Di kampus, tepatnya di gedung pertemuan. Para wisudawan sudah bersiap. Tentu saja ada banyak bisikan-bisikan yang mengarah pada gosip tentang Mira. Tatapan-tatapan tajam dan beragam mengarah padanya.Teman Mira sendiri pagi ini, mereka memilih menjauh darinya karena takut dijauhi teman lainnya.Ia jadi merasa sedih, tetapi ketika ia menoleh ke arah barisan wali di bagian depan. Di sana ada Aron yang duduk bersama jajaran petinggi Universitas dan beberapa sponsor lainnya, juga Dea di barisan belakangnya bersama ibu dan apamannya."Anjir, Mira diem-diem udah berhasil menggaet pria kaya, Guys. Apakah ini kesuksesan yang sesungguhnya?" bisik beberapa mahasiswi di sekelilingnua."Gue juga mau Sugar Daddy," ujar yang lain seolah iri padanya."Tapi kan udah ada konfirmasinya kalau mereka tuh gak ada hubungan Sugar Daddy atau Sugar Baby sebelumnya," ujar salah satu dari mereka yang membela Mira.Mira menoleh sebentar dan itu adalah teman sekelasnya yang pernah satu kelompok dengannya, ia ti
"Selamat ya, Mir. Cumlaude dong... wuih! Gokil!" ujar Dea saat mereka keluar gedung untuk foto-foto. Mereka pun berpelukan dengan hangat, sementara Baby Adam ada di tangan pengasuhnya. "Selamat, Mir!" Paman, ketiga adik Mira, sang ibu, dan Aron bergantian memberi selamat. Tentunya, Aron memberi buket bunga Lily Putih besar yang membuat Mira agak kesulitan memeganginya. "Selamat ya, Sayang," ujarnya lembut. Ia lalu memeluk istrinya sebentar sebelum akhirnya mencium keningnya hikmat. Interaksi mereka tentu menjadi pusar perhatian. Apalagiada beberapa wartawan yang memaksa mendekat, tetapi Bodyguard Aron mengamankan mereka. Hal itu menjadi pembicaraan para mahasiswa dan wali mahasiswa. Gosip mereka benar-benar menyebar, tidak hanya di kalangan anak muda tetapi para orang tua. Apalagi Aron memiliki followers atau fans dari usia yang beragam. Para pria dewasa, wanita dewasa, atau para anak muda yang memang menyukainya atau mengambil pelajaran bisnis darinya. Ia mem
"Hotel?" tanya Aron melihat hotel miliknya sendiri. Ia seperti muak ke sana, tentu saja itu hotel bintang 5, tapi itu miliknya, jadi ia sudah sangat bosan. Akan tetapi melihat ekspresi keluarga Mira dan Mira yang antusias, ia pun menurunkan egonya dan mengajak mereka masuk ke restoran dan memesankan kamar untuk mereka. "Gede banget, Mbak. Ini beneran di sini nanti malam?" tanya Adik bungsu berbinar. Mira pun mengangguk dan merasa senang saat melihat keluarganya juga sangat senang.Mereka dipersilahkan duduk di meja bundar itu di ruang VIP. Keluarga Mira masih saja mengagumi semuanya dan juga cara pelayannya melayani mereka. Aron bahkan menyebutkan pada sang Manager langsung, sehingga mereka langsung mempersiapkan kamar untuk mereka semua.Mira yang melihat apa yang sudah diberikan Aron pada keluarganya, ia pun mendekati Aron yang sedang memilih menu."Apakah ini gak berlebihan, kan mereka bisa nginep di Mansion?"Aron mengedikkam bahu."Ya karena udah sampai sini, mendinga
"Maksudnya apa?" tanya Mira menahan pundak Aron agar tidak terlalu jauh. Aron pun seolah tersadar dan langsung menjauhkan wajahnya dari leher istrinya yang masih tertutup hijab itu. "En...enggak. Aku mau ke kamar mandi dulu," ujarnya buru-buru. Ia langsung menurunkan Mira dari pangkuannya dan langsung pergi ke kamar mandi. Sementara Mira yang ditinggal sendirian pun bingung. Kemudian ia menghampiri kamar mandi yang terbuat dari kaca buram, dari siluetnya Aron sepertinya sedang mandi. "Mas, kamu gak papa kan?" tanya Mira khawatir. "Engh... gak papa, Sayang. Kamu tidur aja dulu, aku mau mandi." "Oh gitu, oke deh... kalo ada apa-apa aku di luar ya. Aku belum tidur kok." "Ya!" Setelah itu, ia duduk di ranjang dan menunggu suaminya. Ia merasa penasaran kenapa Aron bersikap demikian, padahal tadi mereka baru saja mesra-mesraan, dan kenapa Aron seperti ingin muntah? Karena saking penasarannya, Mira pun bertanya pada AI tentang apa yang terjadi pada suaminya hingga suami
"Hiks... Adam," gumam Dea menunggu anaknya diperiksa. Mira dan Aron tidak bisa ikut karena harus mengantar keluarganya pulang. Katanya sih nanti akan menyusul. "Sabar, Sayang. Aku yakin Adam nggak apa-apa," ujar Juna memeluk istrinya. Dea pun membalas pelukannya dan menangis di perlukan sang suami. Mereka menunggu dengan penuh kecemasan di samping ranjang Adam. Tak lama, dokter datang dan keduanya memperhatikan bagaimana dokter memeriksanya dengan seksama. "Baiklah, Adik Adam hanya mengalami demam dan mungkin karena ia masih sangat muda, sehingga perlu penjagaan yang ekstra," jelas sang dokter. "Dok, apakah ini juga termasuk karena kita sering membawanya pergi jauh?" tanya Dea setelah menghapus air matanya. "Nah itu bisa jadi, karena bayi biasanya sangat sensitif dengan lingkungan baru. Hal itu juga bisa membuat bayi stress dan merasa takut dengan lingkungan barunya." "Awalnya dia tidak rewel atau merengek sehingga kita tidak tau kalau dia tidak nyaman, hanya pagi ini dia ba
"Aduh Cucu Opa, sayang... sakit ya?" gumam Aron menggendong cucunya dengan sayang.Aron memang sosok orang tua yang sangat penyayang, bahkan pada Adam.'Cucunya' Lucu sekali ketika melihat Aron memanggil dirinya sebagai Opa. Hal itu, membuat Mira terkekeh sendiri.Mereka berdua sedang menjaga Adam karena Dea dan Juna sedang keluar karena harus menghadiri beberapa undangan yang penting.Melihat istrinya terkekeh, Aron pun bingung karena tidak ada yang lucu di sana."Kenapa kamu malah ketawa?" tanyanya heran dengan istrinya."Hem... soalnya aku belum terbiasa pas kamu manggilin Adam ke diri kamu sendiri sebagai Opa.""Oh, emang awalnya aneh sih, tapi itulah adanya. Aku gak ada espektasi kalau Dea bakal nikah secepat ini," ujar Aron menimang-nimang Adam dengan lembut."Sama..." gumam Mora agak sendu.Akan tetapi keduanya kemudian tidak memperpanjang topik itu."Kamu tahu nggak sih untuk usia kamu, kamu tuh masih kayak usia 30-an?" tanya Mira iseng. Aron mengangguk, "Iya, aku sadar kok
Mereka terluka karena ada orang yang menyerang di jalan, sehingga keduanya harus kejar-kejaran menggunakan mobil."Masih sakit?" tanya Juna mengobati luka sang istri di sudut bibirnya.Dea tidak mengalami luka separah Aron, tetapi sudut mulutnya berdarah."Kalo besok Papi tau bisa berabe, kamu nanti diomelin sama dia," ujar Dea khawatir.Ia mengobati luka di wajah suaminya dengan hati-hati."Nggak papa lah, Sayang. Udah konsekuensinya. Aku harus gentle jujur ke Papi kamu," ujar Juna."Nggak bisa gitu dong, aku besok pakai make up yang agak tebal aja biar ketutup," ungkap Dea."Boleh... aku minta maaf ya, aku malah buat kamu kayak gini. Bukannya jagain dan bahagiain kamu, kamu malah menderita sejak menikah denganku," ungkap Juna."Bukan kamu kok yang buat aku kayak gini, itu orang-orang jahat yang ngejar kita tadi. Jadi jangan nyalahin diri sendiri.""Makasih atas perhatiannya, Sayang. Aku gak akn biarin kamu terluka lagi," ujar Juna."Ya, makasih. Tapi kamu juga ingat, lukamu lebih ba
"Deaaaaaa!" rengek Mira dari layar ponselnya. Terlihat di sana Mira yang sedang duduk di sofa, yang kalau Dea ingat-ingat itu sofa di kantor ayahnya. Ini sudah pukul 8 malam, otomatis mereka sudah puang ke mansion. Jam kerja kantor Aron memang dari jam 7 sampai jam 4, harusnya. Sementara jika ada tugas karyawan yang belum selesai, bisa ditunda di keesokan harinya. Meski begitu, kantor Aron juga bukan kantor yang bisa dengan mudah dihadapi karena ada target harian."Kenapa lagi sih Mama Mudaku?" tanya Dea menggoda.Ia sedang bersantai sambil ngemil apel di sofa."Ini gara-gara kamu tuh, aku jadi dikunci berdua di kantor Papi kamu bareng dia! Terus aku nggak boleh keluar, dikiranya aku main sama cowok lain. Lagian ya siapa yang mau sama aku selsin dia?!" protes Mira merengek."Haha! Banyak kali Mir! Lu aja yang nggak kerasa kalau lu banyak yang naksir!""Apaan sih! Aku nggak tahu ya, dan gak penting juga... tapi emang iya?" tanya Mira penasaran."Ya... tanya aja itu sama Papi.
"Idih, Nenek Lampir ngapain ke sini?" tanya Mira. Hal itu membuat Dea terkejut, Mira sudah bisa julid ternyata. "Iya, anjir. Ngapain dia ke sini? Ngaku-ngaku lagi ..." ujar Dea "Dia nggak ada kapok-kapoknya apa ya?" ujar Mira kesal. "Iya, tahu tuh!" Kemudian Dea pun langsung berdiri dan menghampirinya, diikuti Mira. Kehamilan Mira sudah mau memasuki 7 bulan, makanya sudah besar perutnya. "Ngapain lu ke sini?" tanya Dea ketus. "Ya mau lihat hasil dekorasi pernikahan aku sama Junalah!" "Wah tengil banget lo! Pernikahan gue sama Juna, gua istrinya!" balas Dea lumayan santai. Ia tidak ingin terlalu ngegas, karena membuang energi bicara dengan orang gila. "Apa sih, Juna pernah janji nikahiyague." "Ya itu kalau lu setia. Lu aja mau dicoblos sana sini sama cowok lain!" Mira terkejut dengan bahasa Dea. Meski sudah bertahun-tahun ia mendengar mulut Dea yang asal ceplos itu, ia masih saja terkejut dengan apa yang keluar darinya. "Lu iri doang kan? Karena gue adalah mantan terin
"Semuanya berubah dan gue jadi ngerti, ternyata Papi emang udah jodohnya sama lu, dipertemukan untuk benar-benar saling mengisi. Gue minta maaf banget kalau selama ini gua udah nyakitin lu sejauh itu. Gara-gara Reza dan sifat gue yang terlalu merasa Superior." Mira sudah menangis sesenggukan. "Ya ampun, Dea. Aku ngerti kok waktu itu kamu kayak gitu. Tapi aku bahagia banget denger kamu bilang kayak gitu, artinya kamu udah benar-benar Seattle dengan hidup ini. Aku bahagia pada akhirnya kita kembali lagi ke yang masa SMA, jadi sahabat yang saling mendukung dan saling mengingatkan ketika salah. Itu adalah hal yang penting dari persahabatan sejati.""Iya, Mira. Gue juga merasa beruntung dengan semua kejadian ini, bikin gue belajar banyak.""Alhamdulillah kalo gitu."Mereka pun menjeda sejenak dengan diam, "Oke... balik lagi sama topik Mami gue. Apapun yang terjadi, lu nggak usah belain dia.""Oke," ujar Mira setuju.•••Sore harinya, setelah Aaron memberikan rincian kejadian. Maka Mita
Mira merasa takut dengan itu, apakah Dea akan berpihak pada ibunya? Faktanya, Mira menampar pipi orang yang melahirkan Dea, ia pasti marah kan. "Maaf Dea, aku...." "Ngapain minta maaf? Dia pantes digituin sih..." Akan tetapi Mira salah, Dea justru bersikap sebaliknya. "Kamu gak marah?" tanya Mira. "Ngapain marah?" tanya Dea balik. Mira merasa lega, "Takutnya kamu marah karena aku nampar Mami kamu." "Yaelah, Mir. Gue dukung lu banget kali, justru Mami tuh emang sesekali harus digituin." "Hem...." "Terus kemarin waktu dia belum ke Cina, dia itu sempat ngobrol sama gue--abis pulang dari Mansion Victorious. Terus pas dia bilang kalau dia udah nyerah sama Papi gue bersyukur banget. Eh ternyata beberapa hari kemudian, Juna bilang kalo Mami ke Cina dan posisi lu dan Papi lagi di sana. Gue curiga dong! Gue kira ya dia udah bener-bener jinak, tapi ternyata gue malah." Mira agak lucu mendengar Dea berkata 'jinakc. "Tarus gue nemu berita tentang kalian dan Mami gue adalah penj
Mira pun langsung menggeplak bisep suaminya yang kuat itu. Lalu ia mencubit hidung suaminya sampai sang suami sulit bernafas. Mereka pun terus bermain sampai akhirnya suara perut Mira yang lapar pun terdengar, sehingga akhirnya mereka pergi untuk sarapan. Pasca kejadian itu, hubungan mereka jadi lebih baik. Aaron juga meminta staff hotel untuk membuka lagi rekaman video yang dilihat sang istri, kemudian meminta mereka untuk mengirimkan pada asistennya atau yang sebenarnya adalah salah satu manajer dari perusahaan yang ada di sana. Asistennya yang asli ada di kantor pusat di Indonesia. Takutnya, mungkin saja Julia--yang sayangnya terkenal juga di Cina, akan menyebar hoax yang tidak-tidak tentang kejadian tadi. Apalagi banyak yang merekam di lobby. ••• Benar apa yang Aron duga, Julia membuat konten yang memojokkan Mira, sehingga warga China banyak yang mengecam Mira dan menuntut untuk memenjarakannya. Untunglah Aron memiliki banyak kenalan yang bisa diajak kerjasama. P
Aron sampai menutup mulutnya saking kagetnya dengan tindakan sang istri yang tidak biasa itu. "Sayang!" Julia memegangi pipinya yang ditampar dengan keras itu, ia kaget dengan kedatangan Mira yang tiba-tiba dan langsung menamparnya. "Apa-apaan kamu?!" bentak Julia. Hampir saja akan membalas tapi segera dihadang oleh Aron. "Jangan sentuh istriku!" Julia kaget, bahkan Mira juga kaget. Ia tidak mebgira kalau suaminya akan pasang badan seperti itu. "Kamu belain dia padahal dia mukul aku?!" tanya Julia tak menyangka. Ia merasa dirinya korban sekarang, lalu malah disalahkan. "Ya iyalah lo...." Belum sempat Mira menjawab, Aron sudah memotongnya. Aron menghadap Julia dan membelakangi istrinya seolah menjadi tameng sang istri. "Jelas kamu yang salah! Aku udah bilang berkali-kali untuk menjauh dariku dan istriku, tapi kamu masih saja mengejarku, mengganggu rumah tangga kami. Kamu pikir aku bakal belain kamu, hah?!" Semua orang terkejut dengan respon Aron yang sangat je
Hari itu Mira merasa lelah karena kemarin habis kondangan, dan malamnya ke pesta. Paginya berlanjut, ia harus mendampingi suaminya yang seperti idola itu ke acara lagi, yaitu pembukaan bisnis dari rekan bisnisnya Aron. Kemudian malam ini, ia harus ikut lagi di perjamuan mewah antara orang-orang kelas atas termasuk artis terkenal di China. Mira merasa kagum dengan itu tapi ia merasa sangat lelah, bahkan ketika ia senang melihat para artis itu, ia tetap merasa tidak nyaman. Jadi, ia meminta agar Aron membawanya pergi ke tempat yang bisa ia gunakan untuk istirahat. Saat ia istirahat di kamar, dan Aron meminta izin untuk keluar sebentar menemui rekan bisnisnya. Aaron malah tidak kunjung kembali, sehingga Mira menelponnya berkali-kali. Akan tetapi, Aron tidak bisa dihubungi, sehingga Mira hanya menunggu sampai Aron kembali. Saking lamanya, sampai jam 1 dini hari, Mira pun sampai ketiduran. . Namun di sisi lain, ternyata Aron bertemu dengan Julia di lorong hotel, saat ia
"Sayangku! Karena Baby Adam udah umur setahun enam bulan, kita adain resepsi yuk!" ajak Juna pada sang istri. Dea pun baru sadar kalau mereka memang belum mengadakan resepsi resmi yang mengundang banyak orang. "Ayuk! Aku juga sempet mikirin ini, tapi lupa mau bilang." "Aku juga diingetin Papi kamu sih..." "Dasar ih!" ujar Dea memukul lengan suaminya. "So, mau kapan?" tanya Juna. Dea berpikir sejenak, "Mungkin sebulan lagi?" "Ama amat? Aku perlu nyiapin jadwalnya sih." "Kamu kira nyiapin resepsi nggak butuh waktu lama apa? Kemarin aja Papi sama Mira sampai berbulan-bulan," ujar Dea kesal. Juna mengingat-ingat, "Tapi itu kan karena mereka juga terhambat, Sayang." "Iya, tapi ya nggak mungkin kan cuma dua minggu?" "Mungkin aja," balas Juna. Ia naik ke atas kasur menyusul istrinua untuk tidur. "Tapi kata kamu harus mewahxvberarti ya nggak bisa cepet. Minimal sebulan." "Ya udah ya udah... nanti aku coba minta atur jadwal yang bagus ke asisten aku." "Ya udah, intinya se
"Ih Mami!" keluh Dea. "Iya iya Sayang, Mami cuma... becanda. Tapi kalo ada Berondong yang tulus ama Mami, kenapa enggak?" "Oke oke... terus Mami nggak tinggal di sini?" "Ya nggak lah, Sayang. Emang Mami nggak tahu diri apa? Nggak mikirin perasaannya Juna. Kalian juga butuh privasi kali, nggak yang Mami harus menyaksikan semua kejadian di dalam hidup kamu dan suami kamu. Lagian Mami juga bukan orang yang bisa hidup dengan tanpa kebebasan, dan kalau di sini kan ... Mami nggak mungkin bebas." Dea mengertit, "Aku nggak tahu kebebasan yang Mami Sebutkan itu tentang apa, atau Mami sering pergi-pergi, atau gimana? Tapi kalau bawa cowok ke rumah ya sebenarnya itu bukan urusan aku ya. Masalahnya, kan aku punya anak yang harus dididik juga dengan sample, kalau nanti ada anggota keluarga yang sampelnya buruk, aku takutnya sih bisa mempengaruhi dia." Julia terkekeh, "Nah itu tahu." "Ih yang bener! Mami bermaksud untuk bawa cowok ke rumah ya?" "Iyalah." Dea sudaj lelah bicara denga
"Plesir tuh kek jalan-jalan," jawab Mira. Akan tetapi, ia sudah biasa dengan kekurangan suaminya dalam kosa kata bahasa Jawa Tengah. Ia seringkali salah memahami kosa katanya, dan Mira pun mulai belajar bahwa tidak semua kosa kata bahasa Jawa itu familiar bagi orang lain termasuk suaminya yang notebennya orang luar. "Besok kita harus kondangan loh, kamu gak capek kan?" tanya Aron pada sang istri. "Capek!" Tak lama mereka sampai di hotel, dan Mira yang sedang mode manja tidak mau jalan sendiri. Alhasil, Aron pun menggendongnya ala Bridal Style sampai ke kamar mereka. Mira yang minta gendong, Mira juga yang malu dan menyembunyikan wajahnya dari pandangan orang-orang. Ia sungguh malu. . Setelah mereka berdua bersih-bersih, kemudian mereka langsung naik ke atas kasur, dan seperti biasa sebelum benar-benar tidur, mereka tiduran sambil Deep Talk. Membicarakan banyak hal, saling curhat dengan berbagai macam cerita. Aron juga menceritakan tentang mimpi-mimpinya bersama deng