Menikah Kontrak Karena Merasa Bersalah

Menikah Kontrak Karena Merasa Bersalah

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-10-10
Oleh:  fu84storyOngoing
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Peringkat. 2 Ulasan-ulasan
5Bab
190Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Mira tak pernah menyangka masa lalunya akan kembali dalam waktu tak terduga. Begitu suasana kantor berubah dalam waktu sekejap, saat akhirnya CEO baru FoodBeary diumumkan, Mira mengenali sosok itu. Yang mana ternyata adalah Firman—lelaki yang dulu pernah ia rundung di masa SMA. Kini, Firman hadir sebagai atasan, dengan tatapan dingin dan sikap yang sulit ditebak. Di bawah tekanan dan tugas berat yang datang langsung darinya, Mira berusaha menebus kesalahan masa lalu sambil mempertahankan kariernya. Namun, di balik sikap tegas Firman, ada luka lama yang belum sembuh, dan perlahan berubah menjadi rasa yang tak seharusnya tumbuh di antara mereka. Mereka berdua sama-sama terikat oleh masa lalu—bedanya, kini tak ada yang bisa bersembunyi di balik jabatan ataupun penyesalan.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

“Dalam waktu dekat, saya akan mengundurkan diri sebagai CEO.”

Ucapan itu mengalir begitu saja dari bibir Pak Junaedi. Membuat Mira Anindita Hartono—31 tahun, seorang content strategist di divisi digital marketing. Dia nyaris menjatuhkan gelas air mineral yang sedang ia genggam. Sejenak, tubuhnya membeku. Jantungnya berdegup pelan namun tidak tenang.

“Ma—maksudnya, Pak? Bapak mau … mengundurkan diri?” tanya Mira perlahan, memastikan bahwa ia tidak salah dengar. “Nggak. Nggak mungkin Bapak mundur dari jabatan Bapak gitu aja.”

Rasanya seperti mendengar kabar buruk di siang bolong. Mira belum bisa memercayai bahwa seorang CEO yang ia anggap seperti ayahnya sendiri, justru tiba-tiba membuat keputusan sebesar itu.

Padahal selama ini, Pak Junaedi tidak pernah terlihat tertekan. Justru beliaulah yang selalu memberikan semangat kepada para pegawai, dari divisi manapun. Termasuk Mira yang baru genap enam bulan bergabung di FoodBeary. Perusahaan jasa pengantaran khusus makanan yang sedang berkembang di Jakarta.

“Kalau Bapak mundur. Siapa yang akan menggantikan posisi Bapak?” tanya Mira lagi, kini dengan suara lebih pelan. Suasana ruang kerja itu terasa pengap, meski suhu pendingin ruangan sudah disetel ke 17 derajat.

Pak Junaedi menyandarkan punggung ke kursi. Senyumnya tak lagi selebar tadi. “Seseorang yang lebih muda, sangat kompeten. Dewan direksi sudah memutuskan. Saya percaya dia mampu membawa perubahan yang baik.”

Mira terdiam. CEO baru? Lebih muda? Kompeten? Kata-kata itu bergaung di benaknya, disusul rasa cemas yang tak tertahan. Perubahan besar seperti ini jarang berakhir mulus. Apalagi bagi seseorang yang baru saja mulai merasa nyaman seperti dirinya. 

“CEO baru itu akan mulai transisi minggu depan. Kamu nggak perlu khawatir sekarang. Fokus saja sama tugas kamu, ya, Mira.”

Wanita itu mengangguk pelan. “Terima kasih, Pak. Saya ... sungguh tak menyangka bisa mendapat kabar seperti ini. Bahkan saya tidak diberi kabar apa pun oleh Bapak."

Bagi Mira, bekerja di FoodBeary adalah langkah awal dalam membangun karier jangka panjang. Ia masih belajar banyak hal, dan Pak Junaedi adalah sosok yang tak tergantikan. Kehilangan panutan seperti beliau, bukan hal yang mudah diterima.

“Saya percaya kamu bisa melewatinya,” ucap Pak Junaedi, menepuk pelan permukaan meja. Ia lalu berdiri dan meninggalkan ruang itu, menyisakan Mira yang masih terpaku di tempat.

Matanya menatap ke luar jendela. Langit Jakarta mulai kelabu, awan menggantung berat seolah mengerti beban hati Mira. CEO baru. Lebih muda. Lebih ambisius, mungkin?

****

Pukul 12.38 siang. Mira kembali masuk ke dalam lift lantai dasar FoodBeary dengan segelas kopi instan di tangan kanan. Kaus putih dan cardigan biru langitnya tampak kontras dengan suasana kantor yang terasa muram.

Dia baru selesai makan siang sendirian di kantin basement. Teman-teman lain entah ke mana, sebagian lebih suka nongkrong di convenience store dekat lobi utama.

“CEO baru? Siapa, ya, kira-kira?” gumamnya lirih, berbicara pada dirinya sendiri. Belum pernah seumur hidup dia harus menghadapi pergantian pimpinan langsung seperti ini.

Mira mencoba menghibur diri. “Nggak, Mira. Jangan mikir yang aneh-aneh. Bisa aja CEO barunya jauh lebih baik.”

Namun semakin dia meyakinkan diri, semakin kuat pula rasa gelisah yang mengendap di dadanya. Belakangan ini, bekerja sebagai wanita karier di usia kepala tiga membuatnya sering lupa arti pulang dengan hati ringan. Tuntutan pekerjaan, tekanan dari atasan , dan beban target membuatnya harus kuat setiap hari. Walau tak jarang tubuh dan pikirannya sudah kelelahan.

Begitu lift terbuka, langkah Mira sempat terhenti. Di kejauhan, suasana lantai marketing terlihat lebih tegang dari biasanya. Semua orang tampak berdiri.

“Hei, aku denger-denger Pak Junaedi mau mengundurkan diri?” bisik Gina, teman satu timnya—sambil menepuk bahu Mira.

Mira menoleh. “Dari siapa kamu dengar?”

“Dari beberapa kepala divisi. Kayaknya udah nyebar ke mana-mana,” ucap Gina dengan nada ringan. “Seriusan deh, Mir. Kalau beneran mundur, siapa yang bakal gantiin beliau?”

“Perusahaan kita masih kecil, Gin. Mungkin ya, beliau ingin generasi muda yang megang kendali.”

“Hmm, bisa jadi,” jawab Gina sambil menyeruput kopi. “Tapi tetep aja. Aku agak ngeri, sih.”

Belum sempat Mira menanggapi, suara berat dan tegas terdengar dari ujung ruangan. “Tolong perhatian semua!”

Seketika ruangan menjadi hening. Seorang pria dengan setelan jas abu-abu dan dasi garis-garis berdiri tegak di depan divisi mereka. Matanya tajam, pembawaannya penuh percaya diri.

“Saya sudah keliling semua divisi, dan menurut Pak Junaedi, divisi ini salah satu yang punya kinerja stabil,” katanya, suaranya bulat dan tegas.

Mira memandangi pria itu. Ada sesuatu yang terasa familiar, tapi dia belum bisa menebaknya. Sorot mata itu, suara itu. Ada memori yang mencoba muncul ke permukaan, namun belum terbentuk jelas.

“Saya ke sini hanya ingin memperkenalkan diri,” lanjut pria itu. “Saya akan mulai aktif tiga hari ke depan, sampai Pak Junaedi resmi menyelesaikan transisinya.”

Detik itu, Mira mulai gelisah. Dadanya berdetak lebih cepat dari biasanya. Pikirannya belum tenang ketika pria itu melanjutkan kalimat berikutnya.

“Nama saya Firman. Firman Setiawan. CEO baru FoodBeary yang akan menggantikan Pak Juanedi.”

Mata Mira membelalak. Detik berikutnya, seluruh kenangan dari masa SMA menghantam seperti gelombang tinggi. Firman— si kutu buku pendiam, korban bullying. Korban yang dulu, tanpa ia sadari, paling sering jadi sasaran Mira.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Ulasan-ulasan

Acy
Acy
di tunggu updatenya jangan lama- lama kak
2025-11-06 17:22:10
0
0
QueenShe
QueenShe
otw sini buat baca cerita Mira
2025-11-05 22:21:24
1
0
5 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status