Share

Bab 3. Kau Cemburu?

last update Huling Na-update: 2024-03-27 19:22:47

Dakota terbangun di sebuah kamar hotel. Ingatannya mengingat kejadian tadi malam. Kejadian di mana dirinya dibawa secara paksa ke dalam hotel. Shit! Lama-lama Dakota bisa gila menghadapi pria sialan dan kurang ajar itu.

Dakota menyibak selimut, dan membersihkan tubuhnya. Tepat di kala dia sudah selesai mandi—ada seorang pelayan masuk ke dalam kamar hotel sambil membawakan paper bag.

“Selamat pagi, Nona Spencer,” sapa sang pelayan sopan.

“Kau siapa?” tanya Dakota tanpa basa-basi, pada seorang wanita yang berpakaian pelayan.

“Nona Spencer, saya adalah pelayan yang ditugaskan Tuan Caldwell untuk melayani Anda. Di dalam paper bag ini sudah ada baju ganti dan alat make up lengkap yang baru bisa Anda gunakan.” Sang pelayan menyodorkan paper bag yang ada di tangannya pada Dakota.

Dakota mengembuskan napas kasar. Wanita cantik itu seakan enggan untuk menerima pemberian dari pria berengsek yang mengganggunya. Namun, tidak mungkin dia memakai baju yang tadi malam. Dia tak memiliki pilihan lain. Akhirnya, dia mengambil paper bag yang diberikan sang pelayan.

Thanks, kau boleh keluar. Aku ingin mengganti pakaianku,” ucap Dakota datar, meminta sang pelayan untuk pergi.

“Baik, Nona. Saya permisi.” Pelayan itu menundukkan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Dakota.

Dakota menanggalkan bathrobe-nya, dan langsung mengganti pakaian dengan dress yang diberikan oleh sang pelayan. Dress berbahan kaus itu membuat kesan nyaman di tubuh Dakota. Wanita cantik itu berbalik, bermaksud ingin bercermin. Namun, betapa terkejutnya dia melihat Dylan sudah berdiri tak jauh darinya.

“Kau! Sejak kapan kau di sini?!” seru Dakota dengan nada keras dan terselip kepanikan nyata. Bayangkan saja dia baru selesai mengganti pakaian, sudah di hadapkan Dylan ada di depannya. Itu sama saja dengan Dylan melihatnya mengganti pakaian.

“Sudah sejak tadi. Kau memiliki tubuh yang indah, Nona Spencer. I love it,” komentar Dylan dengan seringai di wajahnya.

Mata Dakota membulat sempurna mendengar ucapan Dylan. “Berengsek! K-kau mengintipku ganti baju?!”

“Bukan mengintip. Lebih tepatnya aku tidak sengaja melihat.” Dylan duduk di sofa, menyilangkan kaki kanan bertumpu ke paha kirinya. Nadanya santai, tenang, seolah tanpa sama sekali berdosa.

Dakota berdecak kesal, dengan wajah menunjukkan amarah. “Bajingan! Kau tahu aku sedang mengganti pakaian, kenapa kau tidak menutup matamu!” semburnya emosi. Bisa-bisanya pria berengsek di depannya ini mengatakan kalimat yang seolah tidak bersalah sama sekali. Dakota bersumpah pria di depannya ini sangat berengsek.

Dylan dengan santai mengambil wine yang ada di atas meja. “Ada pemandangan bagus, kenapa harus menutup mata? Sangat disayangkan jika tidak dilihat, bukan?”

“Kau—” Dakota mengepalkan tangannya, ingin sekali melayangkan pukulan ke wajah Dylan. Namun, sayangnya keseimbangan Dakota tak terjaga dengan baik. Sialnya, Dakota terjatuh tepat di pangkuan Dylan.  

Dakota memekik terkejut di kala jatuh ke pangkuan Dylan. Dia ingin bangkit berdiri, tapi Dylan sudah melingkarkan tangannya di pinggang Dakota—membuat wanita itu tidak bisa berkutik sama sekali.

“Dylan lepaskan aku!” seru Dakota seraya memukuli dada bidang Dylan, dengan cukup keras.

“Kau sendiri yang menjatuhkan tubuhmu di pangkuanku. Jadi aku menganggap itu sebagai kesengajaan.” Dylan menjawab enteng sambil menatap Dakota.

“Tidak sengaja, Sialan! Mana mungkin aku sengaja menjatuhkan tubuhku ke pangkuanmu!” seru Dakota jengkel.

Dylan menarik dagu Dakota, mendekat ke bibirnya sambil berbisik serak, “Dress yang aku beli cocok di tubuhmu. Kau terlihat sangat cantik.”

Pipi Dakota sedikit bersemu merah akibat pujian yang lolos di bibir Dylan. Namun, Dakota tidak mau terbuai akan pujian dari pria sialan itu. “Lepaskan aku!”

Dylan menyunggingkan senyuman miring. “Tanganku sudah tidak lagi memelukmu, Nona Spencer.”

Dakota melihat ke pinggangnya. Shit! Benar saja, Dylan sudah tidak memeluknya. Buru-buru, Dakota bangkit berdiri. Astaga! Dia sangat malu. Dia tak sadar Dylan sudah melepaskan pelukan di pinggangnya.

Dylan bangkit berdiri. “Ayo aku antar kau pulang.”

Dakota melipat tangan di depan dada. “Tidak usah! Aku bisa pulang sendiri! Kau tidak perlu repot mengantarku.”

Dylan tersenyum samar. “I know, kau bisa sendiri, tapi kau ke sini bersamaku, maka kau harus pulang bersamaku.”

“Dylan—”

“Jika kau tidak menurut, aku akan mengadukan pada ayahmu tentang kejadian di klub tadi malam. Kau ingin seperti itu, Nona Spencer?” Dylan memotong ucapan Dakota, memberikan ancaman tak main-main.

Mata Dakota melebar terkejut ketika diancam Dylan. “Sialan! Berani sekali kau mengancamku!”

Dylan mendekat dan dengan berani mengecup bibir Dakota. “Kita pulang sekarang, Nona Spencer.”

Tangan Dakota mengepal kuat. Sorot mata tajam. Rahangnya mengetat. Aura kemarahannya terlihat jelas. Dalam hati dia tak henti meloloskan umpatan kasar. Dia ingin berontak, tapi ancaman Dylan tak bisa diabaikan. Jika ayahnya tahu, habislah dia. Kacau sudah semuanya. Detik selanjutnya, dengan penuh paksaan Dakota menghentakkan kakinya mengikuti Dylan.

Di lobby, Dakota hendak masuk ke dalam mobil Dylan, tapi tiba-tiba saja ada wanita cantik berambut pirang memanggil Dylan dan berhenti tepat di hadapan mereka. Wanita itu kini langsung melingkarkan tangannya ke leher Dylan.

Hi, Dylan. Senang sekali aku bertemu denganmu di sini.” Wanita berambut pirang itu berbisik seksi di depan bibir Dylan.

Dylan tersenyum sambil meremas bokong wanita berambut pirang itu. “Hari ini aku sangat sibuk. Besok kau bisa temui aku di penthouse-ku.”

Wanita berambut pirang itu menatap sinis Dakota. “Siapa dia, Dylan? Apa dia jalang barumu?”

“Hey! Jaga bicaramu! Kau yang jalang!” seru Dakota tak terima disebut jalang.

“Kau—” Wanita berambut pirang itu hendak menyerang Dakota, tapi dengan sigap Dylan menarik tangan wanita berambut pirang itu. 

“Pulanglah. Aku harus mengantarnya. Dia bukan jalang. Jangan mencari masalah,” kata Dylan mengingatkan wanita berambut pirang itu.

Wanita berambut pirang itu sangat kesal. Namun, dia tidak ingin membuat Dylan marah padanya. “Oke fine, aku pulang, tapi nanti aku akan ke penthouse-mu.”

Dylan mengangguk merespon ucapan wanita berambut pirang itu.

Bye, Sayang.” Wanita berambut pirang itu mengecup bibir Dylan di depan Dakota, lalu dia melangkah pergi meninggalkan tempat itu.

Dakota tersenyum sinis menatap wanita berambut pirang yang melewatinya. “Dia pelacurmu?”

Dylan menoleh menatap Dakota. “Well, apa kau sedang cemburu, Nona Spencer?”

Dakota menunjuk dirinya sendiri. “Aku cemburu? Sorry! Tidak sama sekali!”

Dylan terkekeh rendah sambil mencubit hidung mancung Dakota. “Kau tenang saja. Kau jauh lebih cantik dan memesona darinya.”

Dakota mendelik tajam. “Kau memang pria berengsek!”

Dylan kembali terkekeh mendengar ucapan Dakota. Dia masuk ke dalam mobil, dan dengan terpaksa Dakota juga masuk ke dalam mobil. Pria tampan itu melajukan mobilnya meninggalkan lobby rumah sakit. Tampak raut wajah Dakota menunjukkan rasa kesalnya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rna 1122
dylan ni celup sana sini kayaknya
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Heart Stealing (Mencuri Hati)    Bab 100. Ending Scene (TAMAT)

    Usia Diana sudah memasuki enam bulan. Bayi perempuan cantik itu tumbuh dengan sangat luar biasa. Parasnya yang cantik perpaduan sempurna antara Dylan dan Dakota. Bisa dikatakan Diana selalu menjadi pusat perhatian setiap kali Dakota membawa putri kecilnya berpergian keluar.Delmer, putra sulung Dylan dan Dakota tak kalah menarik perhatian. Balita kecil itu sangat overprotective pada adik perempuannya. Bayangkan saja setiap kali ada yang ingin menyentuh Diana, pasti Delmer tak sembarang untuk memberikan izin.Delmer meski masih kecil, tapi sudah menunjukkan cinta yang luar biasa pada adik perempuannya. Hal ini yang Dylan dan Dakota yakinkan bahwa kelak di masa depan Delmer akan menjaga Diana dengan sangat baik. Bukan hanya sekadar menjaga, tapi juga memberikan cinta yang amat besar. Lebih dari dua tahun menikah, Dylan dan Dakota merasa sangat bahagia, karena pada akhirnya dipersatukan. Mereka selalu bersyukur setiap detik apalagi kehadiran Delmer dan Diana, membuat ikatan cinta merek

  • Heart Stealing (Mencuri Hati)    Bab 99. Extra Part II  

    “Sayang, kau sudah pulang?” Dakota menyambut kepulangan sang suami, memberikan pelukan, ciuman, dan membantu sang suami meletakan jas ke keranjang kusus pakaian kotor.Dylan mengecup kening Dakota. “Aku selalu ingin pulang cepat, karena aku tahu istriku menungguku di rumah.”Dakota tersenyum hangat merespon ucapan sang suami tercinta. “Delmer dibawa orang tuaku, kan?” tanya Dylan sambil membelai pipi Dakota.Dakota mengangguk. “Iya, Sayang. Delmer dibawa orang tuamu.”Dylan memeluk pinggang Dakota. “Bagus, satu pengganggu kecil sudah diamankan.”Dakota mendelik, seraya memukul pelan lengan kekar Dylan. “Bisa-bisanya kau menyebut putra kesayanganku sebagai pengganggu kecil?”Dylan terkekeh melihat kemarahan di wajah Dakota, dia menarik dagu sang istri, mencium dan memberikan lumatan lembut di bibir istri tercintanya itu. “Delmer juga putra kesayanganku, tapi bocah kecil itu sering mengganggu keromantisan kita, Sayang.”Dakota mendengkus sambil mencebikkan bibirnya jengkel. Ya, dia tah

  • Heart Stealing (Mencuri Hati)    Bab 98. Extra Part

    Dua tahun berlalu … Suara tangis bayi membuat Dakota yang terlelap langsung terbangun dari tidurnya. Wanita cantik itu langsung melangkah menuju box bayi, menggendong bayi kecilnya yang menangis, dan memberikan susu.“Diana bangun?” Dylan menyibak selimut, menghampiri istrinya yang meberikan susu untuk bayi perempuannya.“Iya, Sayang. Sepertinya Diana haus,” jawab Dakota lembut seraya menatap hangat putri kecilya itu.Dylan membelai kepala Diana. “Kau pintar sekali minum susu, seperti Daddy,” bisiknya ke telinga putri kecilnya itu, tapi tetap terdengar di telinga Dakota.Dakota mendelik tajam menatap Dylan. “Dylan! Kenapa kau bicara seperti itu pada Diana?”Dylan terkekeh rendah. “Sayang, apa yang aku katakan benar, kan? Setelah kau menyusui putri kita, kau pasti menyusuiku.”Dakota mencibir. “Kau saja yang tidak mau kalah dari anakmu.”Dylan mengecup bibir Dakota. “Aku tidak akan mau kalah, kan seluruh tubuhmu adalah milikku, Sayang.”Pipi Dakota tersipu malu, dia tersenyum mendenga

  • Heart Stealing (Mencuri Hati)    Bab 97. Perfect Ending 

    Balutan gaun pengantin indah membuat penampilan Dakota sangat menawan. Konsep garden party yang dipilih Dakota, sangat cocok dengan gaun pengantin yang sekarang dikenakan oleh Dakota. Meski sederhana, tapi tetap sangat cantik dan elegan.Konsep pernikahan garden party adalah konsep pernikahan yang diinginkan Dylan. Awalnya konsep pernikahan yang diinginkan Dakota adalah konsep pernikahan seperti seorang putri dari Kerajaan. Yang pasti harus mewah dan berkelas. Namun, seiringnya badai menerpa konsep pernikahan itu berubah. Dakota menginginkan menikah dengan cara sederhana, tapi tetap elegan.Dylan sempat menolak konsep pernikahan garden party, karena pria tampan itu sangat tahu bahwa Dakota menginginkan konsep pernikahan mewah. Akan tetapi, setelah Dakota menjelaskan akhirnya Dylan mengerti. Bahwa memang sejatinya pernikahan yang paling penting adalah penyatuan dua orang mencintai, menjadi satu. “Oh, My God! Dakota Spencer, kau cantik sekali,” seru Audrey pada Dakota, dengan tatapan

  • Heart Stealing (Mencuri Hati)    Bab 96. Cinta Tak Akan Pernah Salah

    Persiapan pernikahan Dylan dan Dakota sudah ada di depan mata. Segala hal yang dibutuhkan oleh Dakota telah terpenuhi. Kali ini, Dakota menuruti keinginan Dylan yang ingin konsep pernikahannya jauh lebih sederhana. Dulu Dakota ingin konsep pernikahan mewah, wanita itu malah sekarang mengikuti Dylan yang ingin konsep pernikahan garden party.Alasan kuat Dakota ingin menikah lebih sederhana, karena dia merasa bahwa kebahagiaan bukan lagi tentang kemewahan. Menurutnya hal yang paling penting adalah kebersamaannya dengan Dylan dan Delmer. Itu adalah kebahagiaan yang tak terkira. Pusat kehidupannya sekarang adalah Dylan dan Delmer.Konsep pernikahan garden party dibantu oleh Ivory. Pun tak lepas oleh Audrey turut membantu. Ibu Dakota dan ibu Dylan membantu mengingatkan banyak hal. Namun, jika sudah berurusan dengan orang tua biasanya Dakota kerap kena marah, karena Dakota menginginkan yang sederhana.“Nona Dakota, ini laporan mengenai kebutuhan pernikahan Anda,” ucap Cali seraya memberikan

  • Heart Stealing (Mencuri Hati)    Bab 95. Takdir Dylan Bukan Ivory

    Bibir Dylan melumat lembut bibir Dakota. Dua insan saling mencintai itu berciuman dengan penuh kelembutan. Desahan merdu lolos di bibir Dakota di kala ciuman yang diciptakan Dylan begitu menggelora. Saliva mereka tertukar, membangkitkan hasrat mereka. Tangan lentik Dakota melingkar di leher Dylan, ciuman itu semakin panas—membuat keduanya sama-sama terlena.“Aku mencintaimu,” bisik Dakota kala Dylan melepaskan pagutannya.“Aku jauh lebih mencintaimu,” jawab Dylan seraya membelai pipi Dakota lembut.Dakota tersenyum hangat. “Aku bahagia Ivory menemukan belahan jiwanya. Lama tidak melihatnya, ternyata dia merajut kehidupannya. Dylan, sejak awal aku sudah menduga bahwa Ivory bukan wanita jahat. Hanya saja takdir selalu memberikan misteri pada semua manusia.”Dylan duduk di tepi ranjang, seraya menarik tubuh Dakota, duduk di pangkuannya. “Aku bukan pria yang baik untuk Ivory, dia pantas mendapatkan yang terbaik.”Dakota menangkup kedua pipi Dylan. “Kau memang bukan yang terbaik untuk Ivor

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status