I'd spend ten thousand hours and ten thousand more
Oh, if that's what it takes to learn that sweet heart of yours
And I might never get there, but I'm gonna try
If it's ten thousand hours or the rest of my life
I'm gonna love you
Libra menoleh saat ponselnya bergetar, sebuah notifikasi chat masuk. Nomor tak di kenal tapi Libra tahu siapa yang mengirimnya.
Sudah makan? Bagaimana kabarmu? begitu pesan yang Libra dapat.
Libra menggeleng, "Buruk"
Satu kata keluar dari mulutnya tapi dia tidak membalas pesan tersebut. Libra kembali memainkan gitarnya.
We're under pressure
Seven billion people in the world tryna fit in
Keep it together
Smile on your face, even though your heart is frowning
Ponsel Libra kembali bergetar tapi kali ini terus-menerus, menandakan bukan chat yang masuk tapi sebuah panggilan telfon. Masih dari nomor yang sama.
Libra lantas menaruh gitarnya, dia membawa ponselnya ke jendela. Matanya melihat ke langit, banyak bintang hari ini.
Ponsel itu masih terus berdering, membuat Libra menggeram kesal. Pemuda itu mau tidak mau mengangkatnya.
"Apa?"
"Kenapa tidak membalas chatnya?"
Libra mendengus kesal, suara serak di seberang telfon adalah suara yang paling dia benci. "Sudah aku bilang, jangan hubungi aku lagi!"
Desahan nafas di seberan bisa Libra dengar, sebelum orang itu berbicara Libra terlebih dahulu mematikan sambungan dan melempar ponselnya ke ranjang.
Pemuda itu menggeram frustasi.
Dia ingin hidup tenang sendiri, hanya sendiri!
Libra menaruh rokok di sela bibir, menyulut ujungnya dengan korek. Ia menghembuskan nafasnya pelan, keluar asap rokok yang mampu membuat Libra tertawa kecil.
Menertawai hidupnya.
Pemuda itu menyalakan laptopnya, ingin melampiaskan perasaan dengan bermain game. Saat hatinya terasa sakit dan sesak, pemuda itu akan bermain game sampai pagi. Jika bosan, dia akan bermain gitar sampai ngantuk dan tidur.
***
Gadis dengan rambut yang di ikat berantakan itu mendengus. Berkali-kali dia terlihat melihat ponselnya, berharap ada notifikasi muncul.
Aswa yang di depannya menyeruput kopinya sambil memperhatikan suasana cafe yang tenang dan tidak seramai biasanya. Live band yang menyanyikan lagu sendu sedikit membuatnya terusik.
"Jadi keinget mantan kalo denger lagu ini"
Selena mencomot kentang di depannya sebelum menyahuti.
"Crystal?"
Aswa mengangguk. Ingatannya mengarah jauh ke sosok yang dulu pernah menemani hari-harinya di Inggris, Crystal, cewek rusia yang sempat jadi kekasihnya selama dua tahun.
"Dia cantik, kenapa mau sama elo ya?" Selena bertanya dengan heran, ia menatap polos Aswa membuat pria itu mengumpat.
"Dia bucin sama gue," balas Aswa bangga, lalu matanya sendu. Kembali teringat dengan Crystal yang sempat main api di belakangnya padahal gadis itu terlihat sangat mencintainya.
Apa yang terlihat memang belum tentu tulus.
"Keliatannya doang yang bucin, taunya udah punya anak sama yang lain" cibir Selena, Aswa mengumpat kasar.
Selena mengangkat ponselnya, melihat chat yang tak kunjung centang biru. Gadis itu mendesah berat, tangannya menopang dagu dan kembali menggeletakkan ponsel.
"Gue ketar-ketir chat duluan, taunya gak dibaca" kata Selena sendu, gadis itu mengulum bibir bawahnya.
"Fokus kuliah dulu gih, jangan cinta-cintaan terus" kata Aswa memberi nasihat.
Selena mendecih, "Emang kapan gue cinta-cintaan terus? Ini pertama kalinya, om" jawab Selena sewot.
Aswa mendelik, "OM? Gila lo gue baru 24 tahun, njir" katanya tak terima.
Meskipun Aswa lebih tua enam tahun, tapi pria itu masih bisa di bilang seumuran dengan Selena. Wajahnya yang tampan seperti anime memiliki sisi cute dan manis saat tertawa.
Aswa tidak setua usianya.
Aswa menghela nafasnya pelan, ia menyenderkan tubuhnya di kursi. "Dia gk dateng deh, bukan jadwal dia nyanyi kali, gantian sama yang lain"
Selena kembali mencomot kentang goreng, kali ini sampai habis. Dia tidak semangat seperti tadi, yang mengajak Aswa nongkrong di mister dengan penuh paksa karena Aswa sendiri banyak perkerjaan sebenarnya.
Satu notifikasi muncul, membuat Aswa dan Selena kompak menoleh jadi memandangi layar ponsel Selena. Gadis itu mengelap tangan dengan tisu dan membuka layar ponselnya dengan gemetar.
"Yaahh, Kang Mas Libra cuek" kata Aswa dengan memelas, terlihat kecewa untuk mengejek Selena.
Selena melongo memandangi layar ponselnya, matanya mengerjap tak percaya.
Selena : Lib, ini gue Selena
Libra : Iya.
Sudah begitu saja jawaban Libra. Selena yang sudah merangkai khayalan di kepalanya kalau dia bakal chatan panjang lebar lalu ngobrol santai di cafe Mister kini jadi mendesah keras.
Dia meletakkan ponselnya kasar.
"Gila! Gue udah deg-degan dia enteng banget jawabnya" Selena meneguk minumannya, tubuhnya panas dingin karena gugup mengingat ini pertama kalinya Selena chat cowok duluan. Sedangkan Libra terlihat acuh tak peduli.
Gadis itu ingin kembali mengirim balasan, tapi ia mengurungkannya.
Biarkan seperti ini dulu untuk awal. Mungkin lain kali Selena akan mencari bahan obrolan yang lebih panjang.
"Cabut yuk, nonton"
Selena mengambil ponsel dan jaketnya, ia berjalan keluar lebih dulu. Aswa yang di tinggalkan mendesah berat, mau tidak mau kali ini dia yang membayar.
Kebiasaan Selena saat badmood adalah nonton, gadis itu sangat tergila-gila dengan film.
Di kamarnya, Libra memandangi roomchatnya dengan Selena. Gadis itu, entah kenapa Libra selalu merasa nyaman saat berbicara dengannya.
Selena gadis yang sangat menarik dan cantik, Libra tidak bisa mengelak soal itu. Sejak pertama, Libra suka dan tidak bisa jika tidak melihat Selena.
Tapi sayangnya Libra bukan tipe orang yang mudah bergaul, dia bukan tipe seperti Astra yang mudah berbaur dengan siapa saja.
Pria itu terbiasa sendiri, sehingga dia kesulitan untuk mencari topik pembicaraan.
Chat baru muncul, dari Kevin. Temannya itu mengirimkan foto Seorang gadis yang masuk mobil dengan seorang pria. Itu Selena dan dosennya, Aswa.
Libra menunggu Kevin yang mengetik.
Kevin : Akrab banget mereka, punya hubungan apa ya?
Kevin dan Aldo berada di kampus yang berbeda sehingga tidak mengenali Aswa.
Libra : Itu dosen gue
Kevin : Mereka pacaran?
Libra memandang balasan Kevin tidak suka. Pemuda itu mengernyit, timbul juga pertanyaan yang sama dengan Kevin. Mereka pacaran kah? Aswa dan Selena?
Kalau di perhatikan, mereka berdua memang selalu akrab. Seperti tidak ada ruang kosong di antara mereka.
Libra menggeleng, merasa heran juga kenapa dirinya repot memikirkan itu. Memang kenapa kalau mereka punya hubungan?
Libra menaruh ponselnya. Sebenarnya dia sudah bilang ke teman-temannya kalau dia gak enak badan hari ini. Walau sebenarnya, dia hanya sedang tidak mood ada di keramaian.
"Dia kayaknya bebas banget keluar malamnya" Libra masih memikirkan Selena, gadis itu terlihat bebas dengan jam malamnya tidak seperti Kiran.
"Kenapa jadi mikirin dia sih?" sungutnya, "Mending lanjut main game"
Aswa lagi lagi nenghela nafasnya pasrah. Selena mengajaknya makan sate di pinggir jalan. Sebuah hal yang cukup unik bagi Aswa, karena pria itu tidak pernah makan di pinggir jalan.
"Mending nonton deh, dari pada makan ini. Ayok dah nonton, elo tadi mau nonton kan?" Aswa masih membujuk Selena untuk segera pergi dari sini.
Selena menggeleng, "Baunya enak banget, bentar dulu napa sih?" balasnya dengan sewot.
Aswa mengusap wajahnya kasar, dia berpindah duduk di sebelah Selena. Dia khawatir bajunya bau asap.
"Galau banget elo di cuekin Libra?"
Selena mengangguk, "Berjuang tuh susah ya?"
Aswa mengangguk mengiyakan. "Iya, apalagi elo gak pernah susah sebelumnya"
Selena merasakan ponselnya bergetar. Melihat ada notifikasi dari mamanya. "Mama minta di bawain martabak telor 3 loyang, masa"
"Ee buseet! Banyak amat"
Selena bilang dia tidak akan pernah pergi ke luar negeri, dia menolak dengan kasar saat Papanya memberi tugas untuk menyelesaikan proyek besar di negara manapun. Tapi, saat mendengar negara kali ini adalah Australia, Selena tanpa pikir panjang langsung mengiyakan tawaran dari sang Papa.Karena itu di sinilah Selena, di kota Sydney.Gadis dengan rambut ash blonde yang dibiarkan terurai itu berjalan ringan menyusuri jalan, ia menyelesaikan proyek lebih cepat dan tinggal lebih lama. Untuk liburan alasannya, tapi bagi Vina dan Aswa itu adalah alasan yang bodoh.Mereka berpikir Selena pergi karena berharap bisa bertemu dengan Libra. Well, engga salah sih. Tapi engga seratus persen hal tersebut benar. Australia adalah negara impiannya untuk tinggal kelak, karena itu dia bersedia kemari dan menerima proyek yang ditawarkan."Sorry," ucapnya ketika tanpa sengaja menabrak bahu seseorang.Orang itu tidak menjawab dan langsung berlalu pergi. Cih, tidak sopan!
Pagi itu tepat di hari ulang tahun Selena, gadis itu memasang wajahnya yang riang dengan membawa sekotak kue bersamanya. Gadis itu dengan santai berjalan menuju pekarangan rumah kos Libra. Menyapa Alif yang sedang mengambil makanan dari pengantar makanan.Alif memasang wajah kaget dan kaku ketika melihat Selena, tapi gadis itu tidak berpikir macam - macam. Ia ingin merayakan ulang tahunnya bersama Libra jadi Selena harus tetap ceria. Gadis itu dengan santai membuka pintu kamar Libra.Biasa saja, terlihat sama seperti hari - hari sebelumnya. Masih tetap gelap."Hai, Love. Aku ulang tahun, lho. Jadi, ayo kita rayakan bersama," kata Selena menaruh kue yang dia bawa ke atas meja. Lalu berjalan ke arah gorden dan membukanya.Selena juga membuka sedikit jendela kamar Libra, membiarkan udara segar masuk. Kemudian Selena berbalik. Raut wajahnya yang semula ceria berubah.Bola mata Selena bergerak mencari sosok yang biasanya ada, tapi sekarang tidak ada. Ap
Selena, Libra, dan Aswa menatap ketiga orang dewasa yang nampak akrab dalam waktu dekat itu. Bahkan tidak butuh waktu berjam - jam untuk mereka bisa mengobrol dengan nyaman, sama sekali tidak ada kecanggungan yang tercipta di antara mereka.Mama Selena yang memang memiliki keperibadian hangat bisa dengan mudah membuat Tasya dan Satrya merasa nyaman. Mereka mengobrol tanpa kehabisan topik."Gue engga paham mereka ngomong apaan," kata Aswa yang diangguki Selena dan Libra dengan kompak."Bisa nikah malam nanti nih kalian kalau kayak gini caranya," lanjut Aswa kembali berbicara.Lagi - lagi Selena dan Libra kompak mengangguk.Aswa menoleh ke arah dua orang yang lebih muda darinya itu dengan sebal. "Apa - apaan engga ada yang nyahut!"Aswa menyugar rambut cokelatnya, pemuda itu kemudian mengambil ponsel dan sibuk bermain sosmed. Lebih tepatnya bertukar pesan dengan Anna, kekasihnya.Selena menghela napas mendengar Mamanya berbicara tanpa h
Selena berjalan dengan riang setelah memarkirkan mobilnya, ia masuk ke dalam rumah sakit dengan menenteng kantong plastik berwarna putih. Ia menyempatkan membeli camilan terlebih dahulu di minimarket sebelum kembali ke rumah sakit.Kalau ditanya kenapa dia pulang dan membiarkan Libra sendiri, jawabannya adalah Mamanya yang mengomel karena dia tidak pulang sama sekali. Lagi pula, Libra sudah akur dengan Mama dan Ayah tirinya. Selena merasa lega meninggalkannya sendirian.Gadis itu menggeser pintu dan menemukan Libra yang sedang makan. Selena menyatukan alis, menatap tajam pemandangan mesra di depannya."Gue kira elo udah berhenti gangguin cowok gue," sindir Selena.Kiran yang tadinya mau menyuapi Libra langsung berdiri karena kaget. Cewek yang rambutnya sekarang dipotong pendek itu menjauh dari ranjang Libra. Tidak mau ribut dengan Selena yang sedang dalam mode galak."Dia kesusahan tadi buat makan, tangannya kan masih sakit," jawab Kiran memberi al
Huh! Selena menghela napas. Puzzle di otaknya sekarang sudah lengkap. Alasan Libra tidak mau memberi tahu Selena soal Mamanya karena dia takut Selena akan meninggalkannya. Selena sedikit senang karena alasan tersebut, itu berarti Libra sangat mencintainya. Namun, tidak baiknya adalah Libra mengira Selena adalah orang yang menilai orang lain berdasarkan status sosial. "Kamu pikir aku akan pergi karena ini? Itu konyol banget, Lib," kata Selena tenang. Ia tidak segugup tadi. Libra menatap Selena dalam diamnya, masih belum memberikan reaksi apapun. Libra menunggu Selena selesai berbicara. "Aku suka kamu itu artinya aku menyukai segalanya tentang kamu," ujar Selena tenang, dengan tatapannya yang lurus menembus netra cokelat Libra. "Aku menerima kamu apa adanya, Libra." Libra meneguk ludahnya, perkataan Selena membuat pipi dan telinganya memerah. Hey, cowok juga bisa malu dan merasa melting, lho. Cowok punya perasaan yang bisa baper ju
Mamamu dirawat di rumah sakit, Ia terkena sakit jantung. Temui Dia setidaknya sekali, Libra!Selena menutup mulutnya tak percaya, Ia menaruh tangannya di atas nakas sebagai pegangan. Gadis itu menggigit bibir, membaca pesan itu sekali lagi. Bisa saja dia salah baca kan, badannya sedang lelah jadi Selena pikir otaknya juga sedang nge -lag.Akan tetapi, dibaca - baca beberapa kali pun pesan itu tidak berubah, isinya tetap sama. Sebuah informasi yang membuat hati mencelos. Jika gadis itu saja sampai terkejut, bagaimana dengan Libra.Pemuda itu pasti juga akan terkejut mendengar kabar ini.Selena memijat pelipisnya. Tiba-tiba merasa pusing dan tidak tahu harus apa. Hal yang Ia lakukan pertama kali adalah membalas pesan itu walau Selena tidak tahu pesannya dari siapa.Maaf, Saya Selena pacarnya Libra. Hapenya tertinggal di Saya, Saya akan segera memberi tahu Libra. Semoga Mama Libra diberi kemudahan untuk sembuh.Selena membaca pesan yang Ia keti