Siapa sangka kekaguman itu berlanjut menjadi sebuah hal yang rumit, saat Adinda dan Kairo tertangkap basah tidur bersama. Menyukai pria dewasa yang sudah memiliki anak mungkin juga istri? Padahal tidak ada dalam kamus hidup Dinda, walau Dinda pernah berfikir ingin menjalin hubungan dengan yang lebih dewasa darinya namun bukan seorang yang sudah berlabel seorang duda atau suami orang. Hingga kepindahannya ke kos-kosan baru membawanya bertemu dengan Kairo seorang pria dewasa, seorang dokter berlabel ayah dari seorang anak, berkharisma, baik dan sungguh mempunyai sejuta pesona, sukses di karir juga kehidupannya. Akan bagaimana ini berlanjut?
ดูเพิ่มเติมMungkin aku terlalu lelah menjalin hubungan dengan yang seumuran atau mungkin sedikit di atasku.
Beberapa hari ini fikiran anehku tiba-tiba memberontak, aku trus membayangkan bagaimana rasanya juga menantangnya dicintai, diposesifi oleh seorang lelaki yang lebih matang, dewasa juga ah yang pasti lelaki yang bukan pria remaja atau anak muda labil lagi.
You knowlah apa yang ada dibayanganku, Hot man...gentle man...oh Dinda apa-apaan kau ini.
Aku bayangakan dia memelukku, menahan tangan dan tubuhku, tidak membiarkan aku pergi dan ah...."
"Woy...Dindaaaa! Bangun jam berapa mau ke kampus!!" Suara cempreng Melana memecah lamunan dalam tiduran menghayalku."
🖤
🌻🌻🌻
Adinda finara Sokha
Aku adalah mahasiswa disebuah universitas swasta, usiaku baru 21 tahun, ini adalah hari kedua dikos-kosan baru, asli seharian kemarin full bekerja keras mengangkat barang dan langsung mengemasinya supaya hari esok bisa bersantai.
Ya seperti hari ini sudah bisa bersantai, alarm sudah berdering dan berkali-kali, bahkan aku sudah mensnooze hingga ke 4 kalinya hingga akhirnya aku pun memutuskan untuk bangun.
Ini adalalah kosan baruku yang ku tempati bersama Melana teman satu kotaku tinggal di Bandung kami bertemu tanpa sengaja di Jakarta hingga memutuskan tinggal bersama.
Sebelumnya kami ngontrak tepat di belakang kampus karena harganya naik sejak di renovasi, aku dan Melana pun memutuskan pindah, sedikit berat untuk aku yang kuliah hanya bermodalkan 60 persen beasiswa dan 40 persennya harus mencari sendiri lewat bekerja di mini market.
Sebelumnya sih aku bekerja di babycare hanya saja waktunya tidak fleksibel aku harus meluangkan waktu yang sedikit panjang, sementara terkadang tugas kuliahku menumpuk dan akhirnya aku memilih sebuah mini market yang memang pemiliknya aku kenal adalah salah satu dosen dikampusku dan ada beberapa karyawan disana.
Mereka mengerti aku yang kuliah dan tidak masalah untuk aku terkadang minta bergantian shift mendadak namun tetap dong ya sebisa mungkin aku tidak menyusahkan hidup orang selalu sebab mereka juga yang juga punya kehidupan lain.
Jujur saja sebenarnya mamaku masih cukup mampu membayar biaya kuliah hanya saja aku tidak tahu aku tidak suka menyusahkan mama.
Ya…tetap saja mama kirim uang bulanan, ibuku adalah seorang guru di kota Bandung dan aku punya seorang kakak, bahkan kakakku tinggak di kota ini, dia sudah menikah dan mempunya anak dan juga hidup sangat berkecukupan namun aku tidak mau tinggal bersama kakak.
Kakak sedikit bawel ya bawelnya seorang kakak bagaimana sih, kakak juga selalu transfer aku uang dan uangnya aku transfer lagi ke Mama ada juga sih sebagian aku simpan sebagai simpanan kala mendesak.
Intinya sebenarnya hidupku cukup sudah nyaman aku saja yang meribetkan sendiri, latihan sih aku juga niat ke Jakarta kan untuk kulaih dan mandiri bukan buat seneng-seneng doang.
Ini adalah kawasan kos-kosan, sekelilingnya adalah merupakan deretan kos-kosan berlantai 3, eh...tidak didepan situ ada perumahan dan tepan didepan kos-kosanku ada beberapa rumah.
Tempat ini tidak jauh dari kampus hanya perlu jalan kaki 15 menit sampai lewat jalan potong.
“Good Morning, tempat baru…”
Aku pun membuka jendela, kosan ini lumayan nyaman dengan fasilitas 1 kamar dan semua kebutuhan ada didalam seperti 1 kamar mandi dan mini dapur, lumayan sih buat aku dan Melana, ku edarkan mataku meliat sekeliling halaman teras kos-kosan tepat dari lantai 2 balkon kecil kamar kosan kami cukup tenang juga rapi hunian disekeliling sini.
Tepat sekali kamar kosan kami menghadap ke jalanan dan perumahan, pemandangan setiap hari adalah rumah-rumah besar didepan.
Ku perhatikan didepan sana aktivitas orang-orang yang berlalu lalang, ibu yang akan menghantarkan anaknya dengan sebuah mobil mewah, sepasang wanita muda dan laki-laki membawa anjing bergandengan tangan dan ada juga mas-mas yang sedang mencuci mobil dengan seorang anak kecil yang membantunya.
“Hemm….cakep…eh Astaga!”
Aku pun mengetuk dahiku, bisa-bisanya aku memuji bapak dari seorang anak dihadapanku, ya memang cakep kalau disamain dengan artis Indonesia dia mirip siapa ya…
Eh lupa....
Pokoknya tubuhnya atletis, wajahnya itu miripi pria blasteran dengan hidung mancung seperti seluncuran anak TK, OMG lihat tuh badan doi ngecap dari balik kaus hitam yang dia pakai dan tinggi banget.
Oh my God, Dinda bisa-bisanya pagi-pagi cuci mata lihat suami orang, kau ingin di kutuk jadi apa?
Kelamaan ngejomblo jadi harap di maklumi lihat yang bening-bening rada jelalatan mata ini.
“Dinda, tapi jangan suami orang juga kali ya…ampun, hanya cuci mata saja kali... Ah baiklah aku akan masuk kedalam rumah, beberapa barang menanti untuk dipasang diatas dinding biar kosan sedikit lebih estetik."
"PAPAAA!!!!!!"
Seketika aku berhenti diambang pintu saat ku dengar anak kecil menangis, aku pun berbalik lagi kebelakang, ku lihat anak dari lelaki yang mencuci mobil itu terjatuh dibawah sana dan sang ayahnya itu segera menggendongnya dan memeluk anaknya yang mungkin berusia sekitar 4 tahunan itu.
“OMG, udah cakep, keren, penyayang lagi sama anak, duh bahagia banget dah istrinya.” Mereka pun terlihat masuk disana dan aku pun akhirnya masuk juga.
Bolehkah memberikan dukungannya🍉
Beberapa bulan kemudian. “Assalamualaikum, Papa pulang!” Suaran Kairo didepan pintu rumah menggema hingga keseluruhsisi rumah besar itu. Segera mungkin Adinda dan Edgar bersembunyi, mereka inginmemberikan Kairosurprisedi hari ulang tahunnya ini, Kairo merasa aneh biasanya saat dijam-jam dia akan pulang bekerja istri dan anak-anaknya sudah menunggunya didepan pintu namun hari ini tidak ada sambutan apapun. “Mamaaaa! Edgar…Putih…” Mereka pun tertawatertahanmendapati Kairo mencari mereka, namun Putihbayi5 bulanyang belum mengertiitubergemingmengeluarkan suara centilnya, “Papaa papa…” Ssssst…
Seminggu sudah usia baby putih, Adinda dan Kairo kini masih menempati kediaman orang tua Kairo menunggu rumah baru mereka sedikit direnovasi, Rumah keluarga Kairo bertambah ramai dengan kehadiran bayi mungil itu sebab sudah sejak Edgar seusia sekarang dan dan anak-anak dari Bella dan Jasmine sudah besar juga, lama sekali tidak ada kehadiran bayi dirumah keluarga itu.Putih menjadi sesuatu yang menggemaskan diperebutkan disana, dia merupakan cucu perempuan paling kecil dari 6 cucu Rifandhiya yang kebanyakan adalah anak laki-laki kecuali anak Jasmine cucu petama Rifandiya. Di pagi hari yang cerah dengan matahari yang terbilang tidak terlalu terik lelaki setengah abad ayah Kairo itu sedang berkeliling kediamannya menggendong Baby Putih sembari sedikit berjemur.Lelaki itu hampir tidak pernah melakukan hal seperti ini sebab dia menetap diluar kota sebelumnya dan jarang sekali banyak waktu bersama para cucunya, namun saat ini anak-anakanya sudah melarang d
Meninggalkan semua masalah yang ada dirumahnya Kairo, dan mendapatkan izin, Kairo segera membawa Adinda kerumah sakit, dengan supir dan pembantu yang menghantarkan Adinda dan Edgar Kesana tadi, Adinda benar-benar merasakan kesakitan yang teramat sedari tadi ia merasakannya hanya saja kepanikan hilangnya Kairo membuat dia menepiskan rasa sakit itu.Sampai di mobil terus saja bibir Adinda menggerutu sembari menahan sakit, memarahi suaminya sepanjang jaloan tidak berhenti.“Kamu kebangetan tahu nggak! Ini semua karena kamu,” Adinda meremasi tangan Kairo yang memeganginya mengelukan sakitnya.“Sayang tahan dulu marahnya, fokus dulu...oh Tuhan kamu sepertinya sudah pembukaan ini.” Pahma Kairo akan itu.“Kamu buat saya strees! Kamu tahu nggak sedari tadi saya sudah nahani sakit! Ceritain ada apa di
7 Bulan kemudian. Kemeriahan acara baby shower yang di adakan oleh keluarga Dinda juga Kairo begitu meriah di sebuah resto berbintang lima, seluruh keluarga besar menghadiri acara keluarga itu, bertemakan putih-putih, Kairo dan Adinda masih merahasiakan jenis kelamin anak kedua mereka dan memang tidak ingin membagikannya hingga lahiran nanti namun yang terpenting adalah perkembangannya cukup baik. Tidak ada yang perlu dikeluhkan kata Kairo sikap istrinyalah yang terlalu banyak keluhan dan maunya, setiap hari ada saja keinginan anehnya yang ia sebut dengan mengidam. Meminta suaminya bekerja dengan kemeja Bunga-bunga, makan es kelapa muda langsung dibawah pohonnya, berenang disebuah sungai, memancing ikan, yang paling menyebalkan adalah selalu pergi ke salon dan meminta suaminya ikut juga melakukan perawatan seperti dia. Lebih tepatnya hanya dibua
Sebuah pantai nan Indah dibagian timur Indonesia menjadi tempat Kairo dan Adinda honeymoon sekaligus baby Moon, perkembangan bayi dalam kandungan Adinda cukup baik, dia pun tidak mengalami gejala morning sickness yang parah hanya saja memiliki mood swing yang selalu aneh dan menyebalkan, kerap kali menangis tanpa sebab, marah kejelasan dan mencemburui yang bukan-bukan.Meninggalkan Edgar merupakan rasa yang sulit untuk Dinda, dia merasa kasihan dan tidak tega sebab Adinda sudah berjanji kemanapun mereka bertiga akan selalu bersama-sama namun sang mertua melarang itu, bagaimanapun keduanya butuh waktu untuk berduaan.Bagaimana pun Adinda adalah ibu baru yang harusnya menikmati waktu berduaan yang banyak bersama suaminya apa lagi hamil muda, termasuk diluar mengasuh Edgar demi kewarasan jiwa dan emosional tidak ada yang tahu dalam kondisi hamil Adinda mengalami keluhan yang tertahan.
“Dindaa kenapa duduk dilantai semen seperti itu, itu dingin! Kenapa juga kamu makan nenas-nenas muda itu kamu nggak sayang anak kamu!” Hermita begitu marahnya saat ia lihat yang ditangan Adinda adalah potongan nenas muda, “Kalau Kairo tahu pasti kamu dimarahi!”Adinda terkesiap mendapatkan pekikkan dari Mama Kairo tersebut, ia begitu terperangah bahkan buah yang sudah di tangannya hendak masuk mulut pun menjadi jatuh, “Mama—““Ayo masuk kedalam,” Dengan menarik nafasnya Hermita mendekat pada Adinda lalu membantunya bangkit, Kini dia memang jauh lebih berisi dari sebelumnya dulu, “Widya bawain sedikit rujaknya untuk Dinda jangan kasih yang terlalu asam-asam apa lagi nenas itu tajam loh!” Hermita menuntun Adinda masuk kerumah.Para pekerja rumah disana saling berpandangan mereka tahu belakan
Pagi-pagi sekali Adinda bangun, ia segera mencari tas Kairo yang mana lelaki itu semalam membawa tespack untuk istrinya itu, Adinda segera bergegas turun mencari tas Kairo lalu segera kekamar mandi saat hari padahal masih gelap dan Kairo pun masih terlelap.Adinda memanjatkan doa ia mulai memasukan alat pemeriksaan itu pada urinnya dan ia pun menunggu sejenak hasilnya.Dinda merasakan jantung yang berpacu cepat, ia begitu deg-degan akan hasilnya menghitung detik waktu seperti yang ada tata cara pemakaian membuat beberapa detik saja terasa sangat lama.Hingga waktu yang ditunggu tiba, Adinda segera mengangkat hasil pada benda berbentuk digital itu dan hasilnya, seketika membuat dia berkaca-kaca.Adinda menangis, air matanya luruh, Adinda segera memeluk benda itueratdan bergegas keluar dari kamar mandi tidak sabar men
Hari beranjak sore, Adinda tengah menyiapkan makanan untuk keluarga kecilnya, sementara Kairo sedang berada diluar merapikan sedikit halaman kecil dirumah mereka dan Edgar bermain sepeda diluar sana.Tib-tiba saja dari pintu dapur Edgar muncul ia hendak kedapur untuk minum.“Ma!” Adinda terkesiap entah sejak kapan Edagr sudah disana, Ia yang sedang memasak kemudian menoleh melihat pada Edgar.“Ya sayang? Edgar bikin kaget ih!”Edgar pun sumringah tertawa lebar memperlihatkan gigi-gigi kelincinya, “Kata mama kalau manggilnya mama, nanti Edgar akan punya adik tapi mana adiknya.”Adinda seketika tertawa, “Hemm…Edgar sudah ingin punya adik?”“Kan mama bilang nanti Edgar kalau punya adik bisa punya tem
Setelah Adinda berhasil mengambil barang-barang milik Edgar secara paksa mereka pun segera pergi mencari penginapan, sebuah taksi sudah membawa ketiganya namun dalam keadaan yang bergitu histeris, Edgar menangis tidak berhenti ia begitu ketakutan terus meminta pada sang papa yang memeluknya agar mereka segera pulang ke Jakarta.Edgar merasa jika dia masih disana kemungkinan untuk kembali lagi bersama Renata cukup besar, “Papa Edgar mau pulang! Edagr mau pulang kerumah kita, Edgar nggak mahu kembali keLA! PAPA TOLONG!”Kairo menebak Renata pasti membuat Edgar tertekan hinga membuat dia seperti ini, “Tidak akan ada yang pernah bisa membawa Edgar dari papa, apa lagi mama Edgar.”Hiksss hiksss, “Edgar mau pulang…Edgar mahu pulang!”Adinda disebelah Kairo mencoba menena
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
ความคิดเห็น