Rumah Aliika sedang sepi seperti tak berpenghuni meskipun sebenarnya ada Bi Jum dan para bodyguard. Aliika saat ini menghuni rumah berdua saja dengan Andrian karena, Rama dan Syifana sedang ada urusan diluar.Gadis itu sedang asyik membaca novel setelah sebelumnya berkutat di buku sketsa nya. Sedangkan Andrian memilih untuk berenang sebab ia ingin sekali memanjakan dirinya sebentar. Tiba-tiba…KruyukPerut Aliika berbunyi nyaring, sepertinya cacing disana sedang berdemo untuk diberi asupan. Padahal waktu masih menunjukkan pukul sepuluh pagi yang arti nya jam makan siang belum tiba. Sebenarnya makanan sisa breakfast masih ada namun Aliika ingin makan yang lain saja.Aliika memilih memasak sendiri karena tidak ingin merepotkan Bi Jum, ia lalu melangkah turun menuju dapur. Ia melihat sekeliling untuk melihat bahan-bahan yang tersedia. Kemudian otak berliannya mengatakan untuk membuat Chicken pop saja.Aliika mulai meracik bumbu untuk membuat Chicken Pop sebab mudah saja dan tidak banyak
“Guten Morgen, semuanya….” Sapa Aliika dengan ria kepada kedua orangtua dan juga sepupunya saat baru saja tiba di ruang makan.Rama, Syifana dan juga Andrian yang sebelumnya sedang berbincang-bincang kini hanya diam. Bahkan mereka tidak membalas sapaan Aliika. Mereka sedang terheran-heran melihat sikap Aliika pagi ini.“Wah! Ada mie goreng sosis.” Ucap Aliika dengan heboh. Gadis itu langsung menyendokkan mie goreng itu ke piringnya.Dengan semangatnya Aliika langsung menyantap mie goreng itu. Pagi ini Aliika terlihat begitu riang gembira. Dan hal itu membuat Rama dan Syifana tersenyum, melihat putrinya sedang bahagia. Berbeda dengan Andrian yang menatap Aliika horor.Aliika memang orang yang selalu riang, namun jarang sekali saat bangun tidur langsung bersikap ceria seperti ini. Biasanya Aliika masih diam dan tak banyak tingkah ketika bangun tidur. Ia masih malas. Jadi terasa aneh hari ini dengan sikapnya.“Perasaan Bi Jum gak jarang masak mie goreng deh. Kenapa kamu heboh banget kaya
“Kenapa kamu diam aja waktu dia memelukmu bahkan menciummu?” tanya Sagara. Rahang tegas nya kini mengeras netra biru muda itu telah berubah menjadi gelap. “Danu itu teman ku sekarang Kak, ya memang dulu dia pacarku tetapi itu sudah mantan. Dan aku tidak punya hubungan apa-apa lagi dengannya selain hanya sebatas teman.” Jelas Aliika. Gadis itu menatap sendu Sagara, ingin sekali tangannya terulur untuk mengusap lembut pipi laki-laki itu yang kini sudah ditumbuhi oleh bulu sangat tipis. “Papa selalu bilang jika Soraya adalah jalang karena dia pelayan di club. Namun dia tidak tahu jika gadis yang dipaksa untuk menikah denganku juga gadis murahan yang bersembunyi dibalik wajah polosnya.” Pungkas Sagara di depan wajah Aliika. Menatap gadis itu dengan tatapan remeh. Aliika mematung. Hatinya terasa ditusuk-tusuk. Kedua mata hazelnya penuh tatapan terluka. Air mata mengalir membasahi kedua pipinya. Tega sekali Sagara mengatakan itu padanya. Sagara keluar dari ruang rawat Danu setelah Aliik
Waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi. Dengan sendirinya Aliika terbangun dari tidur. Mungkin memang sudah menjadi kebiasaan bangun di jam seperti ini. Aliika melihat ke samping, masih ada Sagara yang tertidur pulas. Perlahan Aliika mendudukkan dirinya dan bersandar di kepala ranjang.Matanya masih menelisik setiap jengkal dari wajah itu. Struktur tulangnya bahkan bisa membuat para pengukir patung kagum, tulang pipinya yang indah, bulu mata lentik dengan alis yang tebal serta hidung yang mancung. Rahangnya tegas, tak lupa bulu halus yang mulai tumbuh menambah kesan gentle.Aliika baru menyadari setelah dirinya bisa tidur bersama Sagara seperti ini, ternyata laki-laki itu benar mudah membuat wanita dimabukkan oleh pesonanya. Terutama bibir sensual itu, yang beberapa waktu lalu menciumnya dengan lembut di altar. Terlihat tampan.Tak ada ekspresi wajah cuek, kesal dan datar. Yang Aliika lihat saat ini adalah wajah Sagara yang tenang dan damai seperti dulu saat mereka bersama. Akhirnya
Tapakan Sagara dan Aliika menyisakan satu ubin saja. Dengan kasar Sagara menarik tangan Aliika kemudian menghempaskan tubuh itu ke ranjang. Aliika meringis saat tubuhnya terhempas, meskipun ranjang itu empuk. Tetap saja kencang dari hempasan menimbulkan rasa sakit di punggung. Sagara dengan gairah yang sudah memuncak mulai melepaskan kaos yang ia pakai kemudian menindih tubuh Aliika. Dengan ganas laki-laki itu mencium bibir Aliika. Berusaha melampiaskan segala yang kini ia rasakan. Marah, benci, dan takut. Aliika meronta dengan sekuat tenaga, namun Sagara dengan sergap mengunci kedua tangan gadis itu di atas kepala. “Kumohon jangan seperti ini. Kamu kasar, Kak. Aku takut… hiks.” Isak Aliika saat Sagara sudah melepaskan pagutan bibir mereka. Tak menghiraukan isakan Aliika. Kini Sagara telah membuka kain yang menutupi dua gundukan milik Aliika. Aliika semakin menangis ketika Sagara membenamkan wajahnya di gundukan itu. Apalagi sebelah tangan Sagara berhasil meremas nya dengan kasar.
Aliika keluar dari kamar mandi, ia melihat Sagara tengah duduk di karpet dekat ranjang sambil melihat ke arah wanita itu. Laki-laki itu sudah melepas pakaian dan meninggalkan celana panjang saja.Aliika berjalan mendekati Sagara dan mengambil duduk di samping laki-laki itu. Tatapan mereka sama mengarah ke depan. Sejenak tak ada percakapan apapun diantara mereka. Aliika hanya diam menunggu Sagara berucap. Sedangkan Sagara bingung harus memulai darimana.“Al.” panggil Sagara. Kali ini laki-laki itu menoleh ke arah Aliika. Menatap wanita yang menjadi istrinya itu dari dekat.“Iya Kak.” Jawab Aliika membalas tatapan Sagara.“Pernikahan kita bukan atas dasar cinta Al. Dan aku rasa kita perlu membuat perjanjian yang akan memudahkan kita untuk jalani hubungan ini.”Aliika langsung mengalihkan pandangan dari Sagara. Namun Sagara masih setia menatap ke arah wanita itu.“Perjanjian apa Kak?” tanya Aliika.“Aku mau kamu bisa menerima hubungan ku dengan Soraya.” Ucap Sagara. Aliika langsung menol
Sandra, sekretaris Sagara sedang terheran melihat kelakuan atasannya itu hari ini. Bagaimana tidak sejak tadi Sagara hanya menatap layar laptop sambil senyum tidak jelas, seperti sedang kegirangan.Padahal Sandra tau benar jika layar laptop Sagara menampilkan halaman penuh tabel laporan keuangan perusahaan. Dan Sandra yakin Sagara tidak mungkin terlihat bahagia karena hal itu.“Maaf, Pak?” ucap Sandra untuk menyadarkan Sagara. Dan benar saja Sagara sudah kembali dari lamunannya.“Eh iya, ada apa Sandra?”“Saya minta tanda tangan bapak di laporan ini.” Ucap Sandra lalu memberikan berkas itu kepada Sagara.“Baiklah.”Sandra mengerutkan kening saat Sagara langsung menandatangani berkas itu. Padahal biasanya Sagara akan membaca terlebih dahulu dengan jeli dan teliti.“Terimakasih, Pak.” Sandra kembali mengambil berkas itu.“Iya.” Balas Sagara seraya tersenyum.Sandra membalas senyuman Sagara, “Saya permisi.” Pamit wanita itu.Sagara mengangguk mengiyakan perkataan Sandra. Kemudian dengan
Aliika sudah berada disebuah gedung acara perayaan ulang tahun pernikahan klien sekaligus teman kuliahnya. Disini ramai namun Aliika merasa sepi. Karena ia sendirian. Dan kebanyakan orang disini membawa pasangan mereka masing-masing.“Kiw.. cewek.” Ceplos seseorang dari arah belakang Aliika. Aliika langsung menoleh dan terkejut melihat orang yang tadi menggodanya.“Danu… kamu disini?” tanya Aliika ramah.“Tentu. Justin rekan bisnis ku.” Ucap Danu. Aliika membalas ucapan Danu dengan mengangguk.Perasaan Aliika tiba-tiba gelisah. Antara senang dan khawatir. Tentu karena Sagara selalu memperingatkannya agar menjauhi Danu.“Kok kamu disini? Sendirian lagi.” Ujar Danu sambil celingak-celinguk mencari sesuatu. Dan dia tidak menemukan sesuatu itu.“Justin itu teman kuliahku dan juga rekan bisnisku. Eum.. lebih baik kita temui langsung saja si pemilik acara gimana?” tawar Aliika. Danu mengangguk.Tere yang melihat Aliika berjalan mendekatinya. Wanita itu langsung berlari ke arah Aliika. Memel