Share

Bab 2

Author: Sorami
Rasa nyeri menjalar ke seluruh tubuhku karena sentuhan dan remasan yang kuat. Dalam suasana seperti ini, rangsangan yang kurasakan langsung melonjak beberapa kali lipat, disertai perasaan bersalah karena seolah diawasi diam-diam oleh orang lain.

Detik berikutnya, sebagian besar penonton bioskop menoleh ke arah kami. Aku bisa melihat senyum penuh makna di wajah mereka.

Apa kita berdua sudah terlalu berlebihan?

Aku benar-benar malu setengah mati. Aku segera turun dari tubuh pacarku dan pura-pura fokus menatap layar.

Akhirnya, orang-orang itu pun mengalihkan pandangan mereka.

Namun, dada pacarku yang bidang dan keras kembali menempel padaku, kulitnya terasa panas seperti terbakar. "Sayang, lanjutkan..."

Agar aku tidak bersuara, dia memasukkan tiga jarinya ke dalam mulutku untuk membungkam bibirku, sambil memainkan lidahku yang merah muda.

Lidah adalah salah satu bagian tubuhku yang paling sensitif. Aku tergagap-gagap dan tidak bisa bicara, tapi aku justru menyukai sensasi ini dan mulai mengisap jarinya dengan liar.

Aku menanti dengan tegang dan penuh harap, tapi baru tiga menit berlalu, pacarku sudah menyerah. Performanya jauh dari biasanya.

"Anna, di tempat seperti ini aku terlalu terangsang dan kamu menjepitku dengan nikmat!"

Hasratku sama sekali belum terpenuhi. Aku benar-benar tidak bisa mendengarkan apa pun yang dia katakan.

Perasaan belum terisi sepenuhnya ini membuatku seperti dikerubung ratusan semut. Pikiranku dipenuhi bayangan pria perkasa yang memaksaku, gatal dan menggairahkan!

Emosi yang telah lama kupendam hampir tidak bisa kutahan. Aku menarik tangannya dan meletakkannya di payudaraku yang bulat, mengajaknya untuk melanjutkannya. Namun, pacarku tiba-tiba menerima telepon dan buru-buru pergi.

"Anna, ada urusan mendadak di kantor. Kamu lanjut saja menonton film di sini, aku pergi dulu."

Apa ini sekadar alasan untuk menghindariku?

Aku menatap punggungnya dengan penuh kekecewaan. Hasrat yang mengendap terasa seperti parasit yang terus menyiksaku. Tanpa sadar, aku menggigit bibir bawahku dan merapatkan kedua kaki. Namun, kini, aku seperti api yang berkobar, jika tidak dipuaskan, aku bisa gila!

'Lagi pula, tidak ada orang lain melihat.' Bisikan iblis dalam hatiku mendorongku untuk mulai berulah. Tangan nakalku merayap ke antara kedua paha, mengejar kepuasan semu yang tetap terasa kurang.

Entah sudah berapa lama waktu berlalu, film pun telah selesai diputar. Penonton lain beranjak pergi, sementara aku masih terpaku di kursi, kedua kakiku terasa lemas dan tidak sanggup berjalan.

Belum sempat berdiri, aku merasakan setiap jari kakiku gemetar.

Tiba-tiba, suara serak yang menggoda terdengar di telinga. "Cantik, butuh bantuan?"

Aku menoleh dan mendapati seorang pria tinggi dan tampan berdiri di depanku, tubuhnya dipenuhi otot yang kekar dan menonjol. Posturnya yang sempurna membentuk siluet tubuh ideal bak segitiga terbalik yang membuatku terpana.

Wajahku yang memerah berada sangat dekat dengan pinggangnya. Aku bisa merasakan panas tubuhnya, juga kelamin besar yang bahkan tidak bisa disembunyikan celananya. Apakah ini ukuran yang wajar bagi manusia?

Padahal punya pacarku sudah cukup besar, tapi punya pria ini setidaknya lebih besar separuhnya lagi!

Aku menolak dengan malu-malu karena menjaga kehormatanku sebagai seorang wanita, lalu bersiap berdiri dengan bertumpu pada sandaran kursi.

Begitu aku berdiri dan merapatkan kedua kaki, tubuhku langsung kehilangan keseimbangan dan terjungkal ke depan, lalu terjebak di antara dua kursi hingga tidak bisa bergerak.

Payudaraku yang berukuran 36F terjepit pas di sela kursi dengan sempurna.

Perasaan malu yang aneh menyergap, pikiranku kosong, dan tubuhku membeku di tempat tidak berani bergerak sedikit pun.

Tiba-tiba, sebuah tangan besar dan panas menepuk lembut bokongku dari belakang, seolah sedang menakar sesuatu yang lembut. "Cantik, apa sekarang kamu butuh bantuan?"

Dia lagi!

Aku berusaha berdiri, tapi sama sekali tidak berhasil. Bukan hanya karena terjepit rapat, tapi juga karena tubuhku terasa lemas dan tidak bertenaga.

Seluruh tubuhku seperti terbakar. "Terima kasih..."

Belum sempat menyelesaikan ucapanku, pria di belakangku terkekeh pelan, lalu tanpa ragu mendekat dan menempelkan tubuhnya erat di punggung dan bokongku.

Hembusan napas panas perlahan menyelinap masuk, rok miniku sama sekali tidak mampu menahan rasa panas yang perlahan membangkitkan gairahku.

Ototnya begitu kokoh, benar-benar seperti besi yang baru saja dipanaskan, keras dan panas.

Tanpa sadar, aku sedikit mengangkat pinggul ke belakang, yang membuat tubuhku makin menempel pada pria itu dan menimbulkan sedikit gesekan.

Sensasi ini tidak membuatku terasa tidak nyaman, justru membuatku makin terlena.

"Posisi kita sekarang agak aneh, ya!" Suara pria itu terdengar di saat yang tidak tepat dan langsung menghancurkan pertahanan mentalku yang sudah rapuh.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hasrat dalam Gelapnya Bioskop   Bab 9

    Seminggu kemudian, aku pergi berbelanja bersama Rafael dan tanpa sengaja kembali bertemu dengan Ramon. Wajahnya pucat, rambutnya kusut, dan penampilannya sangat berantakan.Melihat itu, Rafael langsung merangkulku dan menciumku, seolah menyatakan bahwa aku adalah miliknya. Namun, entah kenapa, saat melihat tubuh Ramon yang gemetar, hatiku terasa sangat tidak nyaman.Wajah Ramon dipenuhi kemarahan dan keterkejutan."Rafael, beraninya-beraninya kamu menyentuh wanitaku! Kau benar-benar pantas mati!"Ramon menerjang maju dan berkelahi dengan Rafael, tapi tubuhnya sekarang sangat lemah, dia sama sekali bukan tandingan Rafael. Pertarungan itu sepenuhnya menjadi ajang pemukulan sepihak.Anehnya, meskipun dia sedang dihajar, aku tidak merasa puas. "Berhenti! Jangan berkelahi lagi!"Namun, perkelahian antara dua pria seperti itu, mana mungkin aku bisa melerainya?Beberapa menit kemudian, Rafael menginjak wajah Ramon, lalu menggosok-gosokkan sol sepatunya ke wajahnya. "Ramon, akhirnya kamu merasa

  • Hasrat dalam Gelapnya Bioskop   Bab 8

    Apakah aku masih perlu menahan diri? Masih bisakah aku menahannya?Pertanyaan dari lubuk hati yang paling dalam itu, kini telah sepenuhnya tenggelam dalam hasrat.Rafael memeluk dan menciumku. "Jangan bersama pria brengsek itu lagi. Bersamalah denganku. Aku bisa membuatmu bahagia seumur hidup!"Aku menggigit bibir bawahku dan berusaha keras menahan diri.Matanya sempat menyiratkan kekecewaan, tapi segera berubah menjadi pengertian.Hubunganku dengan Ramon butuh kejelasan. Ini adalah bentuk tanggung jawab atas hubungan yang sudah berlangsung bertahun-tahun.Soal video yang direkam diam-diam oleh satpam dan foto-foto itu, semuanya harus kutanyakan langsung secara tatap muka.Sore itu, aku langsung mengajukan cuti. Dengan membawa semua bukti itu, aku datang ke tempat kerja Ramon untuk menemuinya.Saat melihatku, dia tampak agak terkejut. "Anna, kenapa kamu datang ke sini?"Tanpa banyak bicara, aku langsung mengeluarkan foto saat dia bersama wanita lain masuk ke hotel. "Ramon, katakan deng

  • Hasrat dalam Gelapnya Bioskop   Bab 7

    Aku meliriknya tajam. Satpam itu memang bukan orang baik, tapi apakah dia sendiri bisa disebut orang baik?Pria itu tampaknya mengerti apa yang kupikirkan. Dia tersenyum canggung. "Tadi malam aku cuma bercanda denganmu. Namaku Rafael Lloyd, aku seorang pelatih kebugaran."Saat berhadapan dengannya, aku tidak merasa panik. Apakah ketampanan memang bisa membenarkan segalanya?Kebetulan dia tinggal di sekitar sini. Saat melihatku menyelinap ke hutan kecil, Rafael mengikuti dari belakang, dan terjadilah adegan pahlawan menyelamatkan wanita.Jika sekarang dia memaksaku berhubungan, mungkin aku tidak akan menolak...Aku terkejut oleh pikiranku sendiri dan menjadi makin panik.Untungnya, saat ini, Rafael tidak punya niat seperti itu. "Cantik, soal satpam tadi biar aku yang urus. Kamu tenang saja."Entah kenapa, saat melihat Rafael aku merasa memercayainya tanpa alasan. Aku pun mengangguk dan mengikuti sarannya.Dia memintaku untuk tidak melapor ke polisi agar tidak menimbulkan kecurigaan. Kal

  • Hasrat dalam Gelapnya Bioskop   Bab 6

    Aku yakin bisa mengatasi ini. Pasti bisa! Aku terus-menerus memberi sugesti dan semangat kepada diriku sendiri.Agar pacarku tidak tahu bahwa aku diam-diam keluar malam ini, aku sudah menaruh obat tidur dalam susu yang diminumnya. Dengan begitu, dia akan tertidur pulas sampai pagi.Aku mengecup keningnya dengan lembut dan menatapnya penuh kasih sayang. "Sayang, tidur yang nyenyak, ya..."Aku mengenakan gaun berpotongan bahu terbuka dengan detail lipit dan bra renda yang memperlihatkan kulit putihku. Pinggang ramping dan bokong kencang membentuk lekuk tubuh yang nyaris sempurna. Aku sangat puas dengan penampilanku ini.Aku menaiki taksi menuju hutan kecil yang sudah disepakati. Dari jauh, aku melihat sosok gemuk pendek melambaikan tangan ke arahku.Dengan jantung berdebar kencang dan perasaan cemas, aku memberanikan diri berjalan maju meskipun masih diliputi rasa takut.Pria di hadapanku tampaknya bukan seseorang yang kukenal. Dia mengenakan seragam satpam, tampak berusia sekitar tiga p

  • Hasrat dalam Gelapnya Bioskop   Bab 5

    Hasrat yang menyesakkan dada hampir tidak bisa kutahan. Andai saja petugas kebersihan tidak masuk saat itu, aku mungkin sudah berhubungan dengannya. Entah, apakah aku masih sanggup berdiri setelahnya?Hasrat itu tidak kunjung hilang. Aku berbaring gelisah, menatap langit-langit sepanjang malam tanpa bisa tertidur.Mungkin, pada dasarnya aku memang wanita jalang yang selalu mendambakan pria perkasa. Dulu Ramon seperti itu, sekarang pria itu juga sama.Aku tahu pikiran seperti ini sangat berbahaya, tapi aku benar-benar tidak bisa menahannya. Mungkin, jiwaku sudah lebih dulu berselingkuh.Keesokan harinya saat mengajar, tiba-tiba aku menerima sebuah pesan anonim, sepertinya berisi video. Namun, aku mengabaikannya dan tetap melanjutkan mengajar anak-anak.Begitu ada waktu luang, aku membuka video itu dan langsung terpaku di tempat.Ternyata itu adalah rekaman saat pria itu melecehkanku di dalam bioskop. Videonya sangat jelas, bahkan ekspresi wajahku pun terlihat dengan detail.Wajahku meme

  • Hasrat dalam Gelapnya Bioskop   Bab 4

    Meskipun dalam hati sangat menginginkannya, aku tetap merasa tidak rela. Kalau itu atas keinginanku sendiri, tidak masalah. Namun, kalau dia memanfaatkan keadaan orang, itu tindakan pengecut!Di saat yang sangat genting, seorang petugas kebersihan masuk. Suaranya yang nyaring menggema di dalam bioskop. "Kalau ini sudah dibersihkan, bisa pulang. Sekarang sudah lewat jam sembilan."Tampaknya pria itu juga mendengar suara itu dan langsung kabur, meninggalkanku begitu saja dalam keadaan terjepit.Dadaku sesak karena marah. Pria itu benar-benar tidak punya hati!Sekarang aku hanya bisa meminta tolong kepada petugas kebersihan. Mendengar suara minta tolongku, dia segera berlari kecil menghampiri."Nak, kenapa kamu bisa terjepit di antara dua kursi begitu?"Pertanyaan itu membuatku malu setengah mati. Tidak mungkin aku menjelaskan bahwa tadi aku sempat bergairah, sehingga kakiku lemas dan tidak bisa digerakkan.Dengan terbata-bata aku menjawab, "Tolong... bantu saya..."Tanpa banyak bicara, p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status