Share

Her Arrogant Stepbrother
Her Arrogant Stepbrother
Penulis: BabyElle

Bab 1: Titik Balik

'Aku sudah melakukan dosa besar!  Aku ingin mengakhirinya, tapi ... apa yang harus kulakukan untuk menghentikan dosa itu?'

***

"Aaahhh, ahhh, ummmhhh, aaahh! Lebih cepat, Honey! Yes! Ooh God!"

Deg deg—

'Siapa itu?' batin seorang gadis bersurai hitam ketika mau me-scan kartu aksesnya.

Suara desahan yang berasal dari balik pintu unit apartemennya membuat kegiatan gadis bersurai hitam itu terhenti. Kini rasa penasaran berhasil menguasainya, membuatnya diam-diam menyendengkan telinganya di pintu unitnya untuk mendengar lebih jelas.

"Ooohh ... Adam, you're so sexy! Aaaaaaahh!!"

'Suara itu ... tidak mungkin! Dia ...,' batin gadis itu dengan manik bergetar.

"Aaahhh, aahhh, oohh, huffft. I think I'm going crazy!" Kini terdengar suara pria yang diketahui bernama Adam dari balik pintu.

'Tidak mungkin! Dia  ... dia mengkhianatiku?' batin gadis surai hitam itu lagi, dengan air mata menggenang di pelupuk matanya.

"Adam, you're so sexy!" Suara seorang wanita tadi lagi-lagi terdengar. Nada bicaranya sengaja dibuat menggoda.

'Dasar wanita jalang!' umpat gadis surai hitam itu lagi dalam batinnya dengan penuh amarah yang sudah memuncak.

Namun, gadis itu masih mencoba untuk menahan rasa sakit yang sudah tak terbendung lagi. Ia tidak mau melabraknya dengan cara membabi buta. Ia harus melabraknya dengan cara yang elegan supaya memberikan efek permanen pada sepasang pria dan wanita yang saat ini sedang sibuk bercinta.

Secara perlahan, gadis surai hitam itu membuka pintunya, berusaha semaksimal mungkin agar tidak menimbulkan suara. Dengan langkah ringan, ia masuk ke dalam unit. Dari posisinya saat ini, ia melihat pintu kamarnya sedikit terbuka.

Lagi, dengan langkah sepelan mungkin, gadis itu menghampir kamar tersebut. Terlihat dengan jelas dari sela pintu, dua sejoli yang kini masih melakukan ritual panas mereka di atas ranjang bersprei putih yang sudah tak beraturan. Tubuhnya yang tanpa sehelai benang pun sudah dipenuhi dengan keringat. Suara erangan dan desahan masih terdengar dari mulut mereka.

'Menjijikan!' umpat gadis itu dalam hati.

Melihat adegan intim mereka, jantungnya bagaikan dihujam ribuan panah dan dihunus sebilah pedang. Sakit nya sudah tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Satu kata, sakit. Hanya itu.

Air mata sudah membasahi wajahnya. Begitupun dengan sorot matanya yang terlihat kosong, tidak memancarkan emosi apapun. Hampa. Hanya itu yang tampak dari manik biru langitnya.

Sementara itu, sepasang sejoli yang tidak menyadari keberadaannya, kini melanjutkan permainan mereka yang semakin liar. Tampak dari sela pintu, wanita bersurai pirang mulai memainkan pedang keperkasaan Adam dan memijatnya dengan agresif. Sedangkan si pemilik pedang tersebut hanya memejamkan matanya, seolah menikmati permainan wanita itu.

Gadis bersurai hitam itu tak kuat lagi menyaksikan ritual panas mereka di atas ranjang. Dengan sekuat tenaga dan amarah yang sudah memuncak, ia membuka pintu kamarnya dengan kasar hingga menghasilkan suara yang sukses membuat mereka menoleh ke arahnya.

BRAKK!

Bukannya berhenti, sepasang sejoli itu malah melanjutkan ritual mereka, seolah sengaja mempertunjukan keliaran mereka padanya. Sang wanita kini semakin bersemangat dalam melahap batang kenikmatan milik Adam sembari melirik ke arah gadis itu dengan tatapan sinis. Begitupun dengan si pemiliknya yang juga begitu menikmati kelihaian benda lunak tak bertulang wanita itu dalam memuaskan keperkasaannya.

Pemuda itu sengaja mengabaikan tatapan nanar gadis bersurai hitam itu yang kini sudah berlinang air mata karena menyaksikan kebejatan dirinya.

"Aahh, oohh God. Wow, you're amazing!" desahnya ketika cairan putih kental menyembur mengisi kerongkongan wanita itu.

Sementara itu, si wanita mengelap sudut bibirnya yang berlumuran cairan kental milik pemuda itu dengan tatapan penuh kemenangan. Wanita itu kemudian melirik ke arah gadis surai hitam itu dengan tatapan pura-pura terkejut.

"Oh my God! Sepertinya sedari tadi kita diamati oleh seseorang. Kenapa dia bisa ada di sini, Sayang?" ujar wanita itu sembari menempelkan tubuhnya ke tubuh Adam.

Melirik sebentar, pemuda itu hanya tertawa sinis. Ia kemudian beranjak dari atas ranjang untuk mengambil celana boxernya yang ada di lantai lalu memakainya.

"Well, what's wrong with you, Pricillia? Apa ada masalah? Bukankah kamu sendiri yang menolak untuk menjauhi pria itu? Aku sudah memperingatkanmu. Tapi kamu malah menantangku. Jadi, ini salahmu. Bukan salahku," ujarnya santai dengan tatapan sinis.

Sudah di ambang batas kesabaran, gadis surai hitam yang diketahui bernama Pricillia itu langsung menyuarakan semua unek-uneknya, "Apa?! Hubungan kami padahal hanya sebatas sepupu. Mana mungkin aku memusuhi sepupuku sendiri?! Lagi pula, kami hanya berlatih biola untuk pertunjukan orchestra saja!"

Namun, dengan kenyataan dirinya memiliki gangguan dalam berbicara, yang terucap adalah rentetan kata yang tak dapat dimengerti artinya, "Aa!? ubuaan mi da ha hana uu. Ana uin au eusui euuku ediri!? Agiua ami anya eaih ioa utu erujua ohesra ajha!"

Mendengar celotehan tak jelas itu, pemuda itu memegang pundak sang gadis, mencoba menenangkannya. "Bicaralah yang jelas! Aku tak menger—!"

Sebelum pemuda itu menyelesaikan ucapannya, gadis itu menepiskan tangannya dengan kasar. Sorot mata dingin bisa terlihat dari manik biru langit sang gadis, menunjukkan emosi yang menggebu-gebu.

DUAK!

"Kurang ajar!" teriak gadis itu, yang tentunya tak dimengerti maksudnya oleh Adam.

Walau melihat pemuda itu meringis kesakitan, tapi gadis itu tak berhenti melayangkan pukulannya.

DUAAK!

Lagi dan lagi, gadis surai hitam itu melayangkan pukulannya diiringi sumpah serapah dari mulutnya tanpa mempedulikan apakah perkataannya bisa dipahami atau tidak oleh pemuda itu. Ia hanya ingin melampiaskan rasa sakit dan kepedihan hatinya yang sudah tak terbendung lagi. 

Usai puas melampiaskan amarah dan emosinya, gadis itu langsung beranjak keluar dari sana.

Melihat tingkahnya yang seperti itu membuat Adam menghembuskan napasnya dengan kasar. Ia kemudian mengejarnya dan berupaya mencegahnya pergi dengan cara memeluknya dari belakang seerat mungkin.

"Kamu pikir bisa lari begitu saja dariku, hah?! Asal kamu tahu, semua yang kulakukan adalah karena kesalahanmu sendiri! Kamulah yang membuatku jadi seperti ini! Jadi bertanggung jawablah!" ujar pemuda itu dengan senyum sinis.

Sudah merasa jijik, Pricillia meronta-ronta minta dilepaskan. Ia mencoba melepas lengan kekar pemuda itu dengan sekuat tenaga. Namun, sayangnya tenaganya tidak melebihi pemuda itu.

Hanya satu cara yang bisa ia lakukan, yakni menggigit lengannya sekencang mungkin.

"Aaarrgghhh!!"

Gigitannya  sukses membuat pemuda itu berteriak kesakitan sekaligus melepas pelukannya.

Tidak mau membuang waktu lagi, gadis itu langsung membuka pintu unit dan beranjak pergi dari sana secepat kilat, seolah tak sudi menginjakan kakinya lagi di sana.

Sementara itu di dalam unit apartemennya, Adam mengacak-acak rambutnya melampiaskan rasa frustasinya karena gagal mencegah gadis itu pergi.

"Damn! Damn! F*ck! F*ck!! Shit!" umpatnya berkali-kali sembari berjalan mondar mandir.

Wanita bersurai pirang tadi kini mendekatinya lalu menyentuh pundaknya secara perlahan. Ia menyuruhnya duduk untuk menenangkan pikirannya.

"That Bitch! She so f*cking annoying!" pekik Adam dengan penuh emosi.

Menghela napas panjang,  wanita surai pirang itu berkata, "Tenang saja. Semua mahasiswi di kampus akan membantumu membawa kembali gadis itu ke pelukanmu."

Hening sejenak. "Well, that's right. She's nothing without me." Kini pemuda itu menoleh ke arahnya dengan senyum sinis.

"Of course, Honey. She's just a dumb girl. You're the one who make her special," sahut wanita surai pirang itu sambil tersenyum sinis.

"Hmmm ... you're damn right," ujar pemuda itu lagi dengan rasa bangga.

.

.

.

Sementara itu, Pricillia kini memilih untuk pergi menenangkan dirinya di sebuah gereja tua. Di sana ia bertemu dengan seorang biarawati yang sedang berdoa. Tak mau mengganggu kekhusyukannya, gadis itu berusaha untuk menghentikan tangisnya.

Namun, tanpa disangka-sangka olehnya. Biarawati tersebut menolehnya lalu bertanya dengan nada ramah, "Halo. Ada apa, Nak? Kamu sedang punya masalah, ya? Wajahmu terlihat begitu lesu."

Aneh tapi nyata, biarawati itu seolah-olah bisa membaca pikirannya saat ini. Ya, saat ini dirinya memang sudah lelah. Lelah menghadapi keberengsekan kakak tirinya.

Ya, pemuda bernama Adam tadi adalah kakak tirinya. Kakak tiri yang amat ia cintai dengan sepenuh hatinya.

Namun, rasa cintanya dikhianati dengan begitu hebatnya. Hatinya yang semula utuh kini sudah hancur berkeping-keping bagaikan pecahan kaca yang berserakan di lantai. Yang lebih membuat hatinya pedih, dirinyalah yang disalahkan. Ia disalahkan atas ketidakbermoralan kakak tirinya sendiri.

Meski sudah disakiti berkali-kali, pada akhirnya ia tahu kalau ia tidak bisa meninggalkannya. Jauh di dalam lubuk hatinya, ia ingin sekali memberontak, namun tidak bisa. 

Oleh karena itu, untuk saat ini ia membutuhkan tempat sandaran. Seseorang yang mau mendengarkan keluh kesahnya tanpa menghakiminya. Dan mungkin saja, biarawati itu adalah orangnya. Orang yang tepat menjadi tempat sandarannya saat ini.

Alhasil, karena tak kuat menahannya lagi, Pricillia langsung menumpahkan semua kepedihannya, rasa sakitnya yang sudah membeludak pada biarawati itu melalui bahasa isyarat.

{Kumohon tolong aku! Aku tidak bisa mengatakannya pada siapa-siapa ... aku takut mereka malah hanya akan menghakimiku saja. Aku tahu ini juga salahku karena tidak bisa menolaknya. Tapi, kumohon sekali lagi. Maukah Anda mendengar keluh kesah dan kesesakanku? Aku sudah melakukan dosa besar!  Aku ingin mengakhirinya, tapi ... apa yang harus kulakukan untuk menghentikan dosa itu?}

To be Continued ...

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sheila Maharani
awal cerita yang bagus,,, suka sama ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status