Share

Bab 15

Setiap kata yang dilontarkan oleh Sergio membuat wajah Hazel memerah. Sampai kata terakhir, rona merah itu merambat sampai ke bagian leher.

Pikiran Hazel kini dipenuhi dengan bekas gigitan di tulang selangka Sergio yang dilihatnya saat bangun pagi tadi.

Dia ternyata melakukan banyak hal saat mabuk?

Kenapa dia tidak ingat sedikit pun akan semua itu?

Dia ingin mencari celah di tanah dan merangkak ke dalamnya, lalu menyela perkataan Sergio, "Om, tolong berhenti bicara. Aku benar-benar nggak ingat semuanya."

Hazel menghela napas dalam hati. Seperti yang diduga, minum benar-benar menyebabkan masalah.

Tidak hanya mabuk, tetapi dia juga bersikap sembrono kepada Sergio. Dia bahkan benar-benar merasa malu dan tidak berani bertemu dengan siapa pun.

Melihatnya menundukkan kepala dan ingin membenamkan wajahnya di meja, Sergio tidak bisa menahan tawanya lagi.

Dia berkata pelan. "Nggak bisa. Yang kamu lakukan kepadaku benar-benar lebih dari itu. Kamu sendiri yang menyerahkan kartu keluarga dan KTP mu kepadamu. Bukan hanya mendesakku untuk mendaftarkan pernikahan, kamu juga menarikku untuk mengambil foto. Sekarang, sangat nggak adil kalau aku dituduh punya motif tersembunyi olehmu."

Hazel perlahan menutupi pipinya, merasa sangat malu hingga dia ingin mencari celah di tanah dan merangkak ke dalamnya.

Dia benar-benar tidak berani bertemu dengan orang lain sekarang!

Melihat wajah Hazel yang memerah, Sergio akhirnya berbaik hati dan berhenti menggodanya.

Sergio memasukkan kertas itu ke dalam map dokumen penting, lalu menyerahkannya kepada Hazel, "Mulai sekarang, kamu sudah menjadi istri sah seorang Sergio."

Hazel melirik ke arah Sergio, membuka kartu keluarga di dalamnya. Ternyata ada namanya dan Sergio di dalamnya.

Di kolom kepala rumah tangga, tertulis jelas nama Sergio Hardwin.

Yang kedua tertulis namanya.

Kolom status milik keduanya berubah menjadi suami dan istri.

Setelah lama menatap kata suami istri di depannya, pipi Hazel menjadi makin panas, bahkan sudah semerah tomat.

"Aku yang akan menyimpan dokumen ini. Kamu nggak keberatan, 'kan?"

Sergio mengambil kembali kartu keluarga di tangan Hazel tanpa mengubah ekspresinya. Lalu, dia menyimpannya bersama dengan buku nikah mereka.

Pegawai kantor urusan sipil mengingatkan secara khusus agar mereka menyimpan surat nikah mereka dengan baik.

Sergio berusaha sangat keras untuk mencantumkan nama Hazel di dalam kartu keluarga, jadi dia tidak boleh kehilangan dokumen itu.

Hazel mengerutkan kening dan mengingatkannya, "Om, aku juga punya bagian kepemilikan surat nikah itu."

Sergio mengangkat alisnya, sengaja berpura-pura tidak mengerti maksud perkataan Hazel. "Lalu kenapa?"

"Jadi, Om harus memberikan buku nikah bagianku dan biarkan aku menyimpannya sendiri."

"Mana boleh buku nikah disimpan terpisah? Nanti jadi sial. Kamu nggak begitu paham sama vila ini. Bagaimana kalau kamu sampai hilang dan nggak ketemu? Lebih aman kalau aku yang menyimpannya."

Hazel hampir berhasil diyakinkan oleh perkataan Sergio. Namun, setelah itu dia menyadari ada yang tidak beres.

Matanya melebar dan dia menatap Sergio dengan marah. "Om, kamu pasti sengaja melakukannya!"

Dia tidak mengerti mengapa Sergio tidak membiarkannya menyimpan buku nikah miliknya. Namun, Sergio berhasil merangsang sifat pemberontak dalam diri Hazel, yang membuat Hazel langsung berdiri dan berusaha mengambilnya.

Sergio sepertinya sudah menebak niat Hazel, jadi mengeluarkan surat nikah itu dan mengangkatnya tinggi-tingginya.

Tinggi badan Hazel terbilang cukup tinggi di kalangan perempuan. Namun dibandingkan dengan Sergio, dia jauh lebih pendek. Kepalanya bahkan hanya mencapai bahu Sergio.

Hazel berjinjit, mengulurkan tangan untuk meraih buku nikah itu. Namun, Sergio mengangkat tangannya lebih tinggi.

Dia sedikit bertumpu pada Sergio, lalu berusaha keras menarik lengannya.

Tepat ketika Hazel akan berhasil mendapatkan buku nikah itu, dia tiba-tiba tersandung kaki meja dan jatuh menimpa tubuh Sergio.

Dengan gerakan mata dan tangan yang begitu cepat, Sergio melingkarkan lengannya di pinggang ramping Hazel, lalu duduk dengan mantap di kursi yang ada di belakangnya.

Hazel tidak sempat mundur dan sudah duduk di pangkuan Sergio.

Lengannya bahkan melingkari leher Sergio dan pipinya hampir menyentuh telinga Sergio.

Posturnya keduanya sungguh ambigu.

Adam ingin melangkah ke ruang makan untuk melihat apakah mereka berdua sudah selesai sarapan. Namun, tidak disangka dia malah disuguhkan oleh pemandangan seperti ini.

Dia tertegun sejenak, lalu pergi dengan penuh kesadaran diri.

Langkahnya sangat ringan dan tidak mengganggu dua orang yang sedang sibuk di dalam ruang makan.

Ruang makan menjadi sunyi senyap, baik Hazel maupun Sergio terdiam di tempatnya, tidak percaya dengan semua yang terjadi di depan mereka.

Hazel tidak percaya, bahkan tidak berani bergerak. Tubuhnya kaku seketika.

Dia tidak mengerti kenapa situasi tiba-tiba menjadi seperti ini. Dia hanya ingin mengambil buku nikah yang menjadi miliknya ....

Namun sekarang ....

Hazel memejamkan mata karena putus asa.

Dia dapat dengan jelas merasakan tangan Sergio yang masih memegangi pinggangnya. Telapak tangannya yang besar dan hangat menjalar ke kulit Hazel yang hanya mengenakan pakaian tipis. Seketika, kulit Hazel terasa panas.

Jantung Sergio berdetak kencang dan dadanya memiliki proporsi bagus. Napas pria itu terasa panas. Keberadaannya makin terasa, membuat Hazel tidak bisa mengabaikannya.

Saat ini, Hazel ingin menggali lubang dan mengubur dirinya sendiri agar dia tidak harus menghadapi Sergio.

Tepat ketika dia sedang berpikir liar, suara yang dalam dan serak tiba-tiba terdengar di telinganya. "Masih nggak mau bangun? Sepertinya kamu sangat menikmatinya."

Hazel akhirnya tersadar dan melepaskan diri pangkuan dari Sergio dengan panik. "Maaf, Om. Aku nggak sengaja."

Sergio memandangnya dengan ringan dan melambaikan buku nikah di depannya. "Sekarang, apakah kamu masih ingin merebutnya?"

Hazel langsung menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Aku nggak mau merebutnya lagi."

Efek mabuk Hazel pasti belum mereda, jadi dia bertindak impulsif.

Bukankah itu hanya buku nikah?

Tidak ada bedanya mengenai siapa yang menyimpannya.

Intinya, keduanya adalah suami istri yang sah. Suami dan istri adalah satu kesatuan dan tidak ada perbedaan di antara keduanya.

Sergio mendapatkan keinginannya, menyimpan buku nikah dan kartu keluarga di tangannya.

Setelah sarapan pagi, Sergio pergi ke ruang kerja, menyimpan buku nikah dan kartu keluarga di dalam brankas.

Kalau Hazel ada di sana, dia pasti tidak merasa asing dengan kata sandi brankas miliknya itu.

Karena itu adalah hari ulang tahunnya.

Setelah sarapan, Sergio pergi ke perusahaan, sementara Hazel tetap berada di rumah dan memilih barang-barang yang dibeli Sergio.

Hanya ditinggal makan sebentar, ruang tamu sudah terisi oleh banyak barang.

Hazel melihat tumpukan benda yang harganya di luar nalar itu, lalu menghela napas dalam hati. Sergio benar-benar suka seenaknya.

Dia memberikan barang sebanyak ini dengan sekali ucap.

Adam tersenyum saat memperhatikan mata Hazel yang penuh keterkejutan. Lalu, dia menjelaskan lirih, "Nyonya, semua merek ini bekerja sama dengan Perusahaan Hardwin. Kalau ada yang Nyonya sukai, tolong beri tahu saya."

Hazel mengangguk mengerti dan tersenyum tipis. "Ya. Terima kasih, Pak Adam."

"Nyonya nggak perlu sungkan. Ini memang sudah menjadi tugas saya."

Adam tersenyum penuh kasih dan menjadi sangat bahagia.

Awalnya, dia tidak mengerti kenapa tuannya itu bisa menyukai Hazel. Dia juga tidak mengerti kenapa tuannya menikah dengan Hazel tanpa memedulikan reputasinya sendiri.

Sekarang, dia akhirnya mengerti. Hazel adalah gadis yang manis dan lembut. Siapa pun yang mendapatkannya pasti akan menjaganya dengan baik.

Adam memerintahkan pelayan yang lain untuk meletakkan barang-barang itu di kamar tidur utama dan membiarkan sisanya dikembalikan.

Para pelayan bekerja dengan sangat cekatan. Tidak membutuhkan waktu lama ruang tamu sudah kembali bersih.

Meski masih vila yang sama, tetapi tampilannya sedikit berbeda.

Dekorasi dan perabotan di ruang tamu sudah diganti dengan warna-warna yang lebih cerah dan tidak lagi terlihat suram seperti dulu.

Kamar tidur juga tidak lagi hanya sekedar hitam dan putih yang monoton.

Hazel mengangguk puas, mengambil ponselnya dan mengambil foto untuk dikirim ke Sergio.

Namun ketika membuka Line, Hazel menyadari bahwa dia tidak memiliki Line Sergio.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status