Share

19. Devano dan Keseriusannya

"Hanna pulang!" seru Hanna riang kala memasuki rumahnya yang sepi seperti biasa.

Meskipun Hanna tahu tidak akan ada yang menyahut seruannya, tapi Hanna melakukannya seolah sudah terbiasa dengan hal itu. Hanna mengempaskan bokong ke atas sofa ruangan tengah, lalu ia merebahkan kepalanya ke kepala sofa.

Wajahnya terlihat sedikit semringah, itu disebabkan oleh percakapannya dengan si pentolan Bimantara yang berlangsung di hadapan semua rekan sekolah dari berbagai angkatan.

Ya, Hanna tidak sabar menantikan hari esok. Cowok resek bin tengil itu pasti akan menyerah sebelum berperang. Hanna yakin itu, karena menurutnya, menjadi sosok seorang pentolan yang tangguh dan bandelnya tiada tobat akan jauh lebih menyenangkan daripada apapun bagi seorang Devano Abraham. Te

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status