"Siapa?" tanya Juna. "Siapa lagi kalo bukan Mira?" Juna agak bingung dengan permusuhan Mira dan Dea, seperti ada sesuatu yang mencurigakan Maksudnya, alurnya tidak tepat. Saat ia mencoba menggali dari sisi Aron, Aron juga memilih bingkam. "Kenapa?" tanya Dea melihat ekspresi suaminya yang serius. "Gak ada. Aku cuma punya ide, gimana kalo kita bikin ayam bakar?" Dea mengeryit, "Emang kamu bisa?" "Bisa dong, mantan anak kost," ujar Juna pamer. Dea hanya tersenyum geli, kadang suaminya bertingkah seperti anak muda seusianya. Setidaknya Juna lebih bisa diajak kompromi daripada ayahnya. "Aku juga pingin merantau," gumam Dea. "Pingin kuliah di luar negeri," lanjutnta. Juna pun terkejut, ia tak tahu kalau Dra mulai banyak terbuka dengannya. Semoga asumsinya benar kalau Dea mulai nyaman dengannya. Ia baru dikasih wejangan oleh Dokter pribadi Dea, kalau ia harus bisa menjadi tempat curhat yang nyaman. Jangan sampai Dea merasa kesepian, ia harus terus merespon hal-hal
"Kita sama-sama capek, Sayang. Udah ya, gak usah merhatiin omongan orang, ini hidup kita, kita yang jalanin. Jadi skip dengerin kata-kata orang yang berpotensi bikin mood kamu rusak." Dea pun mengangguk. "Aku cuma iri, kadang pas liat Mira ngelayanin Papi, dia istri idaman banget." 'Mira lagi...' batin Juna. Ia jadi curiga, sebenarnya Mira itu musuh Dea atau sosok ibu baginya? Maksudnya, Dea terlalu memandang dia sebagai patokan. Kalau musuh, harusnya Dea tak perlu menjadikannya patokan dalam setiap hal. "Tipe orang beda-beda, termasuk aku. Aku gak mau istriku kecapean sendiri ngurus rumah. Kalaupun kita hidup sederhana dan gak ada pembantu, aku juga bakal bantuin kerjaan rumah. Tapi, apa Papi kamu pernah andingin kamu sama Mira?" "Gak sih," ujar Dea. "Nah kan, mungkin cuma pikiranmu aja. Dan apa kamu pernah liat Papi kamu nyuruh istrinya ini atau itu?" "Gak sih," gumam Dea sambil berpikir. "Pastilah, Pspi kamu juga orang yang terbuka. Mungkin itu karena Mira aja yang mau ngel
"De!" Panggil Olive saat mereka di Toilet untuk touch up, Dea malah melamun dengan wajah yang serius. "Kenapa, Liv?" "Enggak, lu kek ngelamunin sesuatu, ngelamunin apa?" tanyanya usai mengoleskan lipstik di bibirnya. "Gue cuma agak kurang nyaman pas liat Aji kek makin intens merhatiin gue." "Ya elah, banyak yang merhatiin lo, orang lu cantik banget," balas Echa santai. "Bener sih, tapi bukan itu. Gue juga ngerasa Aji suka ama lo, keliatan banget," sahut Olive. "Emang boleh suka ama orang bersuami?" ucap Echa dengan suara imutnya. Olive dan Dea hanya terkekeh, Echa ada-ada saja, ia selalu mencairkan suasana ketika dirasa tidak nyaman. "Intinya De, selama Aji cuma jadi secret admirer lo, mending biarin aja. Lo gak berkewajiban ngurusin perasaan orang. Lagian konsekuensi orang yang suka sama istri orang ya, harus siap untuk stuck jadi pengagum. Ya kan?" Untunglah kata-kata Olive itu bisa membuat Dea lebih nyaman dan tidak memikirkannya lagi. Pantas Aji begitu bai
"Hai semuanya!" Hampir saja Dea akan melemparkan kata-kata menyebalkan, sebelum ia melihat siapa pemilik suara itu. "Tante Lina?!" Tante Lina adalah seorang artis berusia 40 tahun, tak jauh usianya dari sang ayah. Ialah yang menggantikan posisi Mira saat Dea merasa dikhianati sahabatnya waktu itu. Makanya ia berharap, Tante Lina itu akan menjadi ibu tirinya, bukan Mira "Kok bengong? Sini peluk dulu...." Dea melemparkan stik gamenya dan langsung berlari menghambur ke pelukan wanita cantik itu. "Tante, kangen!" ujar Dea langsung memeluknya. Juna hanya berdiri melihat mereka. Ia ikut bahagia saat melihat bagaimana Lina mampu memberikan senyum bahagia untuk istrinya. Dea tipe yang sulit ditaklukkan, tapi kalau sudah percaya, mudah menyenangkannya. "Gimana kabarnya Ibu hamil ini? Sorry ya, Tante harus ke Berlin selama 7 bulan kemarin sampe gak bisa ngurusin apapun selain kerjaan, soalnya bisnis Tante juga lagi bermasalah." Dea pun tersenyum dengan tulus, "Gak papa, T
"Jangan banyak drama dan lakukan tugasmu." "Apa mereka mau ngewong, tapi Mira nolak ajakan Papi?" tanya Dea pada diri sendiri. Ia malah berpikir macam-macam, rasa penasarannya yang membuncah membuatnya tak beranjak dari pintu ruang kerja Papinya yang bersebelahan dengan kamar Papi dan ibu tirinya itu. "Mungkin Anda tidak pernah berpikir tentang ini, tapi Anda telah menghancurkan hidupnya. Tindakan Anda, semuanya persis seperti itu!" Tidak ada balasan dari Aron, tetapi isak tangis Mira jelas itu pertengkaran yang cukup serius. "Lalu sekarang dengan semua pengaturan Anda, saya harus bagaimana lagi? Selama ini saya sudah hidup dengan tenang tanpa protes di bawah kendali Anda, bahkan saya tidak pernah membocorkan situasi yang sebenarnya terjadi. Kemudian semua orang membenci saya. Apakah itu masih kurang untuk Anda? Masih saya yang salah?" Lagi, Aron tidak menanggapinya, membiarkan Mira mengeluarkan semua kata-katanya. "... lalu, saya harus memakai topeng penjahat mana lagi,
"Aku kangen banget rasanya berbunga dan tumbuh kupu-kupu di perutku," ujar Echa tiba-tiba mellow. Dea meringis mendengar penuturan gadis imut yang lucu dan kadang oon itu. Mereka sedang nge-mall, karena darioada ia galau karena tak bisa mengundang Lina ke rumah lagi, ia akhirnya mengajak Echa jalan-jalan. Untunglah suaminya mengizinkan, hanya saja harus diikuti bodyguard. Meski ia menolak, Juna memberikan opsi agar bodygard itu tampil dengan pakaian santai seolah asisten artis. Bagaimana lagi, penampilan Dea dan Echa memang seperti artis yang cantik, stylish dan enak dipandang. "Maksudmu gimana?" "Ya, saat-saat merasakan jatuh cinta," balas Echa dramatis. Dea terkekeh, "Hehe, gitu ya... Bukannya kamu lagi ngincer temennya Aji?" Echa tiba-tiba berhenti, "Gak mau, ternyata dia udah tunangan. Masa mau deketin aku, dikira aku gak punya perasaan kali ya. Lagian sejak awal, aku gak suka sama dia, cuma tertarik sama visualnya aja." "Terus kamu suka sama siapa?" "Jangan bil
"Ya gue juga sempat ngerasa hal kayak gitu kok, tapi lambat laun entah kenapa gue ngerasa harus ngelepasin perasaan itu biar gue sendiri bahagia."Echa pun berpikir, "Iya sih, marah sama orang malah bikin kita jadi nggak bahagia ya." Dea hanya mengangguk, padahal ia bohong. Masih ada yang mengganjal di hatinya, kebencian an perasaan tidak senang. Mereka berdua memang menggunakan bahasa yang campuran 'lo, gue' atau 'aku, kamu' "Ya gitulah, Cha. BTW jadi nggak nih gue cariin cowok boleh tapi yang bisa jadi tempat manja-manjaan?"Echa pun menghela napas, "Kalo gue butuh, gue kabarin.""Oke."Setelah mereka menghabiskan makan malam mereka, Dea mendapat pesan dari suaminyaagar pulang janan malam-malam. Bukannya tidak boleh, tapi takut ia kecapean.Ia pun senyum-senyum yang membuat Echa menggodanya, katanya Echa jadi ingin spek cowok seperti suami Dea.Namun, ketika ia membuka media sosialnya, hal pertama yang ia lihat adalah akun media sosial ayahnya. Biasanya yang memegang akun itu asi
ARON VICTORIUS MEMILIKI KEKASIH? SIAPA PEREMPUAN YANG BERHASIL MENAKLUKKAN HATI SANG DUDA HOT ITU? Beberapa nama pun terseret, termasuk Lina yang paling sering terlihat bersamanya. "Jun, emang bener Pak Victorius udah punya pasangan lagi?" tanya Tristan sahabat sekaligus rekan bisnis Juna. Mereka sedang ada di pesta peresmian usaha barunya, jadi mereka bersantai setelahnya. "Gak tau," jawab Juna santai. "Lo kan menantunya," balas Tristan. "Lu kepo banget kek Emak-emak, lagian bukan urusan gue." "Yeu, dia kan udah menduda cukup lama dan bersih dari gosip cewek, eh malah dia upload sendiri kemesraan ama cewek." "Mesra apanya, cuma pegangan tangan doang kan?" "Anjrit lo! Maksudnya ya, kapan lagi dia terang-terangan ngaku punya pasangan." "Emang dia ngaku?" Tristan mulai kesal, "Kagak secara gamblang, tapi tersirat." "Oh, ya tunggu aja beritanya. Kalo dia mau bklang mah, udah bilang aja. Gue gak berhak ngasih tau urusan dapur orang," balas Juna santai. Tristan pun h
"Idih, Nenek Lampir ngapain ke sini?" tanya Mira. Hal itu membuat Dea terkejut, Mira sudah bisa julid ternyata. "Iya, anjir. Ngapain dia ke sini? Ngaku-ngaku lagi ..." ujar Dea "Dia nggak ada kapok-kapoknya apa ya?" ujar Mira kesal. "Iya, tahu tuh!" Kemudian Dea pun langsung berdiri dan menghampirinya, diikuti Mira. Kehamilan Mira sudah mau memasuki 7 bulan, makanya sudah besar perutnya. "Ngapain lu ke sini?" tanya Dea ketus. "Ya mau lihat hasil dekorasi pernikahan aku sama Junalah!" "Wah tengil banget lo! Pernikahan gue sama Juna, gua istrinya!" balas Dea lumayan santai. Ia tidak ingin terlalu ngegas, karena membuang energi bicara dengan orang gila. "Apa sih, Juna pernah janji nikahiyague." "Ya itu kalau lu setia. Lu aja mau dicoblos sana sini sama cowok lain!" Mira terkejut dengan bahasa Dea. Meski sudah bertahun-tahun ia mendengar mulut Dea yang asal ceplos itu, ia masih saja terkejut dengan apa yang keluar darinya. "Lu iri doang kan? Karena gue adalah mantan terin
"Semuanya berubah dan gue jadi ngerti, ternyata Papi emang udah jodohnya sama lu, dipertemukan untuk benar-benar saling mengisi. Gue minta maaf banget kalau selama ini gua udah nyakitin lu sejauh itu. Gara-gara Reza dan sifat gue yang terlalu merasa Superior." Mira sudah menangis sesenggukan. "Ya ampun, Dea. Aku ngerti kok waktu itu kamu kayak gitu. Tapi aku bahagia banget denger kamu bilang kayak gitu, artinya kamu udah benar-benar Seattle dengan hidup ini. Aku bahagia pada akhirnya kita kembali lagi ke yang masa SMA, jadi sahabat yang saling mendukung dan saling mengingatkan ketika salah. Itu adalah hal yang penting dari persahabatan sejati.""Iya, Mira. Gue juga merasa beruntung dengan semua kejadian ini, bikin gue belajar banyak.""Alhamdulillah kalo gitu."Mereka pun menjeda sejenak dengan diam, "Oke... balik lagi sama topik Mami gue. Apapun yang terjadi, lu nggak usah belain dia.""Oke," ujar Mira setuju.•••Sore harinya, setelah Aaron memberikan rincian kejadian. Maka Mita
Mira merasa takut dengan itu, apakah Dea akan berpihak pada ibunya? Faktanya, Mira menampar pipi orang yang melahirkan Dea, ia pasti marah kan. "Maaf Dea, aku...." "Ngapain minta maaf? Dia pantes digituin sih..." Akan tetapi Mira salah, Dea justru bersikap sebaliknya. "Kamu gak marah?" tanya Mira. "Ngapain marah?" tanya Dea balik. Mira merasa lega, "Takutnya kamu marah karena aku nampar Mami kamu." "Yaelah, Mir. Gue dukung lu banget kali, justru Mami tuh emang sesekali harus digituin." "Hem...." "Terus kemarin waktu dia belum ke Cina, dia itu sempat ngobrol sama gue--abis pulang dari Mansion Victorious. Terus pas dia bilang kalau dia udah nyerah sama Papi gue bersyukur banget. Eh ternyata beberapa hari kemudian, Juna bilang kalo Mami ke Cina dan posisi lu dan Papi lagi di sana. Gue curiga dong! Gue kira ya dia udah bener-bener jinak, tapi ternyata gue malah." Mira agak lucu mendengar Dea berkata 'jinakc. "Tarus gue nemu berita tentang kalian dan Mami gue adalah penj
Mira pun langsung menggeplak bisep suaminya yang kuat itu. Lalu ia mencubit hidung suaminya sampai sang suami sulit bernafas. Mereka pun terus bermain sampai akhirnya suara perut Mira yang lapar pun terdengar, sehingga akhirnya mereka pergi untuk sarapan. Pasca kejadian itu, hubungan mereka jadi lebih baik. Aaron juga meminta staff hotel untuk membuka lagi rekaman video yang dilihat sang istri, kemudian meminta mereka untuk mengirimkan pada asistennya atau yang sebenarnya adalah salah satu manajer dari perusahaan yang ada di sana. Asistennya yang asli ada di kantor pusat di Indonesia. Takutnya, mungkin saja Julia--yang sayangnya terkenal juga di Cina, akan menyebar hoax yang tidak-tidak tentang kejadian tadi. Apalagi banyak yang merekam di lobby. ••• Benar apa yang Aron duga, Julia membuat konten yang memojokkan Mira, sehingga warga China banyak yang mengecam Mira dan menuntut untuk memenjarakannya. Untunglah Aron memiliki banyak kenalan yang bisa diajak kerjasama. P
Aron sampai menutup mulutnya saking kagetnya dengan tindakan sang istri yang tidak biasa itu. "Sayang!" Julia memegangi pipinya yang ditampar dengan keras itu, ia kaget dengan kedatangan Mira yang tiba-tiba dan langsung menamparnya. "Apa-apaan kamu?!" bentak Julia. Hampir saja akan membalas tapi segera dihadang oleh Aron. "Jangan sentuh istriku!" Julia kaget, bahkan Mira juga kaget. Ia tidak mebgira kalau suaminya akan pasang badan seperti itu. "Kamu belain dia padahal dia mukul aku?!" tanya Julia tak menyangka. Ia merasa dirinya korban sekarang, lalu malah disalahkan. "Ya iyalah lo...." Belum sempat Mira menjawab, Aron sudah memotongnya. Aron menghadap Julia dan membelakangi istrinya seolah menjadi tameng sang istri. "Jelas kamu yang salah! Aku udah bilang berkali-kali untuk menjauh dariku dan istriku, tapi kamu masih saja mengejarku, mengganggu rumah tangga kami. Kamu pikir aku bakal belain kamu, hah?!" Semua orang terkejut dengan respon Aron yang sangat je
Hari itu Mira merasa lelah karena kemarin habis kondangan, dan malamnya ke pesta. Paginya berlanjut, ia harus mendampingi suaminya yang seperti idola itu ke acara lagi, yaitu pembukaan bisnis dari rekan bisnisnya Aron. Kemudian malam ini, ia harus ikut lagi di perjamuan mewah antara orang-orang kelas atas termasuk artis terkenal di China. Mira merasa kagum dengan itu tapi ia merasa sangat lelah, bahkan ketika ia senang melihat para artis itu, ia tetap merasa tidak nyaman. Jadi, ia meminta agar Aron membawanya pergi ke tempat yang bisa ia gunakan untuk istirahat. Saat ia istirahat di kamar, dan Aron meminta izin untuk keluar sebentar menemui rekan bisnisnya. Aaron malah tidak kunjung kembali, sehingga Mira menelponnya berkali-kali. Akan tetapi, Aron tidak bisa dihubungi, sehingga Mira hanya menunggu sampai Aron kembali. Saking lamanya, sampai jam 1 dini hari, Mira pun sampai ketiduran. . Namun di sisi lain, ternyata Aron bertemu dengan Julia di lorong hotel, saat ia
"Sayangku! Karena Baby Adam udah umur setahun enam bulan, kita adain resepsi yuk!" ajak Juna pada sang istri. Dea pun baru sadar kalau mereka memang belum mengadakan resepsi resmi yang mengundang banyak orang. "Ayuk! Aku juga sempet mikirin ini, tapi lupa mau bilang." "Aku juga diingetin Papi kamu sih..." "Dasar ih!" ujar Dea memukul lengan suaminya. "So, mau kapan?" tanya Juna. Dea berpikir sejenak, "Mungkin sebulan lagi?" "Ama amat? Aku perlu nyiapin jadwalnya sih." "Kamu kira nyiapin resepsi nggak butuh waktu lama apa? Kemarin aja Papi sama Mira sampai berbulan-bulan," ujar Dea kesal. Juna mengingat-ingat, "Tapi itu kan karena mereka juga terhambat, Sayang." "Iya, tapi ya nggak mungkin kan cuma dua minggu?" "Mungkin aja," balas Juna. Ia naik ke atas kasur menyusul istrinua untuk tidur. "Tapi kata kamu harus mewahxvberarti ya nggak bisa cepet. Minimal sebulan." "Ya udah ya udah... nanti aku coba minta atur jadwal yang bagus ke asisten aku." "Ya udah, intinya se
"Ih Mami!" keluh Dea. "Iya iya Sayang, Mami cuma... becanda. Tapi kalo ada Berondong yang tulus ama Mami, kenapa enggak?" "Oke oke... terus Mami nggak tinggal di sini?" "Ya nggak lah, Sayang. Emang Mami nggak tahu diri apa? Nggak mikirin perasaannya Juna. Kalian juga butuh privasi kali, nggak yang Mami harus menyaksikan semua kejadian di dalam hidup kamu dan suami kamu. Lagian Mami juga bukan orang yang bisa hidup dengan tanpa kebebasan, dan kalau di sini kan ... Mami nggak mungkin bebas." Dea mengertit, "Aku nggak tahu kebebasan yang Mami Sebutkan itu tentang apa, atau Mami sering pergi-pergi, atau gimana? Tapi kalau bawa cowok ke rumah ya sebenarnya itu bukan urusan aku ya. Masalahnya, kan aku punya anak yang harus dididik juga dengan sample, kalau nanti ada anggota keluarga yang sampelnya buruk, aku takutnya sih bisa mempengaruhi dia." Julia terkekeh, "Nah itu tahu." "Ih yang bener! Mami bermaksud untuk bawa cowok ke rumah ya?" "Iyalah." Dea sudaj lelah bicara denga
"Plesir tuh kek jalan-jalan," jawab Mira. Akan tetapi, ia sudah biasa dengan kekurangan suaminya dalam kosa kata bahasa Jawa Tengah. Ia seringkali salah memahami kosa katanya, dan Mira pun mulai belajar bahwa tidak semua kosa kata bahasa Jawa itu familiar bagi orang lain termasuk suaminya yang notebennya orang luar. "Besok kita harus kondangan loh, kamu gak capek kan?" tanya Aron pada sang istri. "Capek!" Tak lama mereka sampai di hotel, dan Mira yang sedang mode manja tidak mau jalan sendiri. Alhasil, Aron pun menggendongnya ala Bridal Style sampai ke kamar mereka. Mira yang minta gendong, Mira juga yang malu dan menyembunyikan wajahnya dari pandangan orang-orang. Ia sungguh malu. . Setelah mereka berdua bersih-bersih, kemudian mereka langsung naik ke atas kasur, dan seperti biasa sebelum benar-benar tidur, mereka tiduran sambil Deep Talk. Membicarakan banyak hal, saling curhat dengan berbagai macam cerita. Aron juga menceritakan tentang mimpi-mimpinya bersama deng