Share

Pinjam Dulu Seratus

Penulis: Trioboy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-11 14:26:55

"Seratus Ribu aja, La. Nanti diganti setelah suami mbak gajian. Ibu kan belum datang, jadi satu-satunya yang bisa menolong mbak sekarang hanyalah kamu." Salma mencoba membujuk adiknya agar mau melepas cincin di jarinya, harta satu-satunya yang jarang dia lihat pada adiknya.

"Maaf, Mbak. Nabila gak pegang uang," jawab Nabila lemah.

"Ya ampun, Bila. Kenapa sih suamimu gitu amat. Dia gak kasih kamu uang atau gimana?" tanya Salma heran, merasa adiknya itu sudah berbohong kalau tidak punya uang, apalagi emas di jari manisnya begitu menyilaukan mata Salma.

"Bukan gitu, Mbak. Bila yang gak mau pegang uang, toh semua kebutuhan sudah dipenuhi oleh Mas Adnan, kan?" Nabila menjelaskan. Memang Nabila tidak mau pegang uang karena semua kebutuhan dapur maupun kebutuhannya sudah Adnan siapkan.

"Itulah, Bil. Resikonya punya suami yang gak kerja, uang aja gak punya." Salma mulai menghina Adnan di depan istrinya sendiri.

"Mas Adnan kerja kok, Mbak. Buktinya dia bisa memenuhi kebutuhan dapur kita, dia memberi uang kalau Bila minta buat beli sayur, itu pun jarang." Nabila merasa tidak terima suaminya dihina.

"Kerja apa?" Melihat Nabila tidak bisa menjawab, Salma semakin menatap adiknya dengan sinis. "Masa gak punya simpanan? Itu emasmu ada di tangan." Salma menunjuk cincin emas yang melingkar di jari manis adiknya, mulut wanita itu sudah gatal ingin sekali mengatakannya.

"Ini emas juga punya Mas Adnan, Mbak. Dia yang belikan." Nabila menyentuh cincinnya, dia sangat senang karena suaminya itu sangat perhatian. “Buat tabungan anak kita nanti,” ujar Adnan waktu memasangkan cincin itu.

“Adnan? Bukan dari hasil kamu menjahit?” tanyanya terpukau. “Tapi buat kamu kan? Berarti cincin itu milikmu. Boleh dong mbak pinjam emasmu dulu, nanti mbak ganti cincin kamu.” Salma masih memaksa.

“Nggak berani Bila, Mbak. Harus ijin Mas Adnan dulu.” Nabila mulai merasa risih dengan kakaknya yang selalu memaksa, dia pun masih ingat kalau kakaknya itu sering membicarakan dirinya di belakangnya, menghinanya karena mau menikah dengan Adnan yang hanya mereka kenal dalam waktu yang singkat.

"Mana bisa sih perempuan kayak kamu gak butuh uang, apalagi sebentar lagi kamu melahirkan. Nabila, kasian amat sih kamu," ucap Salma bersimpati, namun dengan nada kasar..

"Bisa kok, Mbak. Bila gak harus dipusingkan dengan masalah uang." Nabila masih berkata sopan meski hatinya sudah bergetar dari tadi. “Cincin inipun buat persiapan melahirkan nanti, Mbak. Buat keponakan Mbak sendiri.”

"Bukan gitu maksud Mbak… kamu itu gak ada kerjaan, kuliah saja enggak, kalau Adnan selingkuh dan kalian cerai, mau makan apa kamu kalau gak ada simpanan." Salma terus berusaha meracuni pikiran adiknya.

"Mbak! Jangan bicara seperti itu. Ucapan adalah doa, lagian siapa yang mau cerai." Nabila sudah tidak tahan lagi dan merasa kakaknya itu sudah keterlaluan.

"Bukannya begitu, Bila. Mbak hanya mau membuka matamu, apa yang bakal kamu lakukan nanti sementara kalian akan punya anak. Harus punya pegangan." Salma tak kalah keras.

"Gak akan, Mbak. Perceraian dilarang agama!" Desis Nabila.

"Kalau suamimu selingkuh?" Tantang Salma.

"Jangan mendahului takdir, Mbak." Wajah Nabila sudah tegang.

Adnan yang memang memasang telinga dengan benar, merasa kakak iparnya itu sudah keterlaluan. Sebelum pembicaraan itu semakin jauh, Adnan memutuskan untuk ke dapur, pura-pura ingin buang air kecil.

"Ehem," dehemnya memberitahu kehadirannya. "Lho, serius amat kayaknya. Lagi bahas apa?" tanya Adnan yang melihat kedua kakak beradik itu duduk lesehan di lantai dapur.

"Nggak, Mas. Mbak Salma lagi cerita tentang Mas Adli." Nabila mencoba menutupi ketidaksopanan kakaknya.

Adnan berjalan terus ke belakang dan setelah kembali dari toilet, kakak iparnya itu sudah tidak ada.

*

"Mau mancing lagi kamu, Nan?" Terdengar lagi suara perempuan menyapa keesokan harinya, Adnan menoleh dari pekerjaannya menyiapkan umpan.

"Eh, Mbak Salma. Iya nih, Mbak. Mau mancing sama istri," jawab Adnan, melihat siapa yang menyapanya dengan dingin.

Salma hanya tersenyum sinis menanggapi jawaban Adnan, perempuan itu masuk tanpa disuruh lagi ke dalam rumah mencari adiknya, Nabila.

Adnan melanjutkan mempersiapkan keperluan mancingnya sebentar lagi, dia ingin memancing ikan nila dan mujair di danau favoritnya bersama istri tercinta, lalu mengajaknya makan makanan enak.

"Bila, mending kamu jual emas mu sekarang, mumpung emas lagi mahal." Salma langsung menyemburkan unek-uneknya ketika mendapati adiknya itu kembali menekuni mesin jahitnya.

"Kenapa dijual, Mbak? Mas Adnan baru membelinya, kenapa dijual lagi?" tanya Nabila tanpa mengalihkan perhatiannya dari mesin jahitnya.

"Sebentar lagi kandunganmu 7 bulan, harus mengadakan selamatan biar anak kalian nanti gak seperti aku dulu," ujar Salma antusias, dia sampai berjongkok di samping mesin jahit, menengadah ke wajah sang adik.

Nabila menghela nafas, mengunci jahitannya sebelum menyahut, "jangan menyalahkan takdir, Mbak. Kejadian yang lalu bukan karena mbak gak mengadakan acara 7 bulanan, bukan, tapi itu sudah takdir yang maha kuasa."

Salma berdiri dan menggebrak meja mesin jahit. "Susah ya, ngomong sama orang yang sok suci," geram Salma. Nabila mengelus dadanya terkejut, tidak menyangka kalau kakaknya bisa berbuat mengejutkan seperti tadi.

"Apa salahnya kita mengadakan selamatan? Biar aku yang ke pasar menjual emas itu," lanjut Salma memaksa.

"Emas apa?" tiba-tiba Adnan sudah ada di ambang pintu menyaksikan perdebatan kedua kakak beradik itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hinaan Ipar untuk Sang Raja Bisnis    Pernikahan Bisnis

    Amin masih terdiam, pikirannya berputar cepat, berusaha mencerna setiap kata yang diucapkan ayahnya. Darrel yang terlihat sudah akrab dengan Daran, terlepas mereka bertetangga sedari kecil, sekarang diikuti oleh sosok Lisa, gadis yang tak pernah ia bayangkan akan berinteraksi dengannya, apalagi di acara sebesar ini. Semua ini terasa sangat diluar dugaan, seolah hidupnya yang sederhana tiba-tiba berubah menjadi sebuah cerita yang tidak pernah ia pahami sebelumnya."Saya masih penasaran dengan Aminah, kapan kalian pernah bertemu?" Amin kembali menanyakan tentang saudari kembarnya.Lisa menyimpan senyumnya dan menatap Amin dengan penuh minat, “Ya, aku tahu banyak tentang Aminah. Kami sering bertemu di beberapa acara penting. Bahkan, dia pernah menyebutkan tentang kamu.” Lisa melirik sepintas ke arah Daran yang terlihat tidak mendengarkan pembicaraan mereka.Amin merasa semakin tenggelam dalam kebingungannya. Aminah? Saudarinya ada di acara penting? Ia tahu Aminah selalu menyembunyikan s

  • Hinaan Ipar untuk Sang Raja Bisnis    Ketenangan Daran yang Tengil

    Amin merasakan jantungnya berdebar kencang. Dia mencoba menyembunyikan kecanggungannya di balik senyum tipis yang dipaksakan. Situasi yang tidak biasa ini benar-benar membuatnya bingung. Lisa, gadis yang sering dibicarakan oleh rekan-rekannya di kantor karena kecantikan dan kecerdasannya, sekarang berdiri di hadapannya, tersenyum hangat sambil mengulurkan tangan.“Saudara kembarnya Aminah, bukan?” Lisa tersenyum lembut.Amin merasa lidahnya kelu, dan pertanyaan bodoh meluncur begitu saja dari mulutnya. “Anda kenal dengan Aminah?”Lisa tertawa kecil. “Oh, hanya pernah mendengar cerita sedikit dari beberapa orang di kantor. Kalian keluarga yang harmonis, katanya.”Sebelum Amin sempat merespon, Daran menepuk bahu putranya dengan bangga. “Perkenalkan, ini putraku satu-satunya. Seorang pria pekerja keras yang selalu memberikan yang terbaik. Dia anak yang berbakti kepada orang tua.”Amin kembali tersenyum, kali ini dengan perasaan semakin tidak nyaman. “Ayah, aku rasa mereka sudah tahu.”“

  • Hinaan Ipar untuk Sang Raja Bisnis    Ayah yang Tidak Terduga

    Suara tegas dari seorang pria membuat mereka berdua menoleh. Darrel, sang atasan yang dulu giginya pernah dipatahkan oleh Aminah, tiba-tiba muncul di dekat pintu masuk, menyusul Amin dan Daran. Dengan senyum dingin yang membuat suasana semakin canggung, dia melangkah mendekati mereka."Apa yang sedang terjadi di sini?" Darrel bertanya, meskipun jelas dia sudah tahu jawabannya. Pandangannya tertuju ke Daran, seakan menilai pria yang berdiri di depannya. "Jadi, ayahmu datang, Amin?" lanjutnya, menekankan kata 'ayah' dengan sedikit nada mengejek.Amin tergagap, tidak tahu harus menjawab apa. Dia ingin sekali menyembunyikan kenyataan bahwa ayahnya, yang disangkanya pengangguran, muncul di acara ulang tahun ayah bosnya itu. Dia khawatir Darrel akan menganggap rendah dirinya atau mempermalukannya di depan rekan-rekan kerja."Ya, Pak. Ini ayah saya," jawab Amin akhirnya, suaranya terdengar lemah.Namun, yang terjadi kemudian sungguh di luar dugaan. Darrel mengulurkan tangannya ke arah Daran

  • Hinaan Ipar untuk Sang Raja Bisnis    Ayah Pengangguran

    "Putri kesayanganmu itu sudah mematahkan giginya, Daran!”Mendengar itu Daran ternganga, terkejut mendengar penjelasan istrinya. “Kamu pikir itu bermain, itu sudah taraf melukai, apa kamu tidak pernah berantem semasa kecil?” ujar Diana lagi, suaranya penuh kekhawatiran.“Pernah sih, aku lebih seringnya dikeroyok oleh orang lain,” jawab Daran, dengan tampang yang masih ada gurat keterkejutan. Dia mengingat masa kecilnya yang penuh dengan kenangan pahit.“Orang kaya seperti kamu juga dibully?” Diana bertanya tidak percaya. Matanya membesar, seolah-olah tidak bisa menerima kenyataan bahwa suaminya yang tampak kuat dan berwibawa itu pernah menjadi korban bullying.“Lebih tepatnya, mereka dibayar oleh Kak Agung untuk membuatku tidak percaya diri.” Daran termenung mengingat masa kecilnya, karena dia merasa bodoh waktu itu sebab menganggap Agung sebagai malaikat tak bersayapnya. Kak Agung, saudara tirinya, selalu tampak baik di depan orang tua mereka, tetapi di belakang, dia adalah sumber pe

  • Hinaan Ipar untuk Sang Raja Bisnis    Muhammad Aminuddin & Siti Aminah

    Fatimah menengok ke belakang, menatap Agung yang berteriak memanggil namanya. Ada rasa berat di hatinya meninggalkan Agung yang selalu mendukungnya, meski lelaki itu sangat dingin.“Sudahlah, Sayang. Sudah waktunya kamu move on. Pria gak guna itu wajib ditinggalkan.” Seorang lelaki bertampang bule mengelus pelan pundak Fatimah.“Ya, kamu benar,” jawabnya seraya berpaling dan tersenyum ke arah lelaki yang bernama Bram, teman lelakinya selama ini.“Untung aku menemukanmu setelah menelusuri jejak yang kamu tinggalkan, Sayang. Suamimu itu bukan darah biru seperti aku, kalau sama aku, kamu hanya bisa senang-senang dan uang ngalir terus ke rekening kamu,” seloroh Bram sombong, sambil meremas-remas pundak Fatimah.Fatimah tertawa lebar mendengarnya, dan si Bram langsung mengecup bibirnya, lalu terjadilah adegan dewasa yang tak diinginkan.Sementara Agung jatuh berlutut, dia tidak menyangka Fatimah yang penurut ternyata mengkhianatinya. Dia tidak pernah menduga, wanita itu bakal berselingkuh

  • Hinaan Ipar untuk Sang Raja Bisnis    Pulau Karang

    Diana dan Daran sudah menempati rumah almarhum Nabila. Seperti rencananya dulu, Daran bakal pergi ke perusahaan menggunakan helikopter. Sedangkan Adnan sudah kembali ke rumahnya dan sudah jarang pergi ke kantor, karena dia mempercayakan perusahaan ke tangan Daran, kecuali ada keadaan darurat barulah pria itu turun tangan. Adnan hanya menyibukkan dirinya dengan bersantai di halaman belakang rumahnya, atau akan berjalan-jalan menjenguk cucu kembarnya.“Pintar sekali sih cucuku, Amin dan Aminah. 4 bulan sudah bisa duduk, sedangkan bapakmu dulu 4 bulan masih belum bisa membalikkan badannya,” ucap Adnan, sambil memangku kedua anak Daran yang sudah beranjak usia 5 bulan.“Diminum, Yah, kopinya.” Diana membawa secangkir kopi dan sepiring pisang goreng ke hadapan ayah mertuanya.“Kenapa Daran belum pulang, sudah sore seperti ini?” tanya Adnan, menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 6 sore.Diana menghela nafas panjang. “Palingan mampir dulu ke sungai, Yah. Daran lagi keracunan hob

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status