Siang ini Reegan World Grup telah heboh sejak pagi. Pasalnya setelah pesta pertunangan itu terjadi, Direktur utama mereka tak memperlihatkan wajah lebih dari satu minggu ini. Sesekali hanya sekretaris utamanya yang menghadiri undangan jamuan makan malam atau rapat penting lainnya. Hal itu membuat mereka semua bertanya-tanya, apakah direktur tampan mereka tengah pergi keliling dunia bersama dengan calon nona masa depan mereka? Ataukah direktur mereka tengah menyiapkan acara pernikahan? Semua itu sangat membuat mereka ingin tahu. Dan parahnyatak ada satupun gosip yang bisa memuat kabar dari direktur perusahaan mereka.Namun, siang ini Reegan World Grup sangat heboh dengan teriakan kekaguman. Ini bukan karena adanya kabar kedatangan direktur mereka atau kabar tentang calon nona masa depan mereka. Bukan hal tersebut yang membuat karyawan Reegan Word Grup heboh. Melainkan karena mobil sport Lambhorgini Veneno merah terpakir rapi di halaman pintu utama perusahaan tersebut. Di dalam mobil ya
Saat hari menjelang malam, suara deru mobil yang baru saja berhenti membuat Kenzie sedikit lega. Dia turun dari mobil setelah duduk untuk perjalanan yang panjang. Hatinya menghangat saat melihat pintu Villa yang terbuka. Disana, Lander telah datang dengan terburu buru dan segera menyambutnya. Tapi, dimana Ellina? Tiba-tiba dia harus memastikan keadaan Ellina karena takut akan ada hal buruk. "Tuan, maaf aku tak tahu jika tuan sudah pulang," Lander segera meraih tas di tangan Kenzie dan jas yang akan di lepas. Kenzie hanya mengangguk dan berjalan memasuki ruang utama dengan Lander yang mengikutinya di belakang. Pikirannya penuh dengan Ellina saat ini. Dan villa ini kenapa terlalu sepi? Tiba-tiba perasaannya yang sebelumnya memburuk tidak bisa menjadi lebih baik. Dia memutar tubuhnya menghadap Lander sesaat. "Bagaimana keadaan Ellina?" tanyanya langsung.. "Nona tak keluar sedikitpun dari kamar sesuai perintah tuan." "Begitu patuh?" tanyanya heran. Lalu Kenzie diam. Dia membalikkan
Tatapan Kenzie jatuh pada mangkuk bubur di meja nakas yang tak jauh dari Ellina. Dia melihat bubur itu utuh dan tak tersentuh. Bahkan obat dan buah yang tersaji dari pagi pun tetap berada di tempatnya. Tak bergeser apa lagi berkurang. Hanya bertambah banyak dari beberapa butir pil menjadi tumpukan pil. Tatapannya menjadi dingin, kelembutan yang sempat hadir itu musnah entah kemana. Ellina terkejut. Ekor matanya menatap nyalang ke samping, pergerakannya cepat. Dia melihat Kenzie yang juga menatapnya lurus. "Apakah mereka tak enak?" Ellina masih terpaku. Semua itu terlalu mengejutkan untuknya. Dia belum sempat bereaksi, ketika Kenzie telah berjalan ke sisi pintu dan berteriak. Membuat seluruh isi rumah naik ke lantai atas. "Lander...!" Mendengar teriakan keras membuat Lander begerak cepat menuju lantai atas. Beberapa pelayan yang juga mendengar langsung berlari, membuat pelayan lainnya tergopoh-gopoh mengikuti. Saat semua berkumpul di sisi luar pintu dan menatap takut, pandanga
Lander mengerutkan keningnya, tapi paham pada kata-kata Ellina yang tak terucap sempurna. Dia langsung berlari ke dalam kamar dan menyambar segelas air putih di atas nakas. Dan segera kembali dengan menyerahkan air putih pada Ellina. Cepat atau dia akan terlambat. Dan satu nyawa orang akan melayang. Ellina menerima air dari Lander, setelah meminum beberapa teguk, dia meletakkan gelas itu di tangan Lander lagi. Dia menarik tangan Kenzie cepat, dia tak tahu hal yang dia lakukan karena tak sempat berpikir. Tapi dia harus mencoba segala cara untuk menyelamatkan nyawa pelayan tersebut. Dia tak ingin menyesal kemudian. "Aku telah memakannya, Kenzie lihat, aku telah menghabiskannya."Tunjuk Ellina pada mangkuk di salah satu tangannya. Sementara satu tangannya masih menarik tangan Kenzie erat. Remasan tangannya bahkan menguat. Dia tak berharap bahwa akan ada kekacuan sebentar lagi. Dan Pemandangan itu membuat Lander dan semua pelayan terpaku. "Kau tak perlu menghukumnya, aku telah menghab
Kenzie tak bergerak. Matanya msih menatap gelapnya malam dengan suara ombak yang terdengar cukup jelas. Angin laut malam itu menggerakkan rambutnya pelan. Membuatnya terlihat seperti patung yang abadi."Kurasa aku sedikit kejam," gumam Kenzie jelas terdengar oleh Lander.Lander yang mendengar itu mengejek dalam hati. Sedikit kejam? Kau sudah membunuh banyak nyawa dengan wajah tak bersalah dan itu sedikit kejam? Tuan, sesungguhnya kau benar-benar kejam, oke.Alih - alih menyatakan semuanya dengan jujur, Lander hanya menyimpan semuanya di hatinya. Dia menatap punggung Kenzie yang terlihat angkuh dan dingin. Lalu dia mengingat bahwa memiliki satu informasi baru yang belum dia katakan. Tanpa menimbang, dia mengatakannya dengan jelas."Tuan, pertemuan antar tuan muda dalam bulan ini akan segera di laksanakan. Karena beberapa waktu lalu telah di tunda, maka pertemuan kali ini akan tetap terlaksana. Apakah tuan akan hadir?" tanyanya hati-hati. Kenzie membalikkan tubuhnya. Wajahnya sedikit
Alvian mengangguk lagi, lalu dia dengan ringan berkata. "Itu Ernest, dan dia adalah Reegan! Kenzie Alexis Reegan. Dia lebih kejam dari Ernest tapi semua hal yang dia lakukan adalah masuk akal. Kau pikir, kenapa Ethan di bunuh? Dan kami tak terkejut akan kabar itu?"Nero terpaku. Dia sekaan di ingatkan. Siapa dirinya, Ethan, Ellina dan dua orang teman yang baru-baru ini akrab bersamanya. Kata-kata Alvian sungguh jelas, membuatnya memikirkan Ellina lagi dan lagi. Lalu dia ingat tetang semua hal yang telah Ethan lakukan. Itu membuat napasnya tertahan sesaat dengan gidikan ngeri. Entah kenapa pikirannya selalu tertuju pada Ellina."Itu," ucap Nero ragu. " Itu tak mungkin karena Ellina kan?" tanyanya hati-hati dengan sedikit ragu. Saat ini perasaannya bagai teremas tanpa sadar. Dia melirik Alvian, berharap kata-kata yang akan keluar tak sesuai prediksinya.Alvian tertawa kecil. "Menurutmu?"Nero bingung. Tapi Lykaios menjelaskan singkat. Dia melihat raut wajah Nero yang bingung dan sedikit
Nero tertegun. Mereka semua memiliki akses dan cara sendiri untuk menggali informasi. Tapi dirinya, apa yang sudah dia lakukan untuk sahabatnya? Tapi satu hal yang mengganggu pikirannya. Dan itu membuat hatinya teriris. Dia dengan pelan menyuarakan isi hatinya."Kalian, tak pernah memandang Ellina dan Ethan sebagai sebuah pertemanan yang tulus kan?"Semua diam saat Nero mengatakan itu semua."Kalian, selalu memanfaatkan satu sama lain,"Dan lagi-lagi semua diam.Nero menatap kecewa. Harusnya dia tahu itu, saat Lykaios dan Alvian terlihat biasa saja saat Ethan tiada. Mereka hanya terlihat kehilangan sesaat lalu kemudian berekspresi seperti biasanya. Seperti tak pernah memiliki teman yang mati. Atau seperti tak masalah besar jika Ethan tiada. Dan hal itu melukai perasaan Nero."Maaf, kami bukan tak memiliki pikiran seperti itu. Tapi kami di besarkan dengan cara seperti itu," jawab Alvian jujur. Tak ada rasa bersalah di wajahnya saat mengatakan kejujuran itu."Dari kecil, kami di didik u
Hari-hari itu tak terasa telah berlalu. Minggu ini, Ellina terlihat jauh lebih baik dari hari sebelumnya. Dia baru saja membuka matanya saat melihat tubuhnya tak bisa bergerak. Dan matanya mendapati satu tangan kokoh tengah memeluk pinggangnya erat.Hal itu membuatnya menahan napasnya sesaat. Dia dengan hati-hati menoleh ke samping, melihat sebuah wajah yang terlihat lelap dengan sangat damai. Tiba-tiba ekspresinya berubah buruk. Jelas dia terlihat tidak suka dengan hal yang dia alami.Dia tak tahu sejak kapan Kenzie tertidur di sampingnya. Tapi selama satu minggu ini dia yakin bahwa tak pernah menemui Kenzie saat pagi. Tapi bagaimana bisa pria ini menyelinap masuk ke dalam selimutnya dan memeluk erat tubuhnya. Mau di pikirkan Bagiamana pun, dia tetaplah tak beretika dan pria mesum yang kurang ajar."Kenzie, lepaskan!"Bisik Ellina tegas. Suaranya tidak keras tapi itu cukup untuk membangunkan Kenzie. Dia mencoba melepaskan diri. Tapi nyatanya tubuhnya terseret semakin dekat saat tang