Share

42. DEWA PERANG DAN HUKUMAN UNTUK KEN SORA

Satu hari sebelum pengadilan untuk Ken Sora. . . 

“Kakak. . .” panggil Dyah Manila ketika melihat kakaknya pulang. 

“Adikku, Manila. . .” balas Mahapati ketika mendengar panggilan dari adik kesayangannya. 

“Kudengar kakak membela Ken Sora dalam pengadilan kemarin dan bukannya membela Mahisa Taruna?” 

Mahapati tersenyum mendengar komentar dari adiknya yang secara tiba – tiba membicarakan pengadilan yang diikutinya bersama dengan Mahisa Taruna. “Kenapa? Kamu tidak suka aku berdiri membela Ken Sora, guru dari orang yang kamu sukai itu?”

Dyah Manila menggelengkan kepalanya dan membuat bibirnya sedikit cemberut. Setelah menggelengkan kepalanya, Dyah Manila kemudian menjawab pertanyaan dari Kakaknya itu, “Benar. . . aku tidak suka itu. Karena Sena sudah menjadi suami dari Pawestri Manohara, setidaknya aku ingin melihat Sena itu menangisi kematian gurunya. Dengan melihat Sena terluka, pasti Pawestri

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status