'Tidakkah mimpi buruk yang akan terjadi, Grace? Apa kau akan mempermalukan dirimu demi milikku ini? Dasar bodoh. Kau hanya akan merasakan milik gigolo murahan!' batin Fien.
Fien bangkit dari tempat duduknya. "Tidak sekarang, Grace. Aku belum mencintaimu. Sekarang siapkan piyamaku, aku akan membersihkan diriku di kamar mandi," ujarnya sekali lagi dengan perintah.
"Oh, baiklah Fien, baiklah ...," Grace segera berlari kecil mengambil piyama untuk Fien Clark dan juga handuk mandi.
Selagi mandi Grace menyiapkan dirinya dengan sebuah pakaian seksi yang telah ia siapkan. Ia mematut dirinya di hadapan cermin, menyemprotkan parfum beraroma manis bunga Lilac. Seolah harapan itu masih akan berpihak kepadanya.
"Apa ini masih belum cukup, Fien. Meskipun kau tak mencintaiku, setidaknya kau bisa menyentuhku dan memuaskan ku malam ini," lirih Grace dan ia menghempaskan napas pelan yang membuat kaca di hadapannya mengembu.
Tak lama kemudian, Fien telah menyel
Alice memejamkan matanya dan disambut Antonio dan Sherly yang menahan tubuhnya karena limbung."Alice, apakah kau baik-baik saja?"Alice menenangkan dirinya. Ada dorongan marah karena mereka memindahkan dirinya tanpa ia sadari.Setelah tenang ia segera menuntut penjelasan pada Antonio."Kenapa kau membawaku ke tempat ini? Bukankah kalian juga tinggal di kota Z dan sekarang kalian membawaku entahlah kemana. Jelaskan padaku apa alasannya, Antonio?""Alice, kami tidak ingin kau dalam bahaya lagi. Dengar, kau tak boleh bertemu dengan pria itu, dialah yang membuat hidupmu hancur. Percayalah.""Pria itu? Siapa yang kau maksud?""Alice, percayalah, kau tak perlu tahu sehingga membuat kepalaku terasa sakit. Sementara ini jalani saja hidupmu dengan baik, hmm?"*Grace tertidur di lantai kamarnya dengan lingerie dan jubah tidur yang masih melekat di tubuhnya. Fien Clark bangun dan melihat gadis itu sepertinya tidur tanpa a
Fien Clark yang merasa marah dan frustrasi akhirnya melepaskan tangannya dari karyawan tersebut, ia menatap dokter wanita itu dan merasa wanita itu punya jawabannya."Maaf," katanya pada petugas loket tersebut.Fien Clark mengikuti langkah Dokter tersebut, lalu ikut duduk berhadapan dengannya di sebuah ruangan periksa."Adakah yang bisa kubantu, Tuan?""Namaku, Fien Clark. Berikan aku informasi yang sebenarnya," kata Fien."Baiklah tuan Fien, informasi apa yang anda butuhkan?""Alice, aku bertemu dengannya di rumah sakit ini, katakan padaku dimana dia sekarang? Bagaimana mungkin aku tak bisa bertemu dengannya padahal aku berbicara dengannya kemarin," terangnya."Alice? Apakah anda benar mengenalnya? Siapa Anda sebenarnya?""Benar bukan? Gadis itu memang ada di rumah sakit ini, bagaimana perempuan itu menyebutku halusinasi? Apa dianggapnya aku ini sudah gila?" sungut Fien Clark."Mereka hanya berbicara masalah data, sayangn
Sebagai pria, siapa yang tak marah menyaksikan calon istrinya bermesraan dengan pria lain? Bahkan pria itu notabene pada kasus Alice karena pria itu adalah paman Grace."Inikah sebabnya kau tak bisa membela Alice? Inikah sebabnya kau cenderung menunda dan enggan menyelesaikan kasus ini?" Antonio masih menatap sangat tajam pada dua sosok pria wanita yang terlihat asyik bercengkrama menunggu jadwal penerbangan."Tapi mungkin! Sekarang aku harus mencari tahu, sejak kapan sebenarnya mereka dekat seperti itu, mungkin saja mereka sejak lama bermain api di belakangku," lirihnya.Antonio berbalik arah dengan marah setelah ia beberapa kali mengambil foto mereka. Iapun pergi meninggalkan bandara untuk kembali ke rumah ayahnya.Sesampainya di rumah ia segera masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu. Ia ingin meredakan emosinya di dalam bathtub dan menghirup aroma terapi di sana.Sherly yang berada di dekat perapian untuk menghangatkan dirinya merasa terkeju
Antonio terkesima dengan penolakan Sherly. Dia berpikir gadis itu mencintai dirinya dan tak akan menolak apa yang ia lakukan. Kenyataan Sherly marah kepadanya, dan itu sangat terlihat dari sorot mata gadis itu yang menatapnya penuh api."Sherly ..., maafkan aku ...," lirihnya."Ini sangat membuatku kecewa, Antonio. Kau tak pantas melakukannya di hari-hari seperti ini," jawab Sherly. "Jangan memanfaatkan aku untuk melepaskan dan melampiaskan amarahmu. Kalau begitu kau sungguh menyakiti perasaanku, Antonio," tegas Sherly dan gadis itu membalikkan tubuhnya untuk membuka pintu.Bumm!! Sherly membanting pintu kamar Antonio dengan keras karena marah lalu ia keluar meninggalkan Antonio sendiri."Demi apa aku harus menjadi pengkhianat?" gerutu gadis itu.Alice melihat gadis itu berlari menuju kamarnya."Apa yang terjadi Sherly? Kau seperti melihat hantu."Sherly mengerjap, ia merasa malu andai bercerita kejadian tersebut kepada Alice."Kau b
"Jangan terlalu percaya diri, Fien. Kau akan tahu akibatnya jika kau lancang dan selalu menindas ku. Seharusnya kau mengerti apa yang aku maksud bukan?" kata Grace lalu merapat ke sisi Fien Clark yang sedang mematut dirinya di cermin."Ya, aku tahu. Aku juga tahu kau tak sebaik itu. Aku yakin obsesi yang kau miliki akan segera hilang, itu bagus. Grace, berkencan saja dengan pria lain yang mungkin mencintaimu, jangan paksa aku," lirihnya.Grace selalu saja kecewa. Fien Clark tak pernah memberikan kesempatan sedikitpun untuk dirinya.Ia membalikkan tubuhnya, mengerang pelan karena nyeri di hatinya.'Maafkan aku Fien, aku terpaksa melakukan ini," gumamnya pelan. Gadis itu melangkah ke sebuah nakas lalu kembali ke ruang tengah untuk sekedar duduk. Ia menunggu dengan hati berdebar.Kepala Fien Clark sedikit berdenyut. Pandangannya kabur dan ia dihinggapi perasaan aneh. Ia mulai membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Tak lama kemudian sebuah suara memanggiln
Setelah kejadian kebakaran tersebut Grace sangat tertekan. Sebab, Giant Travel adalah perusahaan penghasilan terbesar yang ia dapatkan. Dengan perusahaan ini, Grace bahkan bisa menopang seluruh kebutuhan hidupnya meski ia berfoya-foya.Sayangnya, bahkan polisi telah melacak jejak kebakaran tersebut dan hasilnya adalah itu murni konsleting dari sambungan listrik yang kabelnya sudah mulai tua."Paman, benarkah semua ini terjadi karena arus listrik yang konslet?""Begitulah, tak ada yang bisa kita lakukan, Grace. Kita harus mengganti uang pelanggan karena itulah jaminan keamanan. Asuransi tidak sepenuhnya membantu karena musibah tetaplah musibah.""Paman, aku masih belum yakin kalau ini bukan ulah seseorang. Sebaiknya carilah orang yang kompeten dalam meneliti kebakaran ini. Terlebih lagi sistem keamanan kita sangat rapi, konslet tidak seharusnya menyebar begitu cepat dan kenapa hidrolik kita tak berfungsi?" ujar Grace terus mendesak pamannya.Sementara
"Sepertinya aku ingin kau lebih serius menangani kasus Alice. Dia harus mendapatkan keadilan karena tindakan orang lain yang mengancam nyawanya. Apakah kau tak bisa melakukannya?"Antonio terus menatap Cindy dengan tatapan tajam namun lembut. Antonio belum ingin bertengkar dengan Cindy karena barang bukti yang asli rekaman kasus Alice masih di tangan Cindy."Masalah itu, ehmm baiklah, aku akan mencobanya, tunggulah beberapa saat lagi.""Aku sudah meminta seorang pengacara internasional untuk membantumu menyelesaikan kasus ini, besok pagi Tuan Lopez akan menemuimu. Ingat Cindy, aku tak bermain-main dalam kasus Alice ini. Selain aku berharap ia segera pulih, aku juga berharap pelakunya tertangkap," tegasnya."Antonio, aku juga bisa melakukannya sendiri, untuk apa kau mengundang Tuan Lopez? Aku sungguh tak menyukainya," protes Cindy.Cindy menolak tawaran Antonio karena tahu siapa Tuan Lopez. Selain otoriter, keputusannya sangat mutlak. Ini akan m
Grace tak menyadari apa yang baru saja ia katakan. Tekanan mental dan pengaruh alkohol membuatnya tak sadar mengatakan rahasia hidupnya. Gadis itu meracau lalu roboh di sisi Fien Clark."Apa dia mengatakan yang sebenarnya atau hanya mengigau? Benarkah kau telah membunuh Erick Davis?" lirih Fien Clark mulai gelisah."Jadi pertengkaran itu adalah karena Alice marah pada Grace bukan? Gadis itu pasti telah mendengar bualan Grace. Akan tetapi bagaimana mungkin pelakunya tidak terungkap sampai sekarang?" Fien Clark geram.Fien Clark memikirkan cara untuk mengungkap kebenaran dari mulut Grace. Bagaimanapun ia menyadari bahwa Erick Davis selama ini telah memberinya tempat dan banyak berkorban untuknya. Hari-hari kehilangan Alice membuatnya sadar bahwa selama ini ia telah banyak salah sangka terhadap saudaranya itu. Ia harus melanjutkan keinginan Alice untuk mengungkap siapa sebenarnya pembunuh Erick Davis yang selama ini mengarah pada dirinya._Grace meng