"Siapa kau? Kenapa sikapmu mirip dengannya?" tanya seorang lelaki dengan raut wajah datar. "Apa aku mengenalmu? Sepertinya tidak jadi aku tak perlu menjawab pertanyaan bodohmu itu" kata seorang perempuan dengan malas dan pergi meninggalkan pria tadi begitu saja. "Kau telah membuatku mengingatnya kembali dan kau akan menerima akibatnya" kata Arka dengan datar. "Coba saja kalau bisa" kata Keyra dengan nada suara tenang.
View MoreSudah hampir satu tahun setelah kejadian itu dan sudah selama itu pula Keyra sudah mulai bisa melupakan kejadian yang menimpanya beberapa tahun yang lalu. Dia hanya menganggap itu bunga tidur dan tak akan membicarakannya kepada siapa pun. Serta berharap tak bertemu dengan mereka semua.
Hingga ada kabar gembira datang kepadanya. Yaitu beasiswa yang selama ini dia tunggu datang juga. Dia di terima di Universitas ternama yang ada di Jakarta. Dengan perasaan senang Keyra memberi tahu kepada ibu Asri dan Dimas.
"Ibu!" panggil Keyra dengan raut wajah bahagia.
"Ada apa Keyra?" tanya seorang wanita paruh baya dengan nada heran.
"Ibu tahu tidak-" kata Keyra yang terpotong oleh perkataan seseorang.
"Tidak" kata Dimas dengan santai dari arah belakang Keyra.
"Diem dulu bang!" kata Keyra dengan nada kesal.
"Ya udah lanjutin" kata Dimas dengan nada tenang.
"Ck!" decak kesal Keyra sambil menatap malas ke arah Dimas.
"Jangan hiraukan dia. Ada apa? Apa yang ingin kamu katakan?" tanya ibu Asri dengan raut wajah penasaran.
"Anak ibu sebenarnya siapa?" kata Dimas dengan nada kesal karena di abaikan oleh ibunya sendiri.
"Diam kamu Dimas" kata ibu Asri dengan nada kesal.
"Keyra diterima beasiswa di Jakarta bu!" kata Keyra dengan nada suara bahagia.
"Beasiswa? Di Jakarta?" tanya bu Asri yang masih memikirkan kata-kata Keyra barusan.
"Yakin kalau itu buat lu Key? Siapa tahu salah kirim" kata Dimas dengan nada bercanda.
"Itu gak salah kirim bang" kata Keyra sambil menepuk pundak Dimas dengan kesal.
"Sakit" kata Dimas sambil mengusap pundaknya.
"Anak ibu di terima?! Anak ibu kuliah! Ibu mau umumin ke tetangga. Kalau anak yang mereka pandang rendah lebih hebat dari anak-anak mereka" kata Asri dengan nada semangat dan bahagia saat sudah paham akan kata-kata Keyra barusan.
Setelah mengatakan itu bu Asri sudah keluar dari rumah dengan semangat membara.
"Ibu!" panggil Keyra dengan nada suara cukup keras.
"Udah biarin aja. Baru kali ini abang lihat ibu sebahagia itu. Walau pun bukan abang alasannya tapi tetep aja abang seneng lihat ekspresi ibu yang kayak gitu" kata Dimas dengan senyum manisnya.
"Makanya belajar atau gak cari jodoh" kata Keyra dengan nada suara bercanda.
"Buat apa di cari? Nanti juga dateng sendiri" kata Dimas dengan tenang.
"Si ibu nanti encoknya kumat gak ya bang?" kata Keyra dengan nada suara bertanya.
"Kalau kumat ya Alhamdulillah" kata Dimas dengan tenang.
"Kok Alhamdulillah?" tanya Keyra dengan nada suara heran.
"Biar ibu cepet pulang dan gak ada perang antar emak-emak" kata Dimas dengan tawa renyah.
"Gue bilangin ibu loh" kata Keyra dengan nada suara mengancam.
"Kalau lu pergi ke Jakarta nasib gue gimana?" kata Dimas dengan raut wajah lesu.
"Ya terima nasib" kata Keyra dengan tawa bahagia.
"Nasib gue yang malang, harus dengerin ceramah ibu sendirian" kata Dimas dengan raut wajah lesu.
"Kasiha abangku ini, haha" kata Keyra di akhir kalimatnya.
"Kapan lu ke Jakarta?” tanya Dimas sambil menatap keyra heran.
"Satu minggu lagi kalau gak salah" kata Keyra sambil membalas tatapan dari Dimas.
"Sebentar lagi kalau gitu" kata Dimas dengan lesu.
"Ulu-ulu, kasihannya abangku ini" kata Keyra sambil menggoda abangnya dengan konyol.
“Dahlah, sana siapin keperluan lu. Jangan ganggu gue, gue butuh waktu untuk merenungkah nasib yang akan datang” kata Dimas dan berjalan ke arah kamarnya.
Keyra hanya menatap punggung Dimas dalam diam. Ada senyum yang manis di bibirnya saat mengamati gerak-gerik Dimas.
“Tiba-tiba gue kok kangen sama Satria ya?” kata Keyra dengan lirih sambil mengalihkan pandangannya dari Dimas.
“Gimana kabarnya sekarang? Kalau gak salah seharusnya dia juga udah mulai kuliah saat ini” kata Keyra sambil menatap keluar rumah. Keyra menggelengkan kepalannya untuk menjauhkan pemikiran tentang Satria dari kepalanya. Setelah merasa sedikit tenang Keyra mulai berjalan ke arah kamarnya berada.
Beberapa hari setelah hari di mana Keyra pergi ke makan Arka. Belakangan hari ini kondisinya mulai membaik walau perlahan. Tapi itu semua sudah membuat keluarganya bahagia, Bima juga sering menjenguk Keyra walau di sela-sela kesibukannya dengan perusahaan. Saat ini Keyra sedang sendirian di dalam ruang inapnya. Tadi ada Satria bersama Rangga tapi mereka izin pulang saat Satria menerima telepon. Dengan senyum manis Keyra menyuruh mereka pulang. Mereka punya kesibukan masing-masing dan Keyra tak bisa menahan mereka di sini, Keyra tahu itu. Keyra berbaring di atas berangka dengan mata yang mencoba memejamkan matanya. Di saat dia ingin berselancar ke alak mimpinya saat itu pula suara pintu terbuka membuatnya kembali ke dunia nyata. “Lu tidur kak?” tanya orang itu sambil menatap ke sosok Keyra yang menutup matanya. “Enggak gue cuma tutup mata” ucap Keyra berbohong dan dengan pelan dia membuka matanya. “Gue kira kehadiran gue nganggu elu kak” ucapny
Ami hanya diam membisu, bingung ingin membalas seperti apa. Dia merasa kasihan kepada sosok Keyra di depannya.“Mi gue mau ke Arka” ucap Keyra dengan raut wajah tak berdaya.“Gue-“ ucap Ami terpotong oleh suara pintu terbuka.“Mau ke Arka? Mau gue anter?” tanya seseorang yang berada di abang pintu.“Boleh?” tanya Keyra dengan senyum bahagia.“Hm” balasnya dengan senyum kecil. Hatinya terasa teriris melihat kondisi Keyra saat ini.“Tapi Kak” ucap Ami dengan raut wajah tak terima.“Keyra jadi tanggung jawab gue. Kalian pernah mikir gak? Kalau sikap kalian kayak gini bukannya buat Keyra sembuh malah buat Keyra tambah sakit. Lu gak lihat kondisi Keyra yang semakin buruk dari waktu ke waktu?” kata Dika dengan raut wajah datar.“Oke, tapi gue ikut” ujar Ami dengan raut wajah datar.“Hm” balas Dika dan berjalan ke arah Ke
Sudah hampir dua minggu Keyra di rawat dan sudah beberapa kali dia menanyakan keadaan Arka dan kondisinya. Kebanyakan orang langsung bungkam dan memasang raut wajah yang cukup mencurigakan.Dia mencoba menepis semua prasangka-prasangka buruk yang mungkin terjadi kepada Arka. Keyra selalu menanamkan kalimat ‘Dia pasti baik dan sedang dalam masa pemulihan’ dalam benaknya saat mengingat sosok Arka.Saat ini Keyra sedang sendirian, dia berniat jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Tapi langkahnya terhenti saat dia mendengar suara seseorang yang dia kenal.“Gimana sekarang?”“Kita jujur aja, kasihan gue lihatnya”“Tapi gimana kalau kondisi Keyra memburuk setelah denger keadaan Arka sekarang?”“Itu udah konsekuensinya, kalau kita nutupin ini lebih lama. Gue gak yakin kalau Keyra bakal sehat-sehat aja. Lu lihat sendiri ‘kan? Gimana dia tiap harinya? Setiap hari dia ngelamun mikirin Arka&rdqu
Sudah 4 hari setelah hari pemakaman Arka dan kondisi Keyra semakin hari semakin baik. Bahkan ada saatnya Keyra merespons jika ada seseorang mengajaknya berbicara terutama Mama dan abangnya.Hari ini cuaca cukup mendung, membuat seorang yang tidur di sofa semakin nyaman melanjutkan tidurnya. Bima masih terlelap di atas sofa dengan nyamannya.Di atas berangka ada sosok yang cantik sedang terlelap dengan tenang. Mata yang tadinya tertutup mulai terbuka dan berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya.Beberapa kali Keyra mengerjapkan matanya dan penciuman pertamanya menangkap bau obat-obatan.Dengan perlahan Keyra menatap ke sekelilingnya dan mendapati sosok Bima yang sedang tertidur di atas sofa. Beberapa saat dia menatap sosok Bima hingga tangannya memegang tenggorokan karena merasa kering.Dengan perlahan Keyra mengambil gelas di sampingnya dan menghabiskannya tanpa sisa.Setelah minum Keyra menerawang kejadian yang menimpanya b
“Arka!!” teriak sang istri menyebut nama anak pertamanya, anak laki-lakinya dan penerus perusahaannya.Di tempat yang tak jauh dari mereka terlihat keluarga Keyra yang berdiri mematung dan menatap ke arah berangka tadi dengan sorot mata kosong. Pikiran mereka tiba-tiba ngeblang seperti tanah yang tandus.“Mas” panggil Mama Keyra sambil menatap ke arah jasad Arka dengan tubuh sedikit bergetar.“Tenang sayang” ucap sang suami sambil membawa sosok istrinya ke dalam dekapannya.“Dia meninggal Mas” ucap sang istri dengan nada suara bergetar.Sang suami hanya diam sambil mengusap lembut sosok istrinya yang rapuh.“Bima, kamu jaga adikmu di dalam” ucap Papanya dengan nada suara tak terbantah.“Baik Pah” balas Bima dan mulai berjalan ke dalam ruang inap adiknya.Saat dia berada di pintu dapat dia lihat sosok rapuh adiknya berada di atas berangka. Dengan perla
Di kantin rumah sakit.“Pah, perasaan Mama gak enak” ucap Mama Arka dengan raut wajah khawatir.“Kenapa Mah?” tanya sang suami dengan raut wajah cemas saat melihat sang istri memegang dadanya dengan raut wajah khawatir.“Mama keinget Arka Pah” ucap sang istri sambil menatap ke arah suaminya dengan raut wajah khawatir dan tanpa sadar air matanya mulai menetes.“Loh? Kok nangis?” tanya sang suami dengan raut wajah cemas.“Mama mau ke Arka Pah” ucap Mama Arka dan mulai bangkit dari duduknya berlari keluar dari kantin.“Mama” panggil Papa Arka sambil menatap sosok istrinya dan tak lama dia mulai bangkit mengejar langkah kaki sang istri.“Ayo Mah” ucap Papa Keyra sambil memegang tangan istrinya. Dengan perlahan dia menuntun tubuh ringkih sang istri. Semenjak kecelakaan Mama Keyra kondisinya semakin menurun jika ingat kondisi putrinya saat ini.Mama A
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments