, mau tidak mau kali ini dia yang membayar. 

Kebiasaan Selena saat badmood adalah nonton, gadis itu sangat tergila-gila dengan film. 

Di kamarnya, Libra memandangi roomchatnya dengan Selena. Gadis itu, entah kenapa Libra selalu merasa nyaman saat berbicara dengannya. 

Selena gadis yang sangat menarik dan cantik, Libra tidak bisa mengelak soal itu. Sejak pertama, Libra suka dan tidak bisa jika tidak melihat Selena. 

Tapi sayangnya Libra bukan tipe orang yang mudah bergaul, dia bukan tipe seperti Astra yang mudah berbaur dengan siapa saja. 

Pria itu terbiasa sendiri, sehingga dia kesulitan untuk mencari topik pembicaraan. 

Chat baru muncul, dari Kevin. Temannya itu mengirimkan foto Seorang gadis yang masuk mobil dengan seorang pria. Itu Selena dan dosennya, Aswa. 

Libra menunggu Kevin yang mengetik. 

Kevin : Akrab banget mereka, punya hubungan apa ya? 

Kevin dan Aldo berada di kampus yang berbeda sehingga tidak mengenali Aswa. 

Libra : Itu dosen gue

Kevin : Mereka pacaran? 

Libra memandang balasan Kevin tidak suka. Pemuda itu mengernyit, timbul juga pertanyaan yang sama dengan Kevin. Mereka pacaran kah? Aswa dan Selena? 

Kalau di perhatikan, mereka berdua memang selalu akrab. Seperti tidak ada ruang kosong di antara mereka.

Libra menggeleng, merasa heran juga kenapa dirinya repot memikirkan itu. Memang kenapa kalau mereka punya hubungan? 

Libra menaruh ponselnya. Sebenarnya dia sudah bilang ke teman-temannya kalau dia gak enak badan hari ini. Walau sebenarnya, dia hanya sedang tidak mood ada di keramaian. 

"Dia kayaknya bebas banget keluar malamnya" Libra masih memikirkan Selena, gadis itu terlihat bebas dengan jam malamnya tidak seperti Kiran. 

"Kenapa jadi mikirin dia sih?" sungutnya, "Mending lanjut main game"

Aswa lagi lagi nenghela nafasnya pasrah. Selena mengajaknya makan sate di pinggir jalan. Sebuah hal yang cukup unik bagi Aswa, karena pria itu tidak pernah makan di pinggir jalan. 

"Mending nonton deh, dari pada makan ini. Ayok dah nonton, elo tadi mau nonton kan?" Aswa masih membujuk Selena untuk segera pergi dari sini. 

Selena menggeleng, "Baunya enak banget, bentar dulu napa sih?" balasnya dengan sewot. 

Aswa mengusap wajahnya kasar, dia berpindah duduk di sebelah Selena. Dia khawatir bajunya bau asap.

"Galau banget elo di cuekin Libra?"

Selena mengangguk, "Berjuang tuh susah ya?"

Aswa mengangguk mengiyakan. "Iya, apalagi elo gak pernah susah sebelumnya"

Selena merasakan ponselnya bergetar. Melihat ada notifikasi dari mamanya. "Mama minta di bawain martabak telor 3 loyang, masa" 

"Ee buseet!  Banyak amat"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status