Malam telah menjelma menjadi pagi. Karina telah beristirahat seharian kemarin di hari minggunya. Azka pun bisa bermain dengan Karina meski tidak sepanjang waktu, di hari minggu kemarin.Jonathan bisa melihat potret Karina yang bahagia bermain dengan Azka di hari minggu itu. Ia menyuruh Kenneth untuk mengunjungi Karina dan mengambil foto mereka diam-diam. Masih dalam perjalanan ke kantornya, Jonathan melihat foto tersebut sambil senyum-senyum sendiri. Ia menganggap, pasti akan bahagia kalau bisa berkumpul bersama Karina juga Azka. “Pak!!“Apa!” sahut Jonathan pada Kenneth. “Maaf, saya cuma mau tanya. Apa Nona Laura sudah berhenti mengganggu pak Jo?”Jonathan menatap ke arah kaca spion Kenneth. “Bukan Laura yang ganggu saya sekarang. Tapi, mama! Seharian kemarin, mama hubungi saya terus biar deketin Laura lagi.”“Oh!” Kenneth mengangguk.“Kira-kira gimana caranya ya, biar saya bisa bebas dari mereka. Apa saya harus kabur. Ajak Karina dan Azka sekalian.”Kenneth menarik nafas panjang
Jonathan menyuruh satpam membawa pria bajingan itu. Sempat menanyai, apa pria itu disuruh oleh seseorang. Bagaimana bisa staff Internusa melakukan tindakan bejat yang sangat tidak manusiawi. Yang paling tak disangka oleh Jonathan, mengapa juga harus Karina yang dapat perlakuan buruk itu. "Maafkan saya pak Jo, saya khilaf. Saya diimingi banyak uang sama Bu Laura!" “Apa! Laura!”Jonathan sudah duga kalau Laura ada di balik peristiwa ini. Pasti perempuan keji itu ingin menyingkirkan Karina."Bawa dia ke kantor polisi," ucap Jonathan memberi perintah pada satpam yang sudah ada di sampingnya."Pak maafin saya!" Jonathan tidak peduli permintaan konyol karyawan yang sudah berlaku buruk pada Karina. Ia sekarang berjalan mendekat pada istrinya yang masih ketakutan."Karin!" panggil Jonathan. Dia mulai menunduk meneliti istrinya. Ternyata, ada bagian bajunya yang robek.Jonathan melepaskan kemejanya, menyisakan kaos hitam yang melekat ketat. Lantas mengenakan kemeja itu pada Karina. Tanpa b
“Sampai saya lihat kamu betulan pulang!” “Apa!” Karina tertegun. Ia bahkan tampak melongo dengan mata memandang tanpa kedip. “Maksudnya pak jo mau ngikutin saya sampai rumah?”Jonathan menggeleng. “Terus?”“Kamu harus ke tempat parkir motor kamu, memakai helm dengan baik, dan pulang ke rumah. Jangan balik lagi ke pabrik dengan alasan apapun.”“Kalau cuma mau memastikan saya pulang satu enggak. Sampai sini aja udah cukup. Enggak perlu sampai parkiran. Jadi, lebih baik Pak Jo ikutin saya sampai sini aja! Dan jangan bikin saya makin susah!”“Susah!” Jonathan memiringkan wajah, kata terakhir yang dikatakan Karina tidak bisa dipahami. “Saya kan udah nolongin kamu!”“Iya kalau itu terimakasih! Saya pamit pulang.” Karina membalikkan badan dan akan melangkah pergi ke arah area parkir.“Karin tunggu!” Karina menghela nafas panjang. Ia terpaksa memutar lagi arah langkah kakinya. “Besok atau sampai kapanpun, kalau kamu butuh waktu untuk masa pemulihan. Kamu boleh kok ambil cuti, tinggal telp
Arga sedang melihat sebuah transaksi di sebuah warung pinggiran. Itu dia orang yang dicurigai menyelundupkan bahan milik Internusa. “Ternyata dia cuma orang kampung, jelek, mana item lagi. Kenapa dia berani banget nyelewengin bahannya Internusa,” gumam Arga. Pria tersebut sedang duduk santai, menjadi salah satu pelanggan warung kopi. Juga sedang menikmati puntung berasapnya. Kali ini, ia menyamar dengan penuh totalitas. Lagipula kepulan asap ini juga bentuk kekecewaannya pada Karina. Ia tidak menyangka akan kalah dengan Jonathan untuk urusan cinta, bahkan dengan perempuan kampung sekalipun. Lelah sudah pasti, berdebat dalam hati menyalahkan takdir juga. Ah andai Karina tahu betapa tulus cintanya.‘Jo mana lagi, kenapa dia lama sekali. Apa dia akan bawa polisi juga!’ pikir Arga. Ia melihat pria yang dicurigainya sudah akan pergi. Arga putuskan untuk mengikuti, ia merasa masalah ini harus cepat selesai. Lagipula bisa saja dalam penguntitan ini, ia bisa dapatkan bukti baru. Selain la
“Karina! Ada yang ketemu sama kamu!” Bu Riska memanggil Karina yang sudah memulai pekerjaannya sejak tadi di ruang proses.“Saya?”“Iya!”“Dimana Bu?”“Di ruangan meetingnya Pak Jo.”Karina merasa ruangan itu tidak biasa dikunjungi orang sepertinya. Ia pun sejenak diam dan malah termenung.“Kok malah ngelamun. Cepetan kesana, mungkin ada hal yang penting!” Bu Riska mengingatkan.“I-iya Bu! Saya akan segera kesana!”Karina pun segera melangkahkan kaki keluar ruang proses, melepas atribut proses yang serba dijaga kehigienisannya.”Mungkin Jo, pasti dia mau menjelaskan sesuatu karena hal kemarin.” Karina coba menebak.Sementara itu, Jonathan memang kesiangan untuk berangkat ke Internusa. Dia harus sedikit begadang tadi malam, karena perkara Laura dan penyelundupan bahan yang akhirnya akan diselidiki oleh orang-orang yang semestinya bisa dipercaya dan setia pastinya. Saat mobilnya sampai di Internusa, dan terparkir tepat di samping mobil milik mamanya. Ia merasa sangat terkejut.“Ini mob
Hati itu berusaha tertutup, dan mungkin masih ingin tertutup.Karina berteguh pada hatinya menolak kehadiran Jonathan. Ia segera mengalihkan pandangan agar tak satu garis dengan netra Jonathan yang ingin membaca hatinya.“Nggak bisa Jo, Nyonya Kirana dan Tuan Kayren sangat tega sama aku. Mereka bahkan nggak ada sedikitpun rasa sayang buat Azka. Lalu kamu minta kita bisa seperti dulu. Tentu jawabannya, aku nggak mau dan nggak akan pernah mau,” ucap Karina tegas dan pasti. Ia lepas tangan Jonathan yang masih tertahan di kedua kakinya. “Terus, apa kamu akan terus sendiri buat membesarkan Azka?”“Ya, karena sendiri lebih baik. Kecuali kalau memang ada pria yang sangat tepat untuk menggantikan posisi kamu, di hatiku dan di hatinya Azka.”“Aku nggak akan biarkan itu. Apalagi Arga yang menggantikannya.”“Terus kamu mau tetap memaksa buat kita bisa bersatu, Jo! Nyonya Kiran bahkan melempar uang ke mukaku agar aku menjauh dari kamu. Sedangkan tuan Kayren, dia bahkan ingin menghabisiku saat k
Arga yang emosi berjalan tegap dengan langkah cepat. Beberapa karyawan melihatnya dengan bingung dan takut. Wajah Arga terlihat garang saat itu.“Jo, sebenarnya apa sih yang sedang kamu lakukan. Apa susahnya mengangkat telepon. Aku kan nggak nyuruh angkat berat. Dasar pria aneh!” Arga mendorong pintu ruang kerja Jonathan dengan sangat keras karena kesal.Spontan Jonathan juga terkejut. Ia menatap ke arah pintu.“Selalu saja masuk ruangan orang lain tanpa mengetuk pintu dulu!” ucap Jonathan.“Mengetuk pun kamu nggak akan izinkan aku masuk Jo! Udah sekarang ikut aku. Ada hal yang penting!”Jonathan dengan wajah datarnya sontak menolak.“Nggak mau, lagian mau ikut kemana sih!”“Ya ampun Joooo! Masih sempat nanya saat ada hal yang sangat genting dan penting!” Arga menatap kesal, dan saat itu ia juga melihat ponsel milik Jonathan tergeletak di atas meja. “Aku kira ponselmu hilang, kenapa susah sekali dihubungi?” tanya Arga.“Iya, tadi aku ke kamar mandi!”“Alasan! Sekarang ikut aku sekara
Karina ingin mencari cara untuk mengalihkan topik pembicaraan. Ia melempar pandang ke segala penjuru. Sayangnya otaknya masih buntu.‘Ah disaat seperti ini, kenapa aku malah panggil dia Jo sih!’ keluh Karina dalam hati. Ia kemudian menatap Arga yang masih memandang ke arahnya. “Pak Arga mungkin sedang kebingungan, makanya tadi jadi salah dengar,” jelas Karina membujuk Arga. “Masak sih?”Karina mengangguk.“Gimana kalau pak Arga, bantuin pak Jo sekarang! Kayaknya pakjo lagi butuh bantuan.”“Ah iya, aku baru ingat tentang Sandi!” bergegas Arga membantu Jonathan. Ia berjalan mendekati Jo secepatnya. Termasuk Karina juga. Ia pun ingin mengetahui keadaan Jonathan.Jonathan terlihat sudah hampir berhasil, namun Sandi benar-benar melakukan perlawanan sengit.Dua security Internusa dilukai oleh pisaunya. Arga lekas mendorong Sandi dengan kakinya. Hingga Sandi harus terjungkal.“Ah, kamu bener-bener bikin onar!” Jonathan mendekat dan tanpa peduli rasa sakit di lengannya. Ia pun menyingkirkan