ISTRI ADIK IPARKU YANG KEGATELAN

ISTRI ADIK IPARKU YANG KEGATELAN

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-22
Oleh:  Nanaz BearBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
16Bab
25Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Nara (25 tahun) menikah dengan seorang lelaki dan meninggalkan karirnya yang sedang berada di puncak untuk mengabdi pada keluarga suami. Tapi pengorbanannya hanya dianggap sebelah mata oleh keluarga suaminya. Bahkan ketika suaminya berselingkuh dengan istri adik ipar Nara, Nara yang diusir dan dianggap istri yang tak berguna oleh kedua mertuanya hanya karena selingkuhan suaminya kaya sedangkan Nara miskin serta yatim piatu.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

"Bang Galih, ini aku bungkusin kue buatanku untuk Abang. Kata suamiku rasanya enak sekali jadi Abang juga wajib coba. Aku yakin setelah mencobanya, Abang suka dan ketagihan sama rasanya," ucap Adel, istri dari adik lelaki suamiku sambari menyodorkan sebuah kotak kue dengan senyum manis yang menurutku terlalu berlebihan.

Aku memperhatikan ekspresi wajahnya dengan seksama. Mata Adel berbinar penuh harap seolah menunggu pujian dari suamiku. Ini bukan pertama kalinya dia menunjukkan perhatian yang menurutku kelewat batas. Aku sudah sering melihat caranya bersikap manis di hadapan Bang Galih dan jujur saja aku tidak menyukainya.

Namun seperti biasa aku hanya bisa diam. Aku tak cukup berani untuk menegurnya secara langsung. Aku tahu jika aku berbicara sembarangan dan Adel merasa tersinggung. Bukan tak mungkin aku yang disalahkan. Keluarga suamiku terlalu membelanya. Jika aku memulai keributan aku yang akan dicap sebagai istri cemburuan dan terlalu sensitif.

"Ok, nanti Abang makan setelah sampai di toko. Terimakasih banyak ya, Del!" balas suamiku dengan nada ringan sambil menerima bungkusan kue itu.

Aku mengepalkan jemari di balik punggung. kenapa sih harus diterima? Kenapa Bang Galih tidak sedikit saja menjaga perasaanku? Mungkinkah aku sama sekali tak berharga di matanya sampai tanpa perasaan dia menerimanya tanpa mempertimbangkan perasaanku.

"Sama-sama,Bang. Nanti kalau Abang suka aku bakal buatin tiap hari buat Abang," ujar Adel dengan senyum menggoda. Matanya melirik kearahku seolah ingin melihat reaksiku.

Aku mencoba menahan diri. Menegakan bahu agar tak terlihat lemah. Tetapi cara Adel berbicara dan ekspresi wajahnya benar-benar seperti sedang menantangku.

"Baik banget kamu, Del. Enggak salah kalau adikku cinta banget sama kamu. Bahkan ibuku setiap hari juga memujimu sebagai menantu sempurna. Udah cantik, baik, perhatian lagi sama keluarga suami," puji suamiku.

Kata-kata itu bagaikan belati yang menusuk dadaku.

Aku menatap Bang Galih. Berharap dia sadar betapa kata-katanya telah melukai hatiku. Tapi tidak, dia tampak begitu santai seolah ucapan itu hanyalah basa-basi belaka. Sedangkan Adel? Dia tertawa kecil, suara tawanya terdengar begitu manja dan menjijikan di telingaku.

Tak hanya itu, dengan seenaknya, dia meletakan tangannya di lengan suamiku seperti sengaja mempertegas keberadaannya.

"Ah, Bang Galih bisa aja mujinya. Jujur, aku ngelakuin semua ini karena prihatin sama keadaan Abang. Ada istri pun seperti enggak terurus. Uang nafkah aja dituntut banyak, tapi malas belajar masak!"

Darahku berdesir.

Jantungku berdegup sangat kencang. Amarah mulai menguasai pikiranku. Mataku menatap tajam ke arah Adel, yang masih memasang ekspresi tanpa dosa.

Aku menarik napas dalam.Mencoba mengontrol emosi yang hampir meledak. Tapi kali ini aku tak bisa diam saja.

"Del, dari pada repot-repot terus-terusan mengasihani suamiku, mending kamu urusin dulu rendaman bajumu yang sudah dua hari menuhin kamar mandi. Kudengar tadi pagi Rudi ngomel karena sudah kehabisan baju dan celana bersih. Cuci sekarang sana!"

Adel terdiam seketika. Wajahnya yang semula penuh percaya diri langsung memerah, campuran antara malu dan amarah. Aku bisa melihat bagaimana tatapannya berubah. Tapi aku tidak peduli. Dia yang lebih dulu menyinggungku dan aku sudah lama menahan diri.

Dengan mendengus kesal Adel berkata, "Ya udah, aku pamit nyuci dulu ya, Bang Galih. Jangan lupa dimakan kuenya, biar aku enggak kecewa!"

Suamiku tersenyum kecil. "Iya, tenang aja. Abang pasti makan sampai habis kok!"

Aku memandang suamiku dengan kecewa. Kenapa dia justru memberi Adel ruang untuk terus bersikap seperti ini? Apa dia benar-benar tidak menyadari niat tersembunyi di balik perhatian berlebihan Adel?

Begitu Adel pergi aku segera menghampiri suamiku dan mencoba mengambil kue dari tangannya. "ABang, sini kuenya biar aku buang aja. Aku kesel banget sama Adel yang kelihatan banget haus pujian itu! Bukannya ngurusin suami sendiri malah sibuk ngurusin suami orang!" 

Namun, suamiku dengan sigap menepis tanganku. "Gila kamu ya, mau buang-buang makanan! Udah mending ada yang kasih makanan. Bukan terimakasih malah marah. Aneh banget sih jadi orang!" bentaknya dengan nada tajam.

Aku terkejut. Aku tidak menyangka reaksinya akan sekeras itu.

"Bang, kalau Abang suka kue bilang aja sama aku. Biar besok-besok aku buatin. Jangan malah nerima kue dari Adel. Dia itu kayak caper banget sama Abang. Aku enggak suka!"

Aku akhirnya mengungkapkan perasaanku. Berharap suamiku mengerti. Tapi ternyata harapanku sia-sia.

"Wajar kan kalau ada seorang wanita yang baru menikah caper karena ingin disayang keluarga suami? Kamu itu tidak seharusnya membenci dan menuduh Adel yang bukan-bukan. Justru kamu harus banyak belajar dari dia biar ibu lebih bisa nerima kamu sebagai menantu. Paham?" ucap suamiku kemudian mpergi menuju mobilnya.

Aku terdiam.

Aku memandang suamiku dengan pandangan nanar. Mencoba mencerna kata-katanya.

Belajar dari Adel? Biar lebih diterima oleh ibu mertua?

Aku menahan nafas. Menundukkan kepala dan menahan pedih yang terasa menusuk di hati. Bang Galih tidak mengerti atau mungkin tidak peduli.

Aku tidak pernah menolak untuk dekat dengan ibu mertuaku. Aku sudah berusaha berkali-kali tetapi dia sendiri yang menolakku. Baginya memiliki menantu miskin adalah aib.

Lantas, aku harus berbuat apa?

Tepat ketika aku berusaha menguatkan diri. Sebuah suara yang begitu menyebalkan kembali terdengar.

"Mbak, aku denger semua pembicaraanmu dengan Bang Galih. Bisa-bisanya ya kamu ingin buang kue pemberianku! Untung saja Bang Galih enggak mau nurutin permintaan kamu. Jujur, aku puas banget denger jawaban Bang Galih tadi!"

Aku menoleh dan mendapati Adel berdiri tak jauh dariku dengan tatapan penuh kemenangan.

Aku mengepalkan tangan. "Orang haus perhatian kayak kamu enggak heran kalau suka sekali menguping pembicaraan orang!"

Adel terkikik kecil, "Aku enggak nguping, Mbak. Tadi enggak sengaja aja denger," ujarnya dengan tatapan merendahkan. Kemudian dia menatapku tajam dan menambahkan, "Mbak, dari ucapanmu tadi ke Bang Galih, kelihatan banget kalau sebenernya kamu takut Bang Galih berpaling ke aku. Kenapa, Mbak? Mbak sudah ngerasa enggak layak lagi buat Bang Galih yang makin hari makin sukses ya? Bagus lah kalau Mbak sadar diri!"

Aku membelalak.

"Aku sudah lama banget berusaha sabar sama sikap kamu yang kurangajar. Bisa tolong sedikit jaga mulutmu atau tidak?" bentakku hampir saja aku tak bisa menahan diri untuk tidak menampar mulut jahat wanita di depanku.

"Jaga mulutku? Buat apa? Semua orang di rumah ini tahu kamu enggak diinginkan. Kalau aku jadi kamu, aku angkat kaki aja dari pada terus jadi beban!"

Setelah puas menghinaku Adel berbalik pergi sebelum aku sempat membalas.

Aku berdiri di tempat.

Hatiku terasa sesak

Ya Tuhan, dengan cara apa aku harus melawan kejahatannya sedangkan suamiku dan kedua orangtuanya ada di pihak wanita jahat itu?

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
16 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status