Tak Pernah Aku tak Mencintaimu

Tak Pernah Aku tak Mencintaimu

last updateLast Updated : 2025-06-23
By:  Sofia SaarahUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
12Chapters
30views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

“Bagaimana jika satu kalimat dari istrimu… benar-benar melemparmu kembali ke masa lalu?” Shaz, pria berdarah India-Iran, terbangun di rumah lamanya. Tapi ini bukan sekadar hari biasa, ia kembali ke delapan tahun sebelum menikahi Alysaa, perempuan Indonesia yang kini mengisi seluruh hatinya. Di waktu ini, Alysaa bahkan belum mengenalnya. Sementara masa lalunya bersama Jazzlyne… masih mengganggunya dan belum berakhir pada saat itu. Waktu memberinya kesempatan kedua. Tapi mampukah ia menemukan Alysaa lebih awal? Dan jika iya… sanggupkah ia membuat wanita itu jatuh cinta lagi padanya, sebelum semuanya terlambat?

View More

Chapter 1

Bab 1 – Negeri Asing, Hati yang Asing

Langit Doha sore itu dilukis dalam gradasi emas pucat, seolah menyambut sepasang jiwa yang baru saja melewati babak hidup paling agung yaitu pernikahan.

Alysaa duduk diam di kursi penumpang, jari-jarinya bertaut pelan dengan tangan Shaz yang hangat namun terasa jauh.

Ia memandang ke luar jendela, menyaksikan gurun pasir membentang di kejauhan, dan jalanan kota yang tampak terlalu modern untuk hatinya yang masih mencari pijakan.

"Semua akan baik-baik saja," bisik Shaz, suaranya rendah, tenang, seperti biasa.

Alysaa hanya mengangguk kecil, tersenyum samar, namun tak bisa menipu rasa sesak yang menumpuk diam-diam di dalam dadanya.

Bukan karena ia tak ingin ikut, bukan karena ia menyesal menikah dengan pria ini. Tapi... mengapa hatinya seperti masih digantung di langit Indonesia, di rumahnya, di pangkuan ibunya yang sempat gemetar melepas kepergiannya?

Mereka baru saja menutup bulan madu di Bali yang singkat namun hangat.

Alysaa menyimpan foto-foto itu dalam ponselnya yang terlihat bahagia, namun ia tahu ada sesuatu yang tak pernah benar-benar mengalir dari mata suaminya.

Cinta, barangkali. Atau rasa memiliki.

Qatar kini menjadi rumahnya. Ia harus percaya itu.

Mobil berhenti di depan sebuah gedung berwarna putih dengan arsitektur kontemporer, tinggi dan kokoh. Di bagian atasnya terpampang nama gedung itu dalam huruf Arab dan Latin "Aynora Residence".

Shaz membuka pintu untuknya, lalu menatapnya sejenak sebelum berucap, “Welcome home.”

Suara Shaz terdengar tenang saat ia membuka pintu apartemen mewah itu. Tangannya menggenggam jemari Alysaa erat. Mungkin terlalu erat, seolah mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Alysaa melangkah masuk, matanya menyapu sekeliling ruangan. Interiornya modern,marmer putih, lantai kayu premium, jendela lebar dengan tirai transparan menjuntai hingga lantai.

Tapi rumah itu terasa sunyi. Dingin. Seperti hotel tanpa jiwa.

“Indah, ya?” Shaz menatap wajah istrinya. Ada senyum di bibirnya, tapi tidak sampai ke matanya.

Alysaa mengangguk pelan. “Iya. Indah sekali.”

Mereka baru dua minggu menikah. Setelah melewati bulan madu singkat, kini Alysaa resmi meninggalkan tanah kelahirannya. Semua terasa cepat. Terlalu cepat.

Shaz, pria berdarah campuran India dan Arab, memiliki penampilan yang luar biasa mencolok. Mata hijaunya tajam, wajahnya bersih dengan rahang tegas dan postur tubuh atletis.

Dengan tinggi 178 cm dan rambut hitam tebal yang selalu tersisir rapi, ia bisa saja jadi aktor drama atau model brand mewah. Dan kini, ia adalah suaminya.

“Senin aku mulai kerja di kantor pusat Ravelleux,” kata Shaz, meletakkan koper di dekat sofa. “Akan ada koleksi baru musim panas. Masa-masa sibuk, seperti biasa.”

“Ravelleux?” Alysaa menoleh.

“Brand Prancis. Luxury fashion, tapi mereka ekspansi ke Qatar. Aku jadi regional director untuk kawasan Timur Tengah.”

Ia menyebut jabatan itu dengan datar. Tak sombong, tapi juga tidak terlalu bersemangat.

Alysaa tersenyum kecil. “Keren.” Tapi hatinya jauh dari kata tenang.

Malam itu, setelah koper dibuka setengah dan dapur masih bersih tanpa sentuhan, Alysaa berdiri di depan kaca besar yang menghadap ke kota Doha.

Lampu-lampu jalan memantulkan cahaya ke langit, menciptakan siluet kota yang asing tapi menawan.

Dalam diam, pikirannya melayang ke masa lalu.

Mereka bertemu dua tahun lalu bukan di acara keluarga, bukan dikenalkan, tapi melalui aplikasi kencan.

Alysaa ingat jelas. Waktu itu, ia hanya iseng mengisi profil. Tidak benar-benar berharap menemukan cinta.

Shaz mengiriminya pesan pertama. Singkat, sopan. Tidak romantis. Bahkan tidak lucu. Tapi... entah kenapa, ia membalas.

“Apa kabar hari ini?”

Hanya itu. Tapi kalimat itu datang setelah tiga hari tanpa kabar. Lalu menghilang lagi. Muncul lagi. Dan tetap seperti itu selama berminggu-minggu.

Saat pertama kali bertemu langsung, Shaz benar-benar seperti di foto. Bahkan lebih tampan. Tapi bukan ketampanannya yang membuat Alysaa bertahan.

Melainkan keseriusan yang tak pernah diucap, tapi terlihat dari caranya memperlakukan waktu mereka.

“Maaf aku nggak pandai bicara. Tapi aku serius sama kamu,” katanya sekali, waktu mereka duduk berdua di Bandung.

Saat Shaz melamarnya, Alysaa terkejut. Bukan karena tak percaya, tapi karena selama ini pria itu begitu tenang, bahkan sering cuek.

Tapi tiba-tiba dia datang. Membawa cincin. Meminta restu orang tuanya.

Lalu kembali lagi bersama keluarganya. Menikahinya secara resmi di hadapan dua budaya yang bersatu.

Tapi, sekarang, dua minggu setelah sah menjadi suami-istri, hatinya mulai ragu.

“Sayang.”

Suara Shaz terdengar dari balik pintu kamar. Ia masuk, membawa dua cangkir teh hangat.

Ia menyerahkan salah satunya padanya. “Kamu diam sejak tadi.”

Alysaa menerima teh itu, lalu duduk di sisi ranjang. “Aku cuma… belum terbiasa aja.”

“Panas, ya?”

“Bukan cuacanya,” jawab Alysaa pelan.

Shaz mengangguk pelan. Ia duduk di sebelahnya, menatap ke depan, tidak ke arah istrinya.

“Aku tahu aku bukan suami yang ekspresif,” katanya lirih. “Tapi aku... mencoba.”

“Terkadang aku nggak tahu harus merasakan apa.”

Shaz menghela napas. “Aku datang ke Indonesia, membawa keluargaku, menikahimu... itu semua bukan hal kecil.”

“Aku tahu.” Alysaa menoleh, menatap wajah suaminya yang tetap tampan bahkan dalam cahaya lampu yang temaram. “Tapi bukti itu bukan jaminan aku merasa dicintai.”

Hening.

Shaz menggenggam tangannya. Hangat, tapi tetap terasa jauh. Alysaa menatap jari-jarinya yang dibalut tangan suaminya. Tampak sempurna dari luar. Tapi seolah ada dinding tipis yang tak kasat mata di antara mereka.

“Sayang, I really love you, so much, more than anything . Aku akan belajar,” bisik Shaz. “Untuk jadi lebih hadir. Untuk kamu, my wife.”

Alysaa tak menjawab. Matanya mulai berkaca. Ia tak tahu, air mata itu karena rindu rumah... atau karena cinta yang terasa satu arah.

Malam telah larut. Lampu kota Doha memantul lembut di dinding kamar mereka, menciptakan bias cahaya yang menari pelan.

Shaz menatap Alysaa yang kini rambutnya terurai indah dan jatuh menutupi sebagian wajah cantik istrinya.

“Bolehkah aku... mendekat?” bisiknya.

Alysaa mengangguk pelan, meski degup jantungnya mengkhianati ketenangan wajahnya.

Shaz duduk di sampingnya, lalu mengusap lembut pipinya dengan punggung tangan. Tatapan hijau di matanya tak lagi dingin.

Ada kehangatan yang sempat tersembunyi, kini perlahan muncul ke permukaan.

“Terima kasih... sudah ikut aku sejauh ini,” ucapnya lirih. “Di negara yang asing, di hidup yang belum tentu nyaman.”

Alysaa menatap matanya, tak sanggup menjawab. Tapi ia tahu, matanya sudah lebih jujur daripada kata-kata.

Shaz lalu mengecup keningnya dengan lembut. Hening, sakral, dan dalam. Ciuman itu perlahan turun ke pipi, lalu ke sudut bibirnya. Alysaa menutup mata, membiarkan napas mereka saling menyatu dalam jeda yang singkat namun padat makna.

Ciuman mereka mengalir pelan, lalu tumbuh dengan irama yang lebih dalam. Jemari Shaz menelusuri punggung Alysaa, membuka satu per satu lapisan kain yang membalut tubuh istrinya.

Tak tergesa, tak terburu, seolah ingin mengenal tiap inci cinta yang kini sudah menjadi haknya.

“Kamu gemetar...” bisik Shaz, menatap matanya yang mulai basah.

“Bukan karena takut,” jawab Alysaa pelan. “Tapi karena aku ingin ini bukan sekadar hasrat.”

Shaz tak menjawab, hanya menatapnya dalam-dalam. Lalu ia menyatukan bibir mereka kembali, kali ini lebih dalam. Nafas mereka terseret pelan.

Tubuh mereka saling menyatu, saling memberi dan menerima, dalam irama yang tak hanya menggugah raga... tapi juga mengusik jiwa.

Hembusan napas berpadu dalam bisikan. Suara ranjang bergerak lembut, seperti mengikuti tarian malam yang diciptakan dua hati yang masih mencari bentuk cintanya.

“Aku mencintaimu, sayangku,” ucap Shaz di sela desah, suaranya pecah dan penuh hasrat yang menahan.

Alysaa menggigit bibirnya, matanya berkaca. Tubuh mereka kembali menyatu, kali ini lebih dalam, lebih yakin, lebih jujur.

Di tengah irama malam yang kian menggelora, suara Alysaa melengking lembut, tak bisa lagi menahan gelombang rasa yang menerjang seperti ombak di tengah badai.

"Ashhhhh, sayangg....... pleasee!" desahan Alysaa semakin membangkitkan hasrat Shaz saat dirinya mencapai puncak kenikmatan atas cinta mereka.

Ia mencengkram sprei dengan kuat melepaskan kenikamatan yang tak terhingga.

Dan saat Shaz juga mencapai puncak yang tak bisa diungkap kata, malam pun menggigil pelan.

Tak hanya karena gairah, tapi karena cinta yang selama ini sembunyi... akhirnya berani muncul ke permukaan meski hanya dalam dekapan sesaat.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
12 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status