“Apa yang kamu fikirkan? Minuim teh-nya selagi hangat.” Tegur Kairo membawa gelas teh hangatnya mendekat pada Dinda dijendela.
Dinda mengendikan bahunya,“Tidak ada… hanya memikirkan bagaimana untuk segera pulang.”
“Tertarik dengan dia? Berencana untuk menerima ajakannya?”
Dinda mengulas senyuman tidak ingin melihat wajah Kairo, “Sekali lagi Mas, itu bukan urusan kamu.”
“Akan jadi urusan saya apapun itu, saya tidak melakukan dengan sembarang orang, tidak melakukan jika tidak sayang atau cinta, saya tahu pasti kamu juga demikian.”
Dinda lantas tertawa, “Spekulasi yang bijak bolehkah saya membalikny? Tidak akan menceraikan saya jika cinta akan memperjuangan saya jika sayang.”
KDinda mendadak tidak jadi bangkit saat ia lihat wajah lelaki itu penuh harap, “Please, beri saya waktu...” Mohonnya lagi,”Kita perbaiki sama-sama.”Dinda pun menjatuhkan lagi dirinya ke ranjang namun sedikit memberi jarak,”Saya tidak tahu apakah waktu kita masih ada.”Tatapan Kairo memelas ia menangkup wajah Dinda, “Tergantung kamu, saya yakin kamu merasakan apa yang saya rasakan kita sama-sama butuh tapi kamu mencoba menepisnya. Kita pernah buat kesalahan sekarang jangan lakukan lagi.”“Tapi ini juga tidak benar, Mas...”Kairo menganggukan kepalanya, “Ya saya tahu, saya tahu ini tidak benar, saya hanya minta waktu kamu saja lalu kita sepakati untuk cari jalan keluar agar bisa sama-sama lagi.”“Jalan keluar?&r
“Hati-hatidi jalanmas…” Adinda bergegas akan turun.Kairo segera menarik lengannya, “Mana ponsel kamu!”Dindaberkerut dahi kemudiantertawa, “Ponsel? Mau apa?”Tidak menjawab Kairo kemudian mengambil ponselmiliknya sendiri di dashboard lalu mengulurkan pada Adinda, “Masukan kontak kamu…”“Kontsk saya, kamu sudah membuka saya dari daftar blokiran kamu?” Dinda tersenyum mengolok Kairo.Kairo sejenak ingat, “…Masih yang lama?” ucapnya kemudian.Ujung bibir Dinda menyungging tinggi, “Ada yang berharapsuatuhariakan adayang mencarinya dan membuka blokiran itu.” Dinda kemudian turun masih mengulas senyuman dan melambai pada Kairo yang terdiam atas ucapan Dinda barusan.Kairo tersentil ia juga mengharu atas perkataan Dinda, segera ia membuka kontak Dinda dari daftar blokirannya, ke
Malam semakin larut Adinda yang kesal di kerjai oleh Kairo memutuskan untuk tidur disofamenjauhi Kairo,dia merasa sudah lelah sekali seharian ini dan besok juga harus banyak lagi yang akan dia kerjakan di kantor terkait urusan Benny, Adinda menegasakan pada Kairo agar laki-laki itu tidak mengganggunya tidur, bayangkan saja saat sudah akan terpejam tiba-tiba Kairo mengabari bahwa dia sedang sakit dan butuh tukang pijat malam itu juga, bagaimana mungkin ia tidak panik membayangkan Kairo kenapa-kenapa. Kairo yang dilarang mendekati Adinda juga sudah terlelap di ranjang deluxe-nya dia pun sama lelahnya hari ini membuatnya benar patuh tidak mengusik Dinda yang tidur, hingga lelaki itu tiba-tiba terjaga di waktu menjelang pukul 3 pagi saat terasa ingin buang air dan segera bergegas ke kamar mandi. Dengkuran halus terdengar teratur dikamar itu, Kairo mengambil segeral air setelah dari
Sesampainya mereka semua di Bandara tempat tujuan lagi dan lagi Adinda menjadi yang paling sibuk, dia harus menunggu bagasi mereka semua sementara yang lain menunggu di sebuahLoungedimana rekan Beny menjemput mereka disana.Orlin, Beny dan istri menikmati waktu bersantai mereka disana sembari mensantap desert dan beberapa minuman ditempat itu. Kairo tidak ikut bergabung dia mengatakan akan ke toilet.“Mas? Masih di toilet atau sudah sedang minta bantuan porter bawainbaggagebersama Dinda?” tanya Orlin sebab tadi dia berpisah dengan Kairo disana.“Saya BAB mulu nih, tunggu saja disitu, masalah bagasi urusan Adinda kan?" ucap Kairo di telepon, padahal dia sedang bersama Adinda disebuahcafé memangku kekasihnya itu yang sedang merajuk sebab di paksa meninggalkan pekerjaanya mengurusi bar
“Orlin minta tolong Mas….” Lihat Adinda pada Kairo memberikan ponselnya. Kairo kemudian mengambil dan membacanya.“Kamu buka?”“Belumcumalihat dari pemberitahuannya saja.”“Sudah biarkan saja.”“Eh nggak boleh gitu mas, mana tau beneran lagi kesulitan coba deh lihat dulu.”Kairo membuang ponselnya ke ranjang lalu ia menjatuhkan lagi dirinya disana,” Sudah saya mau tidur buruan kerjain pekerjaan kamu saya tungguin disini.”Adinda menarik nafasnya lalu menghembuskan,“Mas kamu kesini bukan untuk temani saya tapi untuk Orlin dan keluarganya sudahlah pergi sana temui dia nanti jadi panjang lagi dia ngaduin ke mama kamu.”“Iya saya tidur sebentar&hell
Samar suara alarm terdengar jauh dipendengaran Kairo, perlahan membuat dia yang bertelungkup memeluk sebuah bantaan sofa disebuah lantai terjaga, ia merasakan dingin dan seperti sedang berada disebuah tempat yang kosong. Seketika Kairo membuka mata dan dia terkesiap saat ia lihat dia sedang beradadisebuahkamar mandi. Kairo segera bangkit dan melihatdirinya yang hanya memakai sebuah handuk dan segeraia punmemasangnya dengan benar, Kairo tidak tahu dia sedang berada di kamar mandi siapa, sejenak ia memujat dahinya memutar ingatan apa yang terjadi sebelumnya. Kairo pun mendapatkan ingatan-ingatannya bahwa malam tadi dia bersama Orlin. Kairo mmenarik nafasnya berat lalu menghembuskan Kairo begitu menyesali malam tadi sepertinya ia telah melakukan sesuatu, ia sepertimelakukan aktivitas hubungan intim.
Mata Adinda masihmenyorotpadaKairo yang pergi begitu saja, sedetik kemudian beralih pada Orlin yang menyambut kedatanganya.“Hi Din siapa ini?”Orlin melebarkan senyumannya kepada Adinda.“Ah iya mba Orlin kenalin ini tetangga dirumah mama,tepatsebelahan rumah sudah seperti saudari sendiri, mas Hannankenalin,” Adinda meminta lelaki yang bersamanya itu berkenalan dengan Orlin sang anak Bosnyaitu.“Hi Orlin, liburan juga?”“Hanan, sayatour gatekebetulan sedang bawa tamu kesini.”“Oh,Tour Gate,”Orlin dan juga keduanya terlibat basa-basi disana, yang mana laki-laki bernama anak itu juga banyak bicara.Adin
Kairo tetap bersikeras melarang Adinda pergi lelaki itupun kemudian menyusul Adinda kekamar miliknya, ia mengetuk-ketuk kuat tanpa memanggil membuat Adinda yang sedang mengganti pakaian menoleh ke pintu dan langsung bisa menebak itu adalah Kairo. Merasa tidak nyaman akan ketukan itu yang sudah mengudara berulang-ulang kali Adinda pun segera membukanya. “Tidak bisa ya Mas, kamu ketuk dengan pelan.” Kairo segera masuk begitu saja melewati Adinda yang masih berdiri di pintu, “Tetap akan pergi? Apakah sebuah keharusan? Jika kamu ingin sekali jalan-jalan saya bisa bawa kamu berkeliling!” “Kenapa harus dipermasalahkan sih? Saya cuma ingin jalan-jalan saja, lagi pula kamu juga kan akan pergi malam nanti, sore hari sudah bersiap-siap.” Kairo menghadap kepada Adinda kemudian, “Jikaitumasalah kamu? Saya batalkan sek