Selena sedikit kaget saat Astra menaruh tas di sampingnya, pemuda itu lalu menatapnya sebelum mengerling.
"Dih" Selena memasang wajah jijiknya.
Astra mengedikkan bahu lalu mulai sibuk dengan game nya. Selena melihat sekeliling, kelas sudah penuh, hanya tempat di sampingnya yang tersisa.
Selena duduk tegak saat Libra masuk kelas, mencari bangku kosong yang bisa ia duduki. Sampai pandangannya bertemu dengan Libra. Gadis itu menelan ludah gugup.
Teringat semalam dia ngechat duluan yang hanya dibalas tiga huruf.
Selena mengulum bibir saat Libra duduk di sebelahnya. Gadis itu berpura-pura sibuk dengan ponsel, entah dia terlalu pede atau apa tapi dia merasa Libra menatapnya.
Selena membuka aplikasi platform membaca, menscroll beranda ingin memilih buku yang akan ia baca. Tapi Selena tidak bisa fokus, apalagi ketika Libra membuka suaranya.
"Suka baca?"
"Hah?"
Selena merutuk dalam hati, "Aa iya, gue suka banget baca" jawabnya gugup, gadis itu menyentuh belakang lehernya.
"Nanti mau ke toko buku?"
"Eh?"
Selena terkejut dengan ajakan mendadak seperti itu. Libra juga tersenyum tipis, tentu saja Selena mengangguk secara naluri. Tidak ingin menyiakan kesempatan ini.
Gadis itu mengepalkan tangan, bersorak 'YES'pelan. Astra mendelik karena tangannya terkena sikut Selena, gadis itu mengucapkan maaf tanpa suara. Astra jadi ngeri sendiri karena air muka gadis itu yang terlihat cerah.
Aswa yang baru masuk kelas untuk mengajar bergidik ngeri melihat Selens senyum-senyum sendiri. Tapi langsung kembali memasang wajah dingin saat Libra memandangnya tidak ramah.
"Kita kuis hari ini," ucap Aswa lantang membuat Astra reflek menjatuhkan ponsel. Mahasiswa yang lain juga jadi bersuara heboh, protes karena kuis dadakan.
Begitu kelas selesai, semua anak di kelas menjadi lebih lega. Kuis dadakan berlangsung dengan tegang. Untungnya tidak ada matkul lain hari ini.
"Gila! Tegang banget gue tadi, awas aja ya Aswa" ucap Selena geram. Kesal juga karena semalam dia tidak sempat belajar.
Libra terkekeh, "Elo pinter, santai aja"
Selena mengatupkan bibir, lupa kalau yang di sampingnya adalah seorang Libra Aditya.
Selena tersenyum, bersiap membuka mulut untuk berbicara sebelum Kiran datang.
"Libra, bisa temenin ke mall gak?"
Libra mengangkat alisnya, pemuda itu tersenyum lalu menggeleng. "Sorry, Ki. Gue mau pergi sama Selena."
Selena melotot kaget Libra menyebut namanya. Dia belum mengatakan iya.
Berikutnya, Libra menarik tangan Selena lembut. Memaksa gadis itu berdiri dan berjalan di sampingnya.
"Kasihan Kiran" kata Selena.
Libra menggeleng, "Gak papa, Selena"
Untuk pertama kali, Libra menyebut namanya membuat Selena melting. Gadis itu memegangi dadanya yang bergemuruh.
Tanga Libra yang masih menggenggam tangannya membuat dia panas dingin. Selena bahkan tanpa sadar tersenyum terus sejak tadi.
"Kenapa gemetar?" tanya Libra yang menyadari Selena tidak tenang. Tangan gadis itu juga sedikit berkeringat.
"Itu, seneng aja elo sebut nama gue hehe" jawabnya cengengesan.
Libra mengerutkan dahinya, dari ujung matanya dia melihat Aswa memandang dirinya dan Selena.
"Bawa mobil?" tanya Libra lembut.
"Kebetulan engga, tadi bareng sepupu" jawab Selena. Libra mengangguk, dia melihat Selena dari bawah ke atas. Gadis itu memakai jins dan kaos yang simple.
"Great! Kita naik motor gue kalo gitu"
"Motor?" tanya Selena dengan mata berbinar.
Sejak dulu dia ingin sekali naik motor dengan pacarnya seperti di sebuah film. Libra memang bukan pacar tapi dia tetap orang yang di sukai Selena. Jadi, gadis itu tetap merasa excited.
"Pernah naik motor?"
Selena menggeleng. Libra yang merasa gemas mengusap pipi gadis itu lalu menarik tangan Selena untuk jalan kembali.
Aswa di tempatnya menatap itu ngeri, menggelengkan kepalanya. Anak jaman sekarang suka sekali tebar yang uwu-uwu. Pemuda itu ingin beranjak tapi ia menoleh melihat Kiran yang berusaha menahan air matanya.
Cinta bertepuk sebelah tangan!
Aswa menyentuh dadanya, ia jadi teringat dengan Crystal. Sang mantan.
*****
Libra memarkirkan motornya, lalu membantu Selena melepas helm.
Selena menatap toko buku di depannya yang cukup ramai. Tempat toko tersebut terlihat nyaman dengan desain yang menarik. Meja panjang yang menghadap jendela bisa membuat siapapun yang duduk bisa menatap langsung ramainya jalan.
"Ayok"
Kali ini tidak ada pegangan tangan. Libra berjalan lebih dulu. Selena mengikutinya di belakang.
Begitu masuk, Selena merasa dia seperti masuk ke dunia lain. Toko buku itu tidak membosankan seperti toko buku yang lain. Tempat tersebut cukup unik.
Meja bundar di tengah menyajikan beberapa box yang di tumpuk. Selena penasaran dan ingin menghampiri. Tapi Libra memanggilnya. Pemuda itu berjalan ke tempat yang lebih dalam.
"Woow, ini tempat apa?"
Selena merasa takjub dalam sebuah toko buku ada tempat yang terlihat menyenangkan dan super nyaman, di tempat itu di sediakan makanan ringan dan minuman di setiap meja.
"Ini tempat membaca. Menyenangkan banget kan ada makanannya?"
Selena mengangguk antusias. "Aku tidak tau ada tempat semenarik ini."
Libra langsung duduk di bangku kosong, tangannya meraih snack dan membukanya.
Libra mengulurkannya pada Selena, "Ambil gih, ini gratis"
Selena membelalak, "Serius gratis?"
"Kalau untuk Libra sih Yes"
Selena menoleh, menatap seorang pemuda yang tersenyum manis. Lalu di peluk akrab oleh Libra. Gadis itu tersenyum canggung saat pemuda itu menyalaminya.
"Ini Vito, owner tempat ini sekaligus sahabat gue mulai kecil" Libra memperkenalkan.
Vito tersenyum, ia memperhatikan Selena dengan seksama sebelum mempersilahkan duduk kembali.
"Lama banget elo gak ke sini, biasanya sebulan sekali" Vito membuka obrolan.
"Lagi sibuk gue, elo tau gue gak bisa leha-leha aja."
Selena tersenyum melihat ke-akraban itu. "Emang tempat ini udah berapa lama?"
Vito menoleh, "Ini tahun ke-empat, toko buku ini gue buka pas baru masuk awal-awal SMA. Bocah ini yang bantu pas ribet-ribetnya dulu."
Libra terkekeh, pemuda itu mulai membuka snack yang lain. Membiarkan Selena bertanya apa yang ingin dia ketahui soal toko ini.
"Libra biasanya datang sama Kiran, sekarang sama cewek lain gue jadi takjub" ucapan ringan itu membuat Selena sedikit tidak nyaman.
Libra yang menyadarinya berdehem, memberi isyarat Vito untuk pergi. Sayang, pemuda itu bukan orang yang peka.
"Deket banget emang sama Kiran?" tanya Selena, dia cukup penasaran soal Kiran.
Vito terlihat berfikir, "Apa ya, Libra sama Kiran tuh udah kayak lem sama perangko. Berdua mulu sejak kecil."
"Apaan, kagak nyet. Gak usah berlebihan juga" sewot Libra. Pemuda itu tidak terlalu suka jika membahas Kiran.
"Apanya? Kalian itu udah deket banget nget nget, tau gak lu hah? Dia satu-satunya cewek yang elo biarin deket di samping elo" kata Vito ngotot, masih belum menyadari jika Libra terganggu.
Libra menginjak keras kaki Vito. Saat temannya ingin memprotes, pemuda itu melirik Selena, berharap kali ini Vito mengerti kodenya.
Vito yang menyadari itu mendelik, menatap Selena yang sudah terlihat kehilangan moodnya.
"Eh tapi Libra gak ada hubungan apa-apa sama Kiran, Libra mah cuek anaknya" katanya berusaha mengembalikan situasi. "Gue pergi deh, ada kelas habis ini"
Vito meninggalkan Selena dan Libra dalam keadaan canggung.
Selena tersenyum. Bersikap seakan-akan tidak ada apa-apa. Dia masih harus kalem dulu, privasi Libra tidak boleh terbuka dulu. Selena ingin mengenal Libra pelan-pelan.
"Gue mau lihat-lihat buku, ke depan lagi yuk" ajak Selena. Jelas sekali gadis itu tidak suka kecanggungan.
Selena memimpin berjalan di depan. Tangannya memegang beberapa buku yang menurutnya menarik.
"Elo suka baca?" tanyanya.
Libra yang di belakang menggeleng, "Engga, gue ngantuk kalau buka buku"
"Terus kalau kesini ngapain?"
"Gue suka suasananya yang tenang. Tapi tidak sesepi pas sendirian di kos" jawab Libra.
Selena berbalik ke belakang, "Lah ngekos? Orang tua kemana?" tanya Selena dengan mimik muka serius tapi Libra hanya tersenyum manis.
"Ada."
Pemuda itu mengambil alih buku yang dibawa Selena. Terlihat beberapa buku romance yang di pilih gadis itu.
"Ini aja yang mau dibeli?"
Begitu Selena mengangguk, cowok itu membawanya ke kasir. Berniat membayar.
"Gak usah, gue aja yang bayar" Selena menahan tangan Libra.
"Gue yang ngajak, gak papa."
Selena mengatupkan bibir, lalu mengikuti langkah Libra.
"Habis ini mau makan gak? Gue traktir."
Libra berbalik, menyentuh kedua pundak Selena dengan tersenyum. Lalu mencubit kedua pipi gadis itu dengan gemas. "Manis banget sih."
Libra memarkirkan motornya di depan outlet bakso. Dia menaruh tangannya diatas kepala Selena, melindungi gadis itu dari hujan. Tangannya langsung menarik Selena untuk masuk ke dalam."Gak papa?" tanya Libra khawatir. Selena balas menggeleng.Kedua orang itu kompak melihat ke langit. Langitnya cerah tapi hujan turun secara tiba-tiba. Libra mengulurkan tangan, merasakan tetesan hujan.Selena melihat ke dalam outlet bakso yang lumayan ramai. Dia menepuk tangan Libra. "Makan yuk, gue laper."Libra menoleh, melihat lebih jauh ke dalam. Meskipun outlet ini tergolong bersih, tapi dia tidak yakin kalau Selena bisa memakan bakso yang murah seperti ini."Elo yakin makan di sini?" Libra bertanya karena sedikit ragu.Melihat Selena yang mengangguk membuat Libra menaikkan alisnya, heran karena gadis ini sama sekali tidak keberatan makan bakso di sini. Padahal,
"Bagusan ini atau yang ini, Mbak?"Selena menunjukkan dua kaos oversize kepada Mbak Irma, salah satu pembantu di rumahnya. Melihat raut kebingungan Mbak Irma membuat gadis itu mendengkus."Tumben Nona bingung memilih pakaian, biasanya juga gak pernah ribet," kata Mbak Irma yang kini ikutan duduk di samping Selena."Hari ini aku lagi bahagia, mau mengesankan dosen dengan presentasiku nanti."Selena menatap baju di tangannya kemudian membuangnya frustasi. Hanya karena bingung memilih pakaian saja membuat Selena kehilangan moodnya. Padahal gadis itu sudah berbunga-bunga dan semangat sejak semalam. Dia bahkan dengan berapi-api mengerjakan semua tugas agar dia bisa longgar di akhir pekan."Nona suka dengan dosennya?" Selena menoleh, lalu menggeleng. Gadis itu berdiri dan dengan lesu melihat kembali isi lemari. "Terus kenapa perlu mengesankan dosen kalau gitu?" lanjut Mbak Irma.
Tidak seperti apa yang ada dalam bayangannya kemarin, hari sabtu Selena akan berjalan dengan baik kali ini. Tentu saja Libra Aditya adalah alasannya. Seperti di drama korea, hari ini Libra mengajaknya mengerjakan tugas bersama lalu menonton setelahnya. Kemudian, gadis itu bisa menonton Libra manggung bersama bandnya, bahkan, Selena sudah memberi tahu Vina agar gadis itu datang juga ke cafe Mister.Karena terlalu senang, akibatnya gadis itu bangun terlalu pagi meskipun semalam dia kesulitan tidur. Pukul tujuh pagi, dia bahkan sudah selesai mandi dan bersiap turun untuk sarapan. Bibirnya tidak berhenti untuk bersenandung sejak tadi.Mbak Irma yang menyiapkan sarapan sampai terkejut, karena Selena tipe anak yang kalau mau sarapan harus menunggu lapar dulu dan paling pagi jam sembilan baru sang putri dari rumah mewah itu turun untuk makan. Karena itu momen sarapan di rumah itu begitu langka ketika Selena menginjak usia remaja.
Selena mengipasi wajahnya dengan tangan, tapi ia rasa itu tidak cukup untuk menghilangkan rona merah di wajahnya. Libra dengan suksesnya membuat Selena malu sampai tidak bisa berkutik."Pliss deh, Sel. Dia bilangnya nyaman bukan sayang. Gak usah seneng gak jelas lo," katanya dengan menepuk pipi. Walaupun berikutnya gadis itu masih heboh sendiri merasa degup jantungnya masih cepat."Oke calm..calm down, Selena. Calm down, oke?" Gadis itu menghirup nafas panjang dan menghembuskannya pelan.Setelah di rasa cukup tenang, dia keluar dari kamar mandi dan merasa kesulitan nafas ketika melihat Libra menunggunya. Pemuda itu bersandar pada tembok dan memainkan ponselnya."Gilaa! Ganteng banget," pujinya.Libra terlihat biasa saja ketika banyak orang terang-terangan menatapnya. Dia masih memasang wajah tidak pedulinya.Selena tersentak saat Libra memandangi diriny
Tidak peduli sekeras apapun Selena mencoba, gadis itu tidak bisa terjun ke alam mimpi. Setiap kali memejamkan mata dia teringat dengan perkataan Libra.Nyaman itu berarti suka."AAAAA SIALAN!"Selena melihat ponselnya, sudah pukul satu padahal tapi gadis itu masih tidak bisa tidur. Seriusan, Selena bisa gila hanya karena kata-kata yang di ucapkan Libra.Tangannya membuka aplikasi chat, dia sengaja melihat profil Libra. Pemuda itu online.Selena ingin mengirimi Libra pesan, tapi gadis itu ragu. Jika dia yang mengirimi pesan duluan maka Libra akan membalasnya cuek.Roomchat mereka hanya ada chat Selena yang pertama kali beserta balasan singkat dari Libra, dan chat dari pemuda itu kemarin. Tidak ada yang spesial. Karena mereka memang tidak pernah bertukar pesan cukup lama.Libra juga bukan tipe cowok yang pakai kata, dia talk l
Pria itu berjalan santai memasuki toko perhiasan yang mewah, dia bahkan memainkan kunci mobil di tangan sambil bersiul."Saya mau lihat model terbaru," katanya to the point begitu salah satu pegawai di sana menyambutnya."Ada beberapa model terbaru, yang paling best seller adalah cincin disini. Apa anda mau melihat?" tawar pegawai itu dengan sopan.Pria itu menggeleng, ia mendudukkan diri di kursi panjang di sana. "Jika itu best seller maka itu akan menjadi pasaran, saya mau yang limited edition."Pegawai itu terlihat berpikir, mencoba mengingat sesuatu yang limited namun masih tersedia di toko."Ada kalung berlian yang baru datang kemaren, Pak. Cuma ada dua di negara ini, yang satu sudah di pesan, apa anda mau saya mengambil yang satunya?"Pria dewasa itu mengangguk sambil menyunggingkan senyuman tipisnya. Jujur saja meski usianya tidak lagi muda tapi
Gadis itu membuka matanya pelan, mengerjap beberapa kali sebelum mengangkat wajahnya. Selena memeriksa ponsel, matkul selanjutnya masih setengah jam lagi.Gadis itu melihat perpustakaan yang sedikit lebih ramai dari waktu dia datang tadi."Sudah bangun?"Selena tersentak, baru menyadari di depannya ada orang. Selena menyenderkan tubuhnya di kursi, menyilangkan kaki dan juga tangannya di depan dada.Gadis itu memasang wajahnya sedikit angkuh.Selena mengangkat alis saat Kiran menatapnya serius, gadis itu seperti ingin mengatakan sesuatu pada Selena."Jangan deket sama Libra, dia gak suka sama elo!" kata Kiran cepat.Selena berdecak, dia akui Kiran yang terlihat polos dan lembut itu sangat berani."Elo gak ada hak ngelarang gue," balas Selena santai, dia tersenyum miring melihat Kiran terkejut dengan kata-kata
Penampilan Libra memang selalu menarik perhatian bahkan ketika Libra hanya memakai tudung hoodie putihnya dan bibirnya yang terlihat mengunyah permen karet.Sangat tampan, dia sendiri juga mengakui itu.Meskipun risih ketika dia selalu menjadi spotlight dimanapun dia berada, tapi Libra tidak munafik juga kalau dia menikmati hasil kepopulerannya.The Stupid yang semakin populer tidak hanya manggung di cafe Mister tapi juga terkadang di undang ke acara birthday party mahasiswa disini."Libra!"Pemuda itu menghentikan langkah, tanpa berbalik juga dia bisa mengenali siapa yang memanggilnya. Namun, pemuda itu meneruskan langkah setelah beberapa saat diam, dia tidak ingin berbicara dengan gadis itu untuk saat ini."Libra, dengerin aku dulu."Libra menatap datar gadis yang merentangkan tangan dengan nafas terengah-engah di depannya.