Share

7. BUKAN HAMIL ANAKKU!

Flashback On...

"Coba tebak, kira-kira jenis kelamin anak kita apa ya, Yas?" Tanya Vanessa pada kekasihnya, Yasa.

Malam itu mereka baru saja selesai bercinta.

Sejak kepulangannya dari Paris, Yasa memang tinggal menetap di apartemen Vanessa karena lelaki itu tidak memiliki tempat tinggal.

Hidup sebagai yatim piatu sejak kecil dan tak memiliki sanak saudara membuat Yasa tumbuh menjadi sosok lelaki yang mandiri dan pekerja keras. Meski semua yang dia kerjakan pada akhirnya tetap tak mampu membawanya pada taraf kehidupan yang lebih baik.

Itulah alasan mengapa Yasa sempat berpikir untuk pergi dari kehidupan Vanessa karena dia merasa tidak cukup layak mendampingi Vanessa yang saat itu berprofesi sebagai model papan atas.

Namun, Yasa menyesal telah menyakiti Vanessa karena nyatanya, cinta Vanessa terhadapnya begitu dalam. Bahkan Vanessa rela mengesampingkan karirnya demi mencari Yasa ke Paris.

Lika-liku panjang cinta mereka sudah berhasil mereka lalui dan kini Yasa hanya perlu bersabar sedikit untuk mendapat restu dari Ayah Vanessa untuk bisa meresmikan hubungan mereka.

"Kamu kan seorang Ibu, feeling seorang Ibu pasti lebih kuat, coba kamu tebak, kira-kira jenis kelamin bayi kita apa?" Balas Yasa masih dalam posisinya memeluk tubuh Vanessa.

"Hmmm, mungkin nggak sih mereka kembar? Kayak aku sama Vanilla?" Terka Vanessa dengan kedua bola mata yang mendelik.

"Wah, bisa jadi sih, kalau memang benar kembar, kita harus benar-benar mempersiapkan semuanya dengan baik, dan aku janji akan mencari pekerjaan yang lebih baik supaya bisa memenuhi kebutuhan hidup kamu dan anak-anak kita kelak. Aku nggak bisa terus bertahan dalam profesiku sebagai fotografer saja. Aku harus mencari tambahan pekerjaan,"

Vanessa mengesah, mendongakkan kepala menatap wajah sang kekasih. "Nggak usah mulai lagi deh, Yas! Aku kan udah bilang, aku terima kamu apa adanya. Aku punya apartemen ini, aku juga punya pekerjaan, kita bisa berjuang sama-sama, aku nggak mau kamu merendahkan diri terus,"

"Aku nggak sedang merendah, aku cuma ingin meyakinkan kamu bahwa aku benar-benar bersungguh-sungguh kali ini,"

"Iya, aku percaya Yas. Aku percaya sama kamu. Aku percaya kamu akan bertanggung jawab dan..." Vanesaa menggantung kalimatnya sesaat, jemari lentiknya menarik dagu Yasa mendekat. "Aku percaya, kamu nggak akan ninggalin aku lagi setelah ini..."

Flashback off...

Yang Vanessa ingat, itu adalah malam indah terakhir yang dia lalui bersama Yasa di apartemennya karena keesokan harinya, Vanessa justru mendapati Yasa bukan lagi meninggalkannya ke luar negeri, tapi justru meninggalkannya untuk selama-lamanya.

Yasa meninggal setelah mendapat serangan brutal yang dilakukan oleh Ibunda Vanessa sendiri di kediaman Malik, Papanya.

Kenari, Ibunda Vanessa dan Vanilla yang memang mengidap gangguan jiwa memiliki dendam pada Isna yang merupakan istri sah Malik saat ini, Yasa dan Vanessa yang kebetulan sedang bertamu saat itu menemukan kondisi Isna yang hampir saja tewas di tangan Kenari.

Yasa berusaha meringkus Kenari sementara Vanessa sibuk menelepon Ambulance karena kondisi Isna yang sudah sangat memprihatinkan. Tanpa pernah dia tahu di luar sana, Yasa justru mendapat serangan dari sang Ibu menggunakan sebuah linggis, hingga lelaki itu pun meninggal di tempat kejadian.

Tragedi itu memang mengerikan dan bagaimana mungkin Vanessa bisa melupakan hal itu sementara dia melihat dengan jelas bagaimana kacaunya jasad Yasa saat itu.

Itulah sebabnya, Vanessa sangat membenci Kenari. Bahkan dia tak sama sekali menangis saat pihak Rumah sakit jiwa memberitahukan berita kematian Ibunya yang bunuh diri.

Sejak siuman pasca proses kuretase yang dijalaninya, Vanessa tak henti menangis.

Mendapati bayi dalam kandungannya kini telah tiada, Vanessa benar-benar terpukul.

Bahkan kedatangan pihak keluarga yang berusaha menghiburnya tak sama sekali membuahkan hasil.

"Biarkan saja dulu, mungkin Vanessa butuh waktu untuk menerima keadaan," ucap Isna pada Vanilla saat Vanilla dan Wildan baru saja menjenguk Vanessa di rumah sakit.

Saat itu Vanilla terus menghibur Vanessa, mengajaknya bicara dari hati ke hati, namun semua yang dikatakan Vanilla sia-sia karena Vanessa tak sama sekali tergerak untuk menanggapi. Seperti berbicara dengan sebuah patung, akhirnya Vanilla memutuskan untuk keluar dari ruangan itu.

"Memang bagaimana kronologinya Tante, kok bisa Vanessa tiba-tiba pendarahan? Padahal di rumah kemarin dia nggak kenapa-kenapa loh," tanya Vanilla yang masih merasa aneh dengan kejadian ini. Sebab, satu hari sebelum Vanessa mengalami keguguran, Vanilla sendiri yang mengantar saudara kembarnya itu ke klinik untuk check up kandungan dan dokter klinik mengatakan bahwa kandungan Vanessa dalam keadaan sehat-sehat saja. "Apa mungkin dia salah makan?" Terka Vanilla lagi.

Isna menggeleng. Mencoba mengingat kembali kejadian sebelum dirinya menemukan Vanessa terkulai di toilet umum sebuah restoran elit di dalam mall yang mereka kunjungi.

Ya, semalam, Isna memang sedang bersama Vanessa mengisi waktu luang dengan berbelanja, merasa lapar Isna pun mengajak Vanessa untuk makan di sebuah restaurant cepat saji di dalam mall tersebut.

"Seingatku, Vanessa semalam makan sangat banyak dan lahap, lalu dia pamit izin ke toilet umum dan lama tidak kembali, sampai akhirnya aku menyusul karena khawatir, dan saat itulah aku menemukan Vanessa sudah bersimbah darah di dalam toilet, tubuhnya tergeletak di lantai. Kalau memang Vanessa keracunan makanan, pastinya dokter rumah sakit akan memberikan informasi pada kitakan? Tapi buktinya tidak. Dokter hanya bilang, bisa jadi keguguran yang dialami Vanessa karena dia terlalu stress," jelas Isna panjang lebar.

Vanilla dan Wildan hanya menganggukkan kepala tanda mengerti sekaligus prihatin dengan nasib Vanessa.

"Yaudah kalau gitu Tante pulang aja dulu, biar hari ini Vanessa aku yang jaga," ucap Vanilla lagi. Merasa kasihan pada Isna yang sejak kemarin malam terus stand by menjaga Vanessa di rumah sakit.

Isna mengangguk. "Iya, nanti Tante pulang tunggu Papamu jemput dulu,"

Saat itu Isna memutuskan kembali ke dalam ruang rawat Vanessa untuk berpamitan pulang.

Wanita itu mengelus rambut pirang Vanessa dengan sayang. "Tante pulang dulu ya Nessa, nanti kalau kamu butuh apa-apa ada Vanilla dan Wildan di sini yang temenin kamu," ucapnya.

Vanessa hanya bergeming.

Bahkan menoleh ke arah Isna pun tidak.

Tatapannya kosong ke arah jendela kamar di ruangan itu.

Sepeninggal Isna, saat Vanessa kembali sendirian di dalam ruang rawatnya, satu titik air mata Vanessa kembali terjatuh dengan sendirinya

Sebongkah amarah seakan meradang dalam benaknya setelah dia baru saja menerima sebuah pesan singkat di ponselnya.

Sebuah pesan singkat yang dia terima dari seorang lelaki bernama Mahessa Anggara.

Sebuah pesan singkat yang pada akhirnya membuat Vanessa mengerti mengapa dia bisa tiba-tiba mengalami keguguran.

Ini semua pasti ulah Mahessa!

Ya, Vanessa yakin betul bahwa ini ulah Mahessa karena lelaki itu yang memang ingin secepatnya menikahi dirinya.

Brengsek!

*****

Seorang lelaki dengan wajahnya yang tampak babak belur diseret oleh dua orang bertubuh kekar menghadap bos besar mereka yang sudah menunggu di ruang tamu sebuah rumah mewah nan megah.

Tubuh lelaki itu sudah tidak berdaya untuk berdiri ketika dilempar ke kaki sang tuan besar.

Lelaki berjas hitam yang duduk nyaman di sofa kebesarannya tampak memajukan posisi duduknya, sedikit membungkuk agar dirinya bisa lebih dekat dengan manusia menjijikan bernama Gavin yang selama ini dia perintahkan untuk menyamar menjadi Yasa.

Gavin, yang sudah berani menipunya habis-habissan itu.

"Apa yang sebenarnya kamu rencanakan di belakangku? Hah?" Tanya lelaki itu dengan urat-urat leher yang hampir menyembul keluar akibat menahan amarah. Dia menarik ketat kerah baju lelaki di bawah kakinya itu.

Gavin tersenyum miring. "Aku sudah melakukan apa yang seharusnya aku lakukan! Bukankah selama ini kamu hanya ingin Vanessa aman? Dan aku sudah mewujudkan keinginanmu, Mahes! Lalu apalagi yang kamu inginkan dariku sekarang?" ucap lelaki itu.

Meski sudah babak belur, dari tatapannya yang tajam, Gavin seolah tak takut sama sekali pada Mahessa. Bahkan dia seperti muak menatap wajah Mahessa yang sok berkuasa itu.

"Aku memberimu tugas untuk menjaga Vanessa! Bukan menidurinya terlebih sampai dia hamil! Brengsek!" Satu pukulan Mahessa mendarat di wajah Gavin, membuat tubuh lelaki itu kembali tersungkur ke lantai.

Mahessa menjadikan kepala Gavin sebagai alas kakinya, menekannya kuat-kuat hingga Gavin merasa sesak napas.

"Van-nessa bu-kan ha-mil anakku..." Ucap Gavin saat itu dalam ketidakberdayaannya.

"Jelas-jelas itu anakmu! Kamu yang sudah melakukannya bersama Vanessa untuk pertama kali bukan?" Tekan Mahessa lagi.

"Van-nes-sa hamil a-nak Tuan Aro..." Ucap Gavin lagi dengan napasnya yang mulai putus-putus akibat tekanan sepatu Mahessa di kepalanya.

Mahessa mengangkat kakinya, menatap Gavin sengit dan membalikkan tubuh lelaki itu dengan sekali tarikan tangan, lalu mendudukinya.

"Aro? Siapa dia?" Tanya Mahessa penasaran.

Gavin meludah darah yang berkumpul di mulutnya ke arah samping. Dadanya masih sesak hingga menyebabkan napasnya tersengal tak beraturan. "Dia orang yang akan membunuhmu, brengsek!"

Rahang Mahessa semakin ketat tatkala mendapat makian dari Gavin. Hingga beberapa pukulan kembali dilayangkannya di wajah lelaki itu.

Melempar kepala Gavin dengan keras hingga membentur lantai, Mahessa bangkit dari atas tubuh lelaki yang baru saja pingsan itu.

Dia membenahi sedikit pakaiannya yang berantakan dan membersihkan tangannya dari noda darah Gavin dengan tissue.

Mahessa memanggil asistennya, Saga.

"Cari tau siapa Aro!"

"Baik Tuan. Oh ya Tuan, ada berita baru dari Edi," beritahu Saga saat itu.

Mahessa menoleh, Edi adalah utusan yang dia tugaskan untuk memata-matai Vanessa dari jauh.

"Berita apa?"

"Nona Vanessa masuk rumah sakit, Edi bilang, Nona Vanessa keguguran."

Kedua bola mata Mahessa terbelalak. Kelihatan sekali bahwa dia terkejut. "Vanessa keguguran? Lalu bagaimana keadaannya?"

"Sejauh ini baik-baik saja, Tuan."

"Baiklah, atur jadwal pertemuanku dengannya malam ini dan siapkan surat perjanjian kontrak pernikahanku dengannya!"

"Baik, Tuan!"

*****

Yuk Di Vote dan koment kalau suka...

Salam Herofah...

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Little Mermaid
nah..siapa yg buat si cantik keguguran dong? itu si aro pasti nanti bakal nyari si nessa, keq nya dri ceritanya nilla itu ada spill kalo yg nama aro naksir berat ma nessa kan ya.
goodnovel comment avatar
Indah Hayati
yakin bangat bukan mahessa yg bikin vanessa keguguran tapi vanessa pikir itu krna ulah mahessa andai aja vanessa bisa sedikit jujur klo dia adalah anak kecil itu pasti mahessa bakal senang tapi malah dia libatkan sodara kembar nya vanilla pasti lah mahessa pengen dapatin vanilla gmana pun cara nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status