Share

BAB 12

“Tapi itu tidak bekerja. Saat aku memejamkan mata pada momen mengantuk, aku tetap tidak bisa tidur.”

“Oke, lupakan soal tidak bisa tidur. Dari tadi aku penasaran akan satu hal, kenapa kamu meminta untuk ditampar lagi?” Daniel masih bisa melihat dengan jelas bekas merah di pipi Abian. Sepertinya tamparannya sangat keras dan jangan tanyakan soal rasanya. Sudah bisa dipastikan itu pasti sangat sakit.

“….”

Abian menatap Daniel lama.

“Berhenti menatapku, tatapanmu itu seolah berkata ‘Apa maksudmu? Sudah jelas untuk memastikan rasa kantuk’ begitu, bukan?” Daniel mencoba menerjemahkan tatapan tajam Abian.

“Tapi apa kamu tidak memikirkan kalau rasa kantuk itu tidak hanya bisa dirasakan lewat tamparan? Misalnya, lewat sentuhan anggota tubuh lain. Bukankah kehadiran sosok Hanum ini juga aneh dan kebetulan? Seolah tubu

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status