Share

Bab 3

Author: Sorami
Reaksi malu tubuhku makin kuat dan cairan hangat mengalir keluar, kedua kakiku tanpa sadar merapat dan hampir menjepit kepala kelaminnya yang berbulu.

Astaga! Jika ada orang lain melihatku seperti ini, pasti aku akan malu setengah mati!

"Kumohon, cepat bantu aku keluar!" Wajahku merah padam dan suaraku lirih seperti bisikan nyamuk.

Pria itu menjawab, "Nggak masalah, tapi kamu terjepit begitu rapat. Kalau aku paksa menarikmu keluar, bisa melukai kulitmu."

Dia mencoba menarik bagian pinggang dan bokongku ke atas, tapi sama sekali tidak berhasil. Malah terasa perih dan panas.

"Ja... jangan seperti itu."

Aku merasa malu sekaligus panik. Pria ini jelas bukan pria lemah, tenaganya begitu besar. Saat menarikku, dia hampir saja membuatku terbelah menjadi dua.

"Maaf, aku akan lebih pelan sekarang, aku akan coba pelan-pelan..."

Apa maksudnya pelan-pelan? Aku menyadari ada makna tersembunyi dari ucapannya, jantungku langsung bergetar hebat.

Bokongku terasa menempel makin erat padanya, seolah-olah direkatkan dengan lem.

Tidak peduli seberapa keras bergerak, aku tetap tidak bisa melepaskan diri. Pria itu menempel rapat di belakangku seperti bayangan.

Tangannya perlahan meraba tubuhku dan tanpa kusadari sudah menyusup lewat kerah bajuku, lalu menggenggam payudaraku dan mencubit-cubit hingga terasa geli.

"Jangan... jangan seperti itu..."

"Payudaramu terlalu besar, makanya terjepit di sela-sela. Kamu harus rileks, ikuti arahanku, baru bisa keluar!"

Hah? Benarkah?

Sejujurnya, aku belum pernah tidur dengan pria selain pacarku. Suhu tubuh dan aroma tubuhnya seolah-olah membalutku sepenuhnya. Ditambah dengan posisi kami yang begitu intim, rasanya seperti sedang bercinta.

Tubuhku makin panas. Sekarang, aku tidak lagi khawatir terjepit dan malah hanyut dalam surga kenikmatan.

Setiap sel di tubuhku berteriak liar, menginginkan lebih dan ingin dipuaskan sepenuhnya.

Apa yang dimaksud pria itu dengan arahan ternyata adalah meremas perlahan hingga tubuhku bereaksi. Tubuhku yang sudah terangsang tidak mampu memberikan perlawanan sedikit pun.

Suara penuh nafsu kembali terdengar. "Cantik, kamu ingin ditiduri, ya? Aku tadi lihat kamu dengan pacarmu sedang melakukannya, dia sama sekali bukan lelaki sejati!"

Tubuhku gemetar secara naluriah, pinggang dan bokong bergoyang. Badanku yang basah oleh keringat menjadi lebih sensitif dari biasanya, dan jantung berdebar kencang seperti hampir keluar dari dada.

Apa maksud perkataannya?

Sebelum sempat bertanya, dia langsung membuktikan niatnya dengan tindakan.

Jarinya dengan lancang membuka kancing bajuku satu per satu. Namun, itu belum cukup...

Tubuh yang kuat bagaikan banteng itu tiba-tiba mengerahkan tenaga, terdengar suara robekan, dan rok tipisku tidak mampu menahan tarikannya.

"Nggak, jangan seperti ini!" Masih tersisa sedikit kesadaran dalam diriku. Satu-satunya bagian tubuh yang masih bisa bergerak adalah pinggul dan bokongku.

Seluruh tubuhku kaku. Aku merapatkan kedua kaki dengan erat, lalu dengan sekuat tenaga mendorong bokongku ke belakang untuk menjauhkannya.

"Kakak benar-benar nggak mau?"

Pria itu menggunakan ibu jarinya untuk mengaitkan tali celana dalamku, lalu secara perlahan menurunkannya sampai ke lutut dan menggulungnya.

Di sela-sela kursi bioskop, dia berniat melakukan hal tidak senonoh.

Saat ini tidak ada penonton lain di bioskop, jadi tidak ada yang bisa mendengar teriakanku.

Apakah aku benar-benar akan jatuh sepenuhnya hari ini?

Dia membuka bokongku, tubuhnya yang panas dan keras menekan dari belakang, lalu menggesek-gesekkannya dengan kasar. Kemudian, dia langsung mendorongnya dengan kuat...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hasrat dalam Gelapnya Bioskop   Bab 9

    Seminggu kemudian, aku pergi berbelanja bersama Rafael dan tanpa sengaja kembali bertemu dengan Ramon. Wajahnya pucat, rambutnya kusut, dan penampilannya sangat berantakan.Melihat itu, Rafael langsung merangkulku dan menciumku, seolah menyatakan bahwa aku adalah miliknya. Namun, entah kenapa, saat melihat tubuh Ramon yang gemetar, hatiku terasa sangat tidak nyaman.Wajah Ramon dipenuhi kemarahan dan keterkejutan."Rafael, beraninya-beraninya kamu menyentuh wanitaku! Kau benar-benar pantas mati!"Ramon menerjang maju dan berkelahi dengan Rafael, tapi tubuhnya sekarang sangat lemah, dia sama sekali bukan tandingan Rafael. Pertarungan itu sepenuhnya menjadi ajang pemukulan sepihak.Anehnya, meskipun dia sedang dihajar, aku tidak merasa puas. "Berhenti! Jangan berkelahi lagi!"Namun, perkelahian antara dua pria seperti itu, mana mungkin aku bisa melerainya?Beberapa menit kemudian, Rafael menginjak wajah Ramon, lalu menggosok-gosokkan sol sepatunya ke wajahnya. "Ramon, akhirnya kamu merasa

  • Hasrat dalam Gelapnya Bioskop   Bab 8

    Apakah aku masih perlu menahan diri? Masih bisakah aku menahannya?Pertanyaan dari lubuk hati yang paling dalam itu, kini telah sepenuhnya tenggelam dalam hasrat.Rafael memeluk dan menciumku. "Jangan bersama pria brengsek itu lagi. Bersamalah denganku. Aku bisa membuatmu bahagia seumur hidup!"Aku menggigit bibir bawahku dan berusaha keras menahan diri.Matanya sempat menyiratkan kekecewaan, tapi segera berubah menjadi pengertian.Hubunganku dengan Ramon butuh kejelasan. Ini adalah bentuk tanggung jawab atas hubungan yang sudah berlangsung bertahun-tahun.Soal video yang direkam diam-diam oleh satpam dan foto-foto itu, semuanya harus kutanyakan langsung secara tatap muka.Sore itu, aku langsung mengajukan cuti. Dengan membawa semua bukti itu, aku datang ke tempat kerja Ramon untuk menemuinya.Saat melihatku, dia tampak agak terkejut. "Anna, kenapa kamu datang ke sini?"Tanpa banyak bicara, aku langsung mengeluarkan foto saat dia bersama wanita lain masuk ke hotel. "Ramon, katakan deng

  • Hasrat dalam Gelapnya Bioskop   Bab 7

    Aku meliriknya tajam. Satpam itu memang bukan orang baik, tapi apakah dia sendiri bisa disebut orang baik?Pria itu tampaknya mengerti apa yang kupikirkan. Dia tersenyum canggung. "Tadi malam aku cuma bercanda denganmu. Namaku Rafael Lloyd, aku seorang pelatih kebugaran."Saat berhadapan dengannya, aku tidak merasa panik. Apakah ketampanan memang bisa membenarkan segalanya?Kebetulan dia tinggal di sekitar sini. Saat melihatku menyelinap ke hutan kecil, Rafael mengikuti dari belakang, dan terjadilah adegan pahlawan menyelamatkan wanita.Jika sekarang dia memaksaku berhubungan, mungkin aku tidak akan menolak...Aku terkejut oleh pikiranku sendiri dan menjadi makin panik.Untungnya, saat ini, Rafael tidak punya niat seperti itu. "Cantik, soal satpam tadi biar aku yang urus. Kamu tenang saja."Entah kenapa, saat melihat Rafael aku merasa memercayainya tanpa alasan. Aku pun mengangguk dan mengikuti sarannya.Dia memintaku untuk tidak melapor ke polisi agar tidak menimbulkan kecurigaan. Kal

  • Hasrat dalam Gelapnya Bioskop   Bab 6

    Aku yakin bisa mengatasi ini. Pasti bisa! Aku terus-menerus memberi sugesti dan semangat kepada diriku sendiri.Agar pacarku tidak tahu bahwa aku diam-diam keluar malam ini, aku sudah menaruh obat tidur dalam susu yang diminumnya. Dengan begitu, dia akan tertidur pulas sampai pagi.Aku mengecup keningnya dengan lembut dan menatapnya penuh kasih sayang. "Sayang, tidur yang nyenyak, ya..."Aku mengenakan gaun berpotongan bahu terbuka dengan detail lipit dan bra renda yang memperlihatkan kulit putihku. Pinggang ramping dan bokong kencang membentuk lekuk tubuh yang nyaris sempurna. Aku sangat puas dengan penampilanku ini.Aku menaiki taksi menuju hutan kecil yang sudah disepakati. Dari jauh, aku melihat sosok gemuk pendek melambaikan tangan ke arahku.Dengan jantung berdebar kencang dan perasaan cemas, aku memberanikan diri berjalan maju meskipun masih diliputi rasa takut.Pria di hadapanku tampaknya bukan seseorang yang kukenal. Dia mengenakan seragam satpam, tampak berusia sekitar tiga p

  • Hasrat dalam Gelapnya Bioskop   Bab 5

    Hasrat yang menyesakkan dada hampir tidak bisa kutahan. Andai saja petugas kebersihan tidak masuk saat itu, aku mungkin sudah berhubungan dengannya. Entah, apakah aku masih sanggup berdiri setelahnya?Hasrat itu tidak kunjung hilang. Aku berbaring gelisah, menatap langit-langit sepanjang malam tanpa bisa tertidur.Mungkin, pada dasarnya aku memang wanita jalang yang selalu mendambakan pria perkasa. Dulu Ramon seperti itu, sekarang pria itu juga sama.Aku tahu pikiran seperti ini sangat berbahaya, tapi aku benar-benar tidak bisa menahannya. Mungkin, jiwaku sudah lebih dulu berselingkuh.Keesokan harinya saat mengajar, tiba-tiba aku menerima sebuah pesan anonim, sepertinya berisi video. Namun, aku mengabaikannya dan tetap melanjutkan mengajar anak-anak.Begitu ada waktu luang, aku membuka video itu dan langsung terpaku di tempat.Ternyata itu adalah rekaman saat pria itu melecehkanku di dalam bioskop. Videonya sangat jelas, bahkan ekspresi wajahku pun terlihat dengan detail.Wajahku meme

  • Hasrat dalam Gelapnya Bioskop   Bab 4

    Meskipun dalam hati sangat menginginkannya, aku tetap merasa tidak rela. Kalau itu atas keinginanku sendiri, tidak masalah. Namun, kalau dia memanfaatkan keadaan orang, itu tindakan pengecut!Di saat yang sangat genting, seorang petugas kebersihan masuk. Suaranya yang nyaring menggema di dalam bioskop. "Kalau ini sudah dibersihkan, bisa pulang. Sekarang sudah lewat jam sembilan."Tampaknya pria itu juga mendengar suara itu dan langsung kabur, meninggalkanku begitu saja dalam keadaan terjepit.Dadaku sesak karena marah. Pria itu benar-benar tidak punya hati!Sekarang aku hanya bisa meminta tolong kepada petugas kebersihan. Mendengar suara minta tolongku, dia segera berlari kecil menghampiri."Nak, kenapa kamu bisa terjepit di antara dua kursi begitu?"Pertanyaan itu membuatku malu setengah mati. Tidak mungkin aku menjelaskan bahwa tadi aku sempat bergairah, sehingga kakiku lemas dan tidak bisa digerakkan.Dengan terbata-bata aku menjawab, "Tolong... bantu saya..."Tanpa banyak bicara, p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status