Hamil di Malam Pert
Bab 37 : Masa Lalu
Malik keluar dari kamar bersama Della, setelah menjelaskan semuanya walau istrinya itu masih saja tak bisa mempercayai penuturannya saat itu.
“Zaki, Vaulin, kalian sudah berkenalan? Kok sudah main saja?” Malik tersenyum ke arah keduanya.
“Iya, Pa. Terima kasih udah bawain Kakak buat Vaulin,” jawab Vaulin yang polos, yang sangat senang kini sudah memiliki teman bermain karena sehari-hari ia hanya bermain bersama Bik Ijah saja, sedangkan Mama dan Papanya sibuk di kantor setiap hari.
“Zaki, salim dulu sama istri saya. Mulai sekarang, panggil dia Mama!” perintah Malik kepada anak angkatnya itu.
“Baik, Om!” Zaki se
Hamil di Malam PertamaBab 38 : Keyakinan VaulinBeberapa hari berlalu pasca kecelakaan pesawat di perairan laut xxx, tim SAR sudah berhasil mengidentifikasi beberapa serpihan pesawat juga beberapa organ tubuh yang ditemukan oleh seorang nelayan secara terpisah. Ada yang menemukan sepotong tangan, dan ada juga yang menemukan sepotong kaki. Menurut kesaksian beberapa nelayan yang saat itu berada di sekitar tempat kejadian peristiwa, terjadi dua ledakan sore itu namun tak ada yang melihat langsung kejadian na’as.Menurut Kepala Basarnas, sangat kecil harapan untuk para korban bisa selamat, sudah dipastikan kalau seluruh penumpang dan awak pesawat meninggal sebab menurut rekaman kejadian di Kotak hitam, pesawat mengalami kerusakan mesin lalu mencoba mencari pendaratan darurat tapi saat itu sedang terbang di atas laut. Tiba-t
Hamil di Malam PertamaBab 39 : Duel“Nggak seru kalau cuma adu mulut, coba turun ke halaman sana! Terus adu jotos, aku mau lihat ... siapa yang paling jago diantara kalian berdua?” tantang Vaulin kesal melihat tingkah dua dokter yang menurutnya sangat kekanak-kanakan.Vaulin menatap kesal keduanya. Yuta terlihat mengusap wajah, sedangkan Willy pura-pura sedang mengajak Fatihah mengobrol. Bayi berambut keriting itu menarik-narik ujung jari Willy dan memainkannya, sedangkan sang ayah biologis begitu menyukai momen ini.“Ya sudah, kami pamit pulang saja. Maaf ... kalau sudah mengganggu kamu, Vau!” ujar Yuta sambil menepuk punggung Willy. “Ayo pulang!”“Kamu duluan saja, saya baru datang kok. Masih pingin
Hamil di Malam PertamaBab 40 : Calon Suami“Neha, ini Mamak bikinkan obat untuk calon suamimu itu. Ayo bantu membangunkan dia, biar bisa minum ramuan ini!” ujar seorang wanita paruh baya sambil membawa gelas seng besar saat memasuki kamar anak gadisnya.“Iya, Mak,” jawab Neha sambil mendekati pemuda yang kondisinya begitu lemah itu.“Abang, ayo bangun!” ujar Neha dengan suara lembut dan tentunya sambil tersenyum-senyum sendiri, ia begitu senang, akhirnya Tuhan menjatuhi dia jodoh juga walau nemunya di laut.“Uhuukk .... “ Sang Pemuda terbatuk dan duduk dengan dibantu Neha.Wanita paruh baya dengan kaos kedodoran serta kain yang terikat di pinggangnya it
Hamil di Malam PertamaBab 41 : Taman Kota“Nggak ada racun atau obat biusnya kok, Vau, biar saya saja dulu yang makan .... “ Willy yang bisa membaca pikiran wanita di hadapannya itu mengambil bakso bakar di tangan Vaulin lalu memakannya.“Eh!” Vaulin sedikit kaget karena Dokter berkulit gelap itu mengetahui isi kepalanya.“Makanlah, aman kok. Saya orang baik-baik, kamu tak perlu takut saya racuni atau apalah,” ujar Willy sambil tersenyum kecut.“Hmm ... bukannya gitu, Mas, kamu tahu ‘kan masalah yang kualami ... hingga detik ini ... aku nggak tahu siapa Ayah Fatin. Semua itu terjadi di saat aku tak sadarkan diri, sebab tak mungkin rasanya jika setan yang telah menggagahiku sebab anakku terbukti manusia, jadi nggak mungkin kalau bapaknya setan.” Vaulin berkata pelan dengan tatapan ke arah Willy, yang membuat pria berjaket hitam itu jadi sedikit gelagapan.“Oh itu, iya ... saya tahu
Hamil di Malam PertamaBab 42 : Pengakuan PalsuMendengar pengakuan tak terduga dari mulut Willy, Vaulin segera menoleh ke arahnya. Sedangkan Yuta, ia jadi gelagapan sebab tak menyangka teman satu profesinya itu akan menggali lobang kematian untuk mereka termasuk dirinya.“Maksud Mas Willy gimana? Aku tak butuh pengakuan palsu, aku ingin sebuah kejujuran,” jawab Vaulin berusaha tenang, walau kini jantungnya mulai berpacu cepat.Sebelum Willy membuka mulutnya, Yuta sudah menghadiahu pria berkulit gelap itu dengan sebuah pukulan keras yang tak sempat ia hindari.“Jangan dengarkan dia, Vau, itu hanya taktiknya untuk bisa merebut kamu dariku. Ayo, kita cepat pergi dari ini!” Yuta berusaha menarik tangan Vaulin pergi tapi me
Hamil di Malam PertamaBab 43 : Neha Gadis Pulau“Jika maumu seperti itu, saya sangat setuju. Saya juga ingin bertanggung jawab atas kalian, saya ingin membina rumah tangga denganmu, Vau, saya ingin memperbaiki semuanya. Kita lupakan kejadian kelam itu, menikahlah denganku!” Willy meraih tangan Vaulin dan mengggenggamnya.Vaulin meringis, tapi menahan diri untuk tak menepis tangan kekar itu sebab ia belum mendengarkan pengakuan Willy yang sepenuhnya.“Kapan kamu melakukan hal itu, Mas, dan di mana? Terus ... kenapa aku sampai tak tahu? Apa Fatihah anak hasil suntikan atau bagaimana? Maklum ... kalian itu para dokter kandungan yang cerdas, aku yang awam ini sulit memahaminya,” ujar Vaulin lagi.“Sebelumnya ... aku
Hamil di Malam PertamaBab 44 : Terdampar“Mak, tolongin ... suamiku mau kabur ini!” teriak Neha dengan tetap memeluk Zaki dari belakang.“Astaghfirullahal’adzim, jangan seperti ini! Lepaskan saya!” Zaki berusaha melepaskan diri dari gadis yang tak tampak seperti orang waras itu, karena penampilannya berantakan dengan rambut acak-acakan.“Neha, ada apa?” Sang Mamak datang bersama Bapaknya. “Eh, calon suamimu udah sadar?” sambung wanita paruh baya itu sambil tersenyum dan membenarkan kain di pinggangnya.“Mak, bukan calon lagi tapi udah jadi suami, ‘kan kami udah nikah semalam .... “ ujar Neha dengan mengedipkan sebelah mata kepada Sang Mamak.
Hamil di Malam PertamaBab 45 : Kantor Polisi“Pak, ikan-ikan asin ini akan dijual atau untuk konsumsi sendiri?” tanya Zaki tiba-tiba.“Untuk dijual, Nak, dan inilah mata pencarian kami di Pulau ini,” jawab Pak Kadir lagi.“Dijual ke mana dan siapa yang akan membelinya?” Zaki masih berusaha mengumpulkan informasi.“Setiap awal bulan akan datang Kapal tengkulak ke sini untuk membeli ikan-ikan asin ini, lalu kami juga akan menukarnya dengan beras, perlengkapan dapur, pakaian juga barang lainnya yang mereka jual. Begitulah kehidupan kami di sini, kami tak pernah keluar dari pulau, warga luar Pulau yang akan ke sini,” jelas Kadir.“Kapan kapal itu akan