Istri yang Kau Selingkuhi Ternyata Anak Pewaris

Istri yang Kau Selingkuhi Ternyata Anak Pewaris

last updateLast Updated : 2024-03-17
By:  Tifa NurfaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
9.4
14 ratings. 14 reviews
230Chapters
319.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Mas! Ini apa?" tanyaku seraya menyentuh sebuah titik merah leher Mas Adrian. Ah bukan titik ini lebih panjang kemerahan. "Ah, oh ini? Ekhem ini mungkin gigitan nyamuk," sebait senyum muncul di bibirnya. "Gigitan nyamuk? Kurasa gigitan nyamuk bukan seperti ini Mas. Ini seperti ...." "Nisa! Sudahlah. Mas capek, mau istirahat ya! Kamu jangan mikir yang aneh-aneh." Aku terkejut. Jelas itu bukan gigitan nyamuk. Itu seperti bekas cupang. Padahal kami tidak melakukan hubungan suami istri selama hampir seminggu ini. Lalu bekas cupang itu milik siapa? * Anisa harus menelan pil pahit saat tau ternyata suaminya berselingkuh dengan sepupunya sendiri. Belum kering luka sakit hatinya, Anisa di buat bingung karena Tante Ranti seperti menyembunyikan sesuatu darinya. Setelah kematian ibunya, ia seperti terbuang jauh dari keluarganya, bahkan sejak bayi ia tak mengenal satu pun keluarga dari ayahnya. Bagaimana caranya Anisa menghadapi kenyataan pahit saat tau suaminya telah bermain api di belakangnya? Akankah, Anisa bisa tegar menghadapi permasalahan hidupnya dan berhasil menemukan jalan tentang asal-usul dirinya? Yuk baca kisah selengkapnya hanya di Good Novel.

View More

Chapter 1

Bab 1. Bekas Cupang di Leher suamiku

"Hari ini lembur lagi Mas?" tanyaku pada Mas Adrian yang tengah bersiap pagi ini hendak berangkat kerja.

"Iya Sayang, Mas pergi dulu ya, malam kalau kamu ngantuk, tidur aja nggak usah nunggu Mas pulang, kan Mas bawa kunci." Mas Adrian mengecup lembut pucuk kepalaku, dan beranjak hendak keluar rumah.

"Tak bisakah kamu izin untuk tidak lembur hari ini Mas, aku juga butuh waktu kamu Mas! Sabtu Minggu kemarin juga kan Mas lembur," sungutku.

"Nisa! Harusnya kamu itu bersyukur aku masih bisa kerja bahkan bisa ambil lembur untuk memenuhi kebutuhan kita, kamu lihat orang-orang di luar sana yang masih kebingungan mencari pekerjaan kesana kemari!"

"Tapi Mas–"

"Sudahlah Anisa! Kamu jangan manja! Toh juga aku perginya untuk kerja, bukan untuk keluyuran yang nggak jelas. Harusnya kamu semangatin suamimu ini sebelum keluar rumah menjemput rezeki, bukan malah sebaliknya," ucap Mas Adrian sedikit kesal.

"Hm, iya Mas. Maaf pagi-pagi sudah membuatmu kesal."

"Ya sudah, Mas berangkat dulu! Kamu baik-baik di rumah." Aku meraih punggung tangannya, sebelum Mas Adrian keluar rumah.

"Hati-hati Mas!"

"Udah di kasih enak di rumah tak perlu ikut kerja, masih juga maunya ini itu." Masih kudengar jelas Mas Adrian menggerutu sambil berlalu.

Aku hanya bisa menghela napas berat. Bukan maksudku seperti itu, aku hanya rindu kebersamaan bersama suamiku. Karena Mas Adrian selalu pulang malam, sampai di rumah jam sembilan kadang jam sepuluh malam, tak jarang aku ketiduran saat menungguinya pulang.

Weekend pun sama ia mengambil lembur  dan pulang sore hari, dan sepulang bekerja pun di rumah hanya sibuk dengan ponselnya.

Ada kesedihan dalam hati ini, beberapa bulan terakhir ini Mas Adrian hampir setiap hari bekerja lembur, tapi uang bulanan yang ia berikan untukku tak berubah, tak lebih dari dua juta rupiah yang ia berikan padaku untuk membayar biaya sewa rumah ini, listrik, air dan kebutuhan dapur. 

Mas Adrian selalu bilang sebagian uangnya sudah ia transfer untuk ibunya dan biaya kuliah Dania adiknya, karena kini Dania sudah menginjak semester akhir dan ia butuh banyak biaya untuk kuliahnya. Aku tak masalah selama itu masih hal yang wajar. Wajar seorang kakak membantu membiayai pendidikan adiknya. Wajar seorang anak membantu perekonomian ibunya terlebih anak laki-laki.

Aku Anisa Andara Putri, hidup seatap dengan suamiku tapi aku merindukannya, rindu akan waktu untuk bersama seperti dulu. Apa aku egois? Atau aku berlebihan? Padahal suamiku capek-capek bekerja bahkan dengan mengambil lembur demi untuk mendapatkan uang lebih.

Aku menatap sendu kepergian Mas Adrian. 

Dering ponsel panggilan masuk seolah menarikku dari lamunan. Tertera nama Dania di layar pipihku.

"Hallo Assalamualaikum Mbak Nisa!"

"Wa'alaikumusalam, Nia."

"Ehm ini Mbak, maaf aku mau nanya ke Mbak Nisa kenapa Mas Adrian sampai tanggal segini belum transfer ke Ibu ya Mbak? Dari kemarin ibu nanyain, mau nanya ke Mas Adrian tapi HP nya nggak bisa di hubungi terus, jadi terpaksa aku nanya ke Mbak Nisa."

Degh!

Belum transfer ke Ibu. Bukankah ini sudah pertengahan bulan, biasanya Mas Adrian langsung mentransfer sebagian gajinya pas tanggal gajian akhir bulan.

"Oh emang belum di transfer ya Ni! Nanti Mbak tanyain ya kalau Mas Adrian pulang kerja, Apa mungkin Dia lupa, nanti Mbak tanyain ya!" jawabku berusaha setenang mungkin.

Pasalnya akhir bulan kemarin jelas-jelas saat Mas Adrian memberiku uang bulanan, dia bilang sebagian uangnya sudah di transfer ke rekening ibunya.

"Iya Mbak, makasih ya Mbak. Maaf selalu merepotkan Mas Adrian dan Mbak Nisa."

"Nggak apa-apa Nia. Kamu rajin-rajin ya kuliahnya, biar lulus nanti jadi orang sukses," ucapku tulus.

"Iya Mbak. Ya udah ya, Dania mau siap-siap ke kampus, Assalamualaikum."

Panggilan berakhir. Menyisakan tanya di dalam dada, kemana sebenarnya sebagian uang gajinya Mas Adrian kalau tidak di kirimkan untuk Ibu. Padahal Mas Adrian lembur setiap hari, pasti gajinya juga bukan lagi gaji UMR yang diterima, tapi lebih dari itu.

Apa Mas Adrian punya hutang? 

Ah sepertinya tidak, Mas Adrian selalu bilang padaku jika ada sangkutan hutang dengan orang lain.

Biarlah nanti aku aku cari tau, sekarang aku harus bersiap untuk ke rumah Bu Salma.

Seperti biasa setelah pekerjaan rumah selesai, jam sembilan pagi aku pergi ke rumah Bu Salma untuk membantunya membuat kue. Ya, itu sambilan yang bisa aku kerjakan.

Upah dari Bu Salma bisa kusisihkan untuk dana darurat. Karena uang bulanan dari Mas Adrian bisa dibilang sangat pas-pasan bahkan terkadang kurang jika tiba-tiba ada kebutuhan mendesak.

*

"Sudah pulang Mas?" tanyaku pada Mas Adrian yang baru saja masuk rumah. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam.

"Iya. Kamu belum tidur?"

"Aku nunggu kamu Mas. Kita makan yuk, aku sudah masakin makanan kesukaan kamu," ajakku.

"Mas sudah makan. Mas mau langsung tidur. Capek," jawabnya sambil berlalu ke kamar. 

Tapi tunggu! Ada yang berbeda saat aku tatap wajah Mas Adrian. Terlihat segar.

Aku yang mengekor dibelakangnya mencium aroma segar dari tubuh suamiku.

"Mas tunggu! Mas sudah mandi? Rambutmu juga basah," Aku menatap lekat ke arahnya.

"Oh, ehm ini. Iya tadi setelah selesai bekerja Mas merasa gerah, jadi mandi sekalian di sana." Mas Adrian menjawab tanpa menatapku. Sedikit gugup, itu yang aku tangkap dari gelagatnya.

"Haruskah kamu juga keramas di kamar mandi pabrik Mas?" tanyaku penuh selidik. Wangi sampo juga tercium di rambut basahnya.

Aku juga pernah bekerja di pabrik produksi, jarang sekali ada karyawan yang sampai mandi di sana. Selain waktu istirahat yang singkat juga di rasa ribet mandi di sana tanpa adanya sabun, handuk, dan lainya.

"Iya. Tadi di line kipas anginnya mati jadi panas banget makanya mandi sekalian pas pekerjaan selesai sambil nunggu bel pulang." Kali ini Mas Adrian menjawab dengan santai disertai dengan senyum.

Aku masih bergeming, rasanya aneh aja. Atau mungkin di pabrik tempatnya bekerja memang berbeda dengan pabrik tempatku bekerja dulu.

Aku menatapnya lekat. Netra ini melihat seperti bekas kissmark di leher sebelah kanan.

"Heh Kenapa? Kamu nggak percaya sama suamimu? Sudahlah Nisa! Mas pulang kerja itu capek masih juga kamu berpikir yang tidak-tidak!" sentak Mas Adrian yang melihatku masih terdiam, seolah tahu isi pikiranku yang tak mempercayainya.

"Mas! Ini apa?" tanyaku seraya menyentuh sebuah titik merah. Ah bukan titik ini lebih panjang kemerahan.

"Ah, oh ini? Ekhem ini mungkin gigitan nyamuk," sebait senyum muncul dibibirnya.

"Gigitan nyamuk? Kurasa gigitan nyamuk bukan seperti ini Mas. Ini seperti ...."

"Nisa! Sudahlah. Mas capek, mau istirahat ya! Kamu jangan mikir yang aneh-aneh." Mas Adrian menepis kasar tanganku yang hendak menyentuh lehernya.

Aku terkejut.

Jelas itu bukan gigitan nyamuk. Itu seperti bekas cupang. Padahal kami tidak melakukan hubungan suami istri selama hampir seminggu ini. Lalu bekas cupang itu milik siapa?

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Su Lastri
bagus menarik ceritanya
2025-01-04 01:59:02
1
user avatar
Elly Noerdin
bagus ceritanya
2024-12-28 16:26:29
1
user avatar
Astrilia Darus
seru ceritanya
2024-10-29 08:11:33
1
user avatar
Bunda Cantika
luar biasa' ceritanya
2024-06-21 14:30:38
1
user avatar
Dian N
nice and good
2024-04-15 15:08:29
3
user avatar
H n H
mulai baca ceritanya y... 06/04/24
2024-04-06 15:53:37
1
user avatar
Sasih Hasani
bagus ceritanya
2024-02-13 21:46:32
1
default avatar
Putri Chiyumi
Nover yg bagus..
2024-01-26 14:01:44
1
user avatar
Yanti Yulianti Efendi
Yaaah TAMAT...tapi keren mba cerita seru bikin...bikin saya senyum² sndiri ads cerita² lucu nya ......sukses trus ya buat mba tifa
2023-12-31 15:33:48
2
user avatar
Yuli Harni
good story
2023-11-19 11:03:32
1
user avatar
Siti Karlia
cerita bagus
2023-10-22 17:43:41
2
user avatar
Usman Istifaiyah
bagus ceritanya. semangat Anisa, jangan lemah
2023-09-15 10:10:21
2
user avatar
Nardi Matias Leo
cerita sangat menarik
2023-08-27 12:23:00
3
user avatar
Agus
bagus banget
2024-10-12 20:51:06
1
230 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status