Suasana sedang ramai ditambah guru yang akan masuk ke kelas mereka sakit, jam kosong di kelas mereka. Enzi kini tengah membaca buku novel, namun notifikasi di ponselnya mengalihkan perhatiannya.
Gilbert Datangi aku sekarang di rooftop.
Enzi mencebik kesal, “Mau apalagi sih dia?”
Gadis dengan rambut pirang pendek itu pun berjalan cepat menuju tempat terlarang untuk siswa itu.
Walaupun ia hanya dekat dengan Gilbert sebatas adik kakak orang-orang terkadang berasumsi jika mereka menjalin hubungan.
<Malam itu Gilbert tengah bersiap-siap untuk pergi dengan Alicia. Ia menyemprotkan parfum mewah di tubuhnya. Orang tua Gilbert adalah seorang pejabat berpangkat tinggi.“Gilbert, uangmu sudah ayah transfer,” ucap ayahnya yang tengah bersantai di ruang keluarga bersama dengan istrinya alias mama tiri Gilbert. “Mau ke mana kamu?”Gilbert yang baru saja turun dari lantai 2 ini pun menegak satu gelas minuman bersoda lalu menjawab ayahnya. “Aku mau jalan.”“Jika nilaimu hancur awas saja,” ucapnya mengancam.Gilbert tidak memedulikan omongan pria itu bahkan ia langsung berjalan ke arah garasi untuk mengambil mobil berwarna hitam dan meninggalkan kediamannya menuju apartemen Alicia.Gilbert &nbs
“Kita ikuti saja apa maunya, karena ini sudah termasuk ancaman. Aku bahkan tidak tahu apa yang dimaksud ‘hadiah spesial’.” Adelio pun mengambil lilin dari bungkusan hitam itu dan tiba-tiba saja listriknya padam kembali dan hanya menyisakan mereka dengan cahaya bulan yang remang-remang. “Nyalakan lilinnya,” suruh Gilbert. “Kita akan berpencar.” “Tapi, Kak….” “Ikuti saja apa maunya.” Mereka pun mengundi untuk mencari pasangan dan Felix yang tidak mendapatkan pasangan dengan terpaksa harus berjalan sendiri. Enzi dan Adelio menuju ke arah kelas 10 yang terletak di lantai dasar, Gilbert bersama Nara yang menuju ke area kolam renang, Alicia dan Letta menuju ke kelas 11 yang berada di lantai 2 dan Felix yang sendiri akan menuju kelas 12 yang terletak di lantai 3. Mereka pun berpencar mencari kunci gerbang yang katanya tersembunyi di sekolah ini. Berbekal dengan rasa takut dan hawa dingin yang tiba-tiba menyeruak yang membuat tengkuk m
“Bagaimana jika kita bertukar posisi, Enzi?” ucapnya dengan seringaian.“Apa maksudmu?”“Aku yang balik merundungmu dan kau jadi tikus mainanku? Bagaimana?”***Setelah kejadian itu seluruh murid diarahkan untuk masuk ke dalam kelas. Mereka semua harus belajar karena sebentar lagi akan diadakan ujian.Semua orang bingung mengapa Mia bisa berbicara seperti itu secara tiba-tiba di depan banyak orang. Apalagi dengan Letta semua orang benar-benar dibuat bingung.“Yakin itu Letta?”“Ya kalian pikir?”“Apa yang terjadi dengan sekolah ini?”Begitulah kira-kira beberapa omongan dari mereka yang tidak tahu kejadian sebenarnya dan hanya sibuk berspekulasi.Sekarang Letta berada di rooftop bersama Alicia, Nara, Felix, Gilbert, dan Enzi, mereka diam-diam menyusup menggunakan kunci yang telah diberikan Adelio kepada Enzi.Pada awalnya hanya
Dua hari telah berlalu. Namun, rumor tentang Adelio masih saja menyelimuti sekolah itu. Mereka tentu saja membicarakannya di belakang laki-laki itu. Siapa yang berani membicarakanya terang-terangan, bahkan identitasnya sebagai anak direktur telah terbongkar.Namun, tidak untuk Alicia, Nara, Letta, Gilbert, Felix dan Enzi.Felix kini menjejakan kakinya di belakang sekolah untuk sekedar mencari udara segar dan memikirkan masalahnya dengan Gilbert. Felix sebenarnya sudah mengetahui bahwa ibunya adalah ibu tiri Gilbert, namun ibunya baru jujur tadi malam.Nyatanya dunia ini begitu sempit.Rasa di hatinya begitu kosong, saat tadi malam ibunya mengajaknya untuk makan malam bersama.Sebuah benda dingin menyengat pipinya tak kala saat ia mendongakan kepalanya ke atas.“Letta!” kagetnya sembari menerima pemberian minuman kaleng itu dari tangan gadis itu.Letta membuka kaleng minumannya lalu menegaknya, lantas Felix memerhatik
“Oh, Felix! Ada apa?” tanyanya.“Aku hanya ingin berkunjung … dan membahas Gilbert sedikit denganmu boleh?” tanyanya kembali lalu memberi bingkisannya. Alicia pun mengiyakan dan mereka melanjutkannya di dalam apartemen milik Alicia.Sebenarnya Alicia hanya sedang bersantai setelah seharian sekolah dan tanpa diduga Felix tiba-tiba mendatanginya dan membahas Gilbert. Awalnya ia pikir hanya membahas ringan, namun dugaannya salah.“Gilbert adalah saudara tiriku, namun ibuku akhir-akhir ini menjadi sok perhatian tanpa sebab. Bukannya aku tidak senang. Namun ia malah membicarakan Gilbert di saat bersamaku membuat muak saja.”Tangan Alicia tergerak untuk memberi sebuah pijatan di bahu Felix untuk menurunkan ketegangan yang ada dan ia pun berhasil karena sekarang laki-laki itu malah terkekeh sambil menangis.Laki-laki itu bingung harus menangisi hidupnya atau menertawakannya sekarang ini. Ia cukup Lelah dengan kea
Nara akhirnya turun ke lantai dasar untuk menghampiri Alicia dan Enzi yang sedang berkelahi. Ia hanya melihatnya tanpa memisahkannya. Ia merasa de javu melihat kejadian ini kembali.Enzi yang menyadari tingkah Nara yang aneh pun menyudahi pertikaiannya dan mendorong Nara ke tembok secara asal, pakaian mereka tentu saja sudah basah akibat hujan. Hanya berselang beberapa menit mereka yang berpencar telah berkumpul kembali.“Nara!” teriak Adelio yang sekarang hampir menyerangnya dengan sebilah kayu, namun Letta berhasil menghentikannya dengan menendangnya ke sembarang arah.“GILA!”Apakah Adelio lupa bahwa Letta setara denganya? Ia merasa gagal dan akhirnya menyerang Letta dengan membabi buta, namun gadis itu tidak pantang menyerah.Felix dan Gilbert berlari terengah-engah untuk melerai mereka. Felix telah basah kuyup karena ia menceburkan diri di kolam renang ini pun segera memeluk Adelio dari belakang dan Gilbert mem
Ujian terlaksana dengan baik tanpa adanya gangguan dan hambatan. Nara dan Alicia memilih untuk diam sejenak karena mereka pun ingin mendapatkan nilai yang memuaskan juga. Adelio, Enzi dan Gilbert pun sama halnya. Berbicara tentang itu akhirnya Nara dibantu oleh Gilbert yang memiliki cukup banyak informasi, walaupun Nara sendiri sudah mengetahuinya. Ia hanya memancing Gilbert, padahal pun laki-laki itu tidak ada hubungannya dengan apa yang terjadi antara dirinya dan Adelio. Pagi ini Alicia terlihat sangat tenang melangkahkan kakinya menuju kelas. Hari ini ia membuat dirinya dengan tampilan baru, dari yang berambut lurus panjang tanpa poni kini ia merubahnya dengan poni tipis dan rambut yang sedikit bergelombang. Perempuan itu harus merubah tampilannya atas permintaan ayahnya. Hari ini ia akan bertemu dengan seseorang yang bahkan Alicia tidak tahu. Ayahnya hanya memberi tahunya untuk bersiap setelah ujian mereka akan makan malam dengan salah satu rekannya.
Malam itu di meja makan Adelio dan Alicia duduk saling berhadapan sedangkan orang tua mereka yang sibuk bercengkrama diikuti oleh Aurora dan Lucas. Si Kembar itu mencoba ikut tertawa sesekali karena mereka melemparkan beberapa candaan. Selama itu juga Adelio menatap perempuan di hadapannya dengan tatapan datar, sedangkan yang ditatap hanya tersenyum miring sembari memakan makanan di hadapannya seolah-olah tidak terganggu dengan Adelio. “Alicia dan Adelio bukankah satu sekolah?” tanya wanita paruh baya yang terlihat elegan malam ini. Ia adalah ibunya Adelio. Alicia menjawab dengan seadanya. “Iya, kami bersekolah bersama di Big Archipelago School.” “Baguslah kalau begitu kalian bisa bersama.” “Wow, bersama dalam konteks apa ini?” tanya Lucas pura-pura bersemangat padahal ia tengah sarkas, karena menurutnya kalimat yang dilemparkan ini terlalu ambigu atau lebih tepatnya mengharapkan sesuatu? Adelio mencebik, wajahnya terlihat kesal dengan