Beberapa bulan kemudian.
“Assalamualaikum, Papa pulang!” Suaran Kairo didepan pintu rumah menggema hingga keseluruh sisi rumah besar itu.
Segera mungkin Adinda dan Edgar bersembunyi, mereka ingin memberikan Kairo surprise di hari ulang tahunnya ini, Kairo merasa aneh biasanya saat dijam-jam dia akan pulang bekerja istri dan anak-anaknya sudah menunggunya didepan pintu namun hari ini tidak ada sambutan apapun.
“Mamaaaa! Edgar…Putih…”
Mereka pun tertawa tertahan mendapati Kairo mencari mereka, namun Putih bayi 5 bulan yang belum mengerti itu bergeming mengeluarkan suara centilnya, “Papaa papa…”
Ssssst…
Mungkin aku terlalu lelah menjalin hubungan dengan yang seumuran atau mungkin sedikit di atasku. Beberapa hari ini fikiran anehku tiba-tiba memberontak, aku trus membayangkan bagaimana rasanya juga menantangnya dicintai, diposesifi oleh seorang lelaki yang lebih matang, dewasa juga ah yang pasti lelaki yang bukan pria remaja atau anak muda labil lagi. Youknowlahapa yang ada dibayanganku,Hotman...gentleman...oh Dinda apa-apaan kau ini. Aku bayangakan dia memelukku, menahan tangan dan tubuhku, tidak membiarkan aku pergi dan ah...." "Woy...Dindaaaa! Bangun jam berapa mau ke kampus!!" Suara cempreng Melana memecah lamunan dalam tiduran menghayalku." 🖤
Malam merangkak naik kira-kira mungkin pukul 9 malam saat ini, Dinda baru saja kembali dari mini Market milik Bu Retno yang dia jaga tepat didekat kampusnya.Kini dia akan pulang ke kos-kosan yang jaraknya tidak jauh dari kampus paling juga 15 menit bisa cepat juga jika dia melewati jalan potong, hanya saja pasti jalanan sangat gelap ia pun memutuskan memesan sebuah ojek online.Tidak terlalu lama ojek pun datang dan segera menghantarkan Dinda ke kos-kosannya, malam ini dia akan tidur sendirian Melana siang tadi diminta pulang oleh sang ibu sebab ayahnya sakit, sungguh Dinda pun ingin pulang hanya saja nanggung jika hanya sehari dua hari.Kurang dari 10 menit Dinda pun tiba di hunian berbentuk rumah berlantai tiga itu yang memang seluruhnya adalah hunian kos-kosan, tepat didepan pagar masuk kos-kosan itu.“Ciaaaa....Cia..
Sejak kejadian malam seminggu yang lalu itu Dinda tidak lagi bertemu dengan Kairo dan Edgar, rumah besar itu tampak tidak berpenghuni namun mobilnya tampak terparkir disana. Padahal Dinda keesokan harinya setelah malam itu dan kaca jendelanya sudah dibenarkan pihak kos-kosan, Dinda berinisiatif membawa banyak sekali snack untuk Edgar dari tempat ia bekerja ingin memberi ucapan terimakasih karena Kairo ayahnya sudah membantu Dinda. Sebenarnya sih merasa tidak enak hati mau memberi seperti itu takut Mamanya Edgar salah paham, tapi mungkin dia akan memberikannya dengan mengajak Edgar nongkrong di teras kos-kosan bersama Melana namun sampai hari ini belum juga dilakukan bahkan snacknya sudah hampir habis dimakani Melana. Melana pun mentertawakan dia, bisa-bisa menunggu anak dari bapak-bapak yang menjadi hero, bisa-bisa di tuding pelakor kamu Din.
Aktivitas kembali dimulai yang mana pagi hari dalah waktu tersibuk untuk seorang Adinda, beberapa barang tampak berantakan di ranjang mulai dari tas hingga beberapa buku, sama halnya dengan Melana rekan satu kamar Dinda yang tidak kalah sibuknya."Ehemmm..Mel, coba deh kamu fikirkan...” Dinda berbicara sembari merapikan rambutnya dikaca ia baru selesai mandi dan akan pergi ke Bank dan beberapa tempat untuk mengurusi segala kartu dan identitasnya yang hilang bersama dompetnya itu.Melana yang sedang memakai pakaian pun menoleh, “Coba yang lain kali ya Din, mumet dah disuruh coba mikir mulu, nggak di kampus dikos-kosan juga.”Dinda pun tertawa, “Melan serius, aku mau cerita ini....”“Kaya ngelamar aja serius, cerita ya cerita aja kali!” gerutu Melana terus mengancing susah payah kem
Dinda masih melihat pada Cairo berharap mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, “Hem, iya istri—Mas...eh...mamanya Edgar dimana?” ulangi Dinda, dan Dinda juga bingung harus memanggil tetangganya ini apa. Lelaki itu mengulas senyuman seakan paham Dinda yang bingung, “Panggil Khai saja, dirumah atau dilingkungan keluarga saya biasa mereka memanggil saya Khai, kecuali dirumah sakit.” Adinda berfikir positive tidak ingin terlalu kepedean yang mana lelaki yang baru ia kenal tidak lain adalah tetangganya ini mau menghantarkannya lalu mereka berada dalam jarak yang dekat dan di meminta memanggilnya dengan nama seperti yang keluarganya panggil, ini tidak lain sebab dia kemarin tahu Dinda kecopetan, ini hal biasa hanya sebuah bentuk peduli sesama. “Mas Khai?” Kairo pun mengulas senyuman, “Ya terserah, apapun itu sama saja.”
Setelah lama menunggu akhirnya sepupu dari Kairo akhirnya menghampiri, lelaki bernama Ervan itu begitu terkesiap melihat Kairo bersama seorang wanita.“Calon, kakak ipar?” Lelaki itu lantas langsung menembakin Kairo padahal belum bertegur sapa.Sebuah lengkungan tipis terbit di bibir Kairo,“ Kenanalin, Dinda teman saya.”ucap Kairo membuat Dinda memberikan anggukan untuk membenarkan ucapan Kairo.Lelaki itu masih saja tersenyum penuh artia seakan tidak mempercayai itu, “Baiklah, terserah apapun itu,” Ervan mengulurkan tangannya, “Saya Ervan sepupu Khai, ayah saya dan ayah Khai adik kakak.”Dinda pun menymbut uluran tangan Ervan, “Saya Dinda.”Segera Kairo melepaskan tangan Ervan dari Dinda.“Dinda masih sangat muda, tidak cocok deng
Akhirnya Dinda pun menuruti ajakan Edgar, Dinda duduk dibelakang kemudian Edgar pun meminta berpindah pula ketempat Dinda.Sebenarnya atas ajakan Edgar atau aku saja yang ganjen pakai ikut segala, Dinda menggeleng samar atas sikapnya.Edgar tampak sangat akrab sekali dengan Dinda, dia mengutarakan banyak hal dengan Dinda padahal mereka baru beberapa kali bertemu namun entah bagaimana dia begitu cepat akrbabnya.“Apakah hanya karena aku tawari jajan kemarin?” Dinda mengendikkan bahunya bingung, ia terus mendengarkan Edgar bercerita panjang lebar.“Kakak sekolahnya jauh? Sekolah Edgar dekat rumah Oma, disana dijauh...”“Sekolah kakak deket, Cuma jalan kaki sudah sampai.” Dinda mengusap pipi chubby Edgar.“Kak
Edgar menyudahi bermainnya ia pun kembali ke meja yang mereka pesan bersamaan dengan makanan yang dipesan juga sudah datang, Edgar memilih duduk disebelah Dinda dan Kairo diseberang mereka. “Wah, Kakak Dinda sama papa sama ya suka makan nasi goreng salted egg?” Dinda terperangah,beneran dipesan sama-samaan sama dia? Telur asin? Astaga mana nggak bisa makan yang asin-asin lagi,Dinda mencoba untuk suka, ia pun melengkungkan senyuman. “Hemmm...kenapa? Edgar nggak suka?” Edgar menggeleng seraya menjulurkan lidahnya, “Nggak enak, Edgar sukanya chesse, ayo kita makan.” Iya emang, nggak enak! Seleranya bapak-bapak apakah seperti ini? Mengacuhkan Kairo didepan mereka, Edgar dan Dinda tampak terus saling bercanda sembari menyantap makan