What's that saying about never looking a gift horse in the mouth? Well, I did. I looked it straight in the eyes, after I called it a moron, drooled a little, remembered I hate the oposite sex and then I ran. The life I have had changed the moment my mother passed. The life I struggled to adapt to after college tore me apart emotionally. I thought he was my saviour. He helped me grieve. He was there when I didn't want him to be, when I didn't know I needed him to be. He was everywhere and nowhere all at the same time. He fought my demons with me and for me, he watched me and over me. He creeped me out, but made me feel safe in many ways, so tell me why this specific gift came with only one stipulation. Who hurt me? The gift horse would be Lorenzo Russo. Empire builder and underground Mafia man. He's a smart man with good charms and psychopathic tendencies who ensures he gets what he wants, so he doesn't take kindly to being told no. By me.
View MoreDia datang menghampiri mejaku, "Hera." kejut Revan memukul meja Hera.
"Apaan sih," jantung Hera berdegup kencang, pipinya memerah. Hanya karena sebatas dikagetkan oleh Revan, siswa tampan, yang menjabat menjadi ketua di kelasnya dan sekaligus ketua osis yang di ikutinya.
"Haha, kaget kan lo." sahut Revan tersenyum yang membuat jantung Hera berdegup tidak karuan. Hera adalah siswi periang, dia mudah berteman dengan siapa pun. Namun terkadang, dia memiliki sikap agak dingin. Dia bertubuh gendut, mukanya berjerawat dan memiliki warna kulit sawo matang. Namun dengan banyak kekurangannya, dia memiliki kelebihan yang jarang orang dapatkan. Ya, dia pintar, semenjak dia menginjak bangku SD sampai SMA dia selalu mendapatkan juara.
...
Istirahat tiba, terlihat Frisila yang melambaikan tangannya kepada Hera dari kelas sebelahnya yakni 12A.
Frisila adalah siswa pindahan dan masuk waktu kelas 11 SMA, tidak sengaja dia di masukan di dalam ruang kelas yang sama dengan Hera yakni ruang kelas 11A. Waktu mereka kelas 11 Hera yang di kenal dengan sifatnya yang periang, mengajak Frisila untuk bergabung dengannya. Namun Frisila di tarik duluan oleh rombongan Raisa, dia adalah rombongan cewe cewe cantik yang dekat dengan hampir semua cowo di sekolah. Raisa mengajak Frisila bergabung denganya, agar Frisila tidak usah dekat dekat dengan Hera. Frisila yang masih baru di sana, hanya mengikuti saja. Namun lama kelamaan sudah menjauhi Hera, Frisila di tinggal oleh rombongan Raisa.
"Kamu kenapa, enggak bergabung dengan rombongan Raisa lagi?" tanya Hera yang melihat Frisila duduk sendirian di dalam kelas.
Frisila yang tersadar bahwa Hera sudah berada di dekatnya pun menjawab, "Ah enggak kok, aku lagi enggak mau ikut mereka aja." bohongnya.
"Oo, ya udah," sahut Hera, yang lalu mengajak Frisila mengobrol agar dia tidak sendirian.
Karena keasikan mengobrol, tidak sadar lonceng masuk sudah berbunyi.
"Eh, udah bunyi aja. Aku balik ke bangku ku ya!!" ujar Hera.
"Eh, iya," balas Frisila.
Karena sering bersama, lama kelamaan mereka dekat. Dan satu lagi temannya yakni Keysa, mereka bertiga bergurau becanda bersama. Hingga kelas 12 mereka bersahabat bersama.
Frisila dan Keysa menerima Hera apa adanya bahkan bersahabat dengan Hera adalah hal terbaik bagi mereka.
Disekolah mereka setiap kelas selalu di bedakan menjadi 2 ruang kelas, yakni A dan kelas B, Karena siswa yang mendaftar terlalu banyak.
Saat kelas 11 keysa berbeda ruang kelas dengan Hera dan Frisila. Namun saat naik kelas 12, Keysa satu ruang kelas dengan Frisila yakni 12A. Tetapi tidak dengan Hera, sekarang Hera berada di ruang kelas 12B dimana Revan juga disana. Dia tidak menyangka sebelumnya, dari kelas 10 sampai kelas 11 dia tidak pernah satu ruang kelas dengan Revan."Hai sila," sapa Hera membalas lambaian Frisila dan segera mendekatinya.
"Hai Ra," sahut Frisila.
"Mana Keysa?" tanya Hera mencari-cari Keysa di dalam kelas namun tak jumpa.
"Dia di panggil guru tadi," sahut Frisila melihat Hera mondar mandir mencari Keysa didalam kelas.
"Oo, ngapain?" sahut Hera keluar kelas.
"Enggak tau, mungkin mau di suruh suruh ibu!! Hehe," ujar Frisilla tertawa.
"Hmm, oke," sahut Hera.
"Ya udah, ayo kekantin. Nanti juga nyusul tuh Keysa." Frisila menggandeng tangan Hera menuju kantin.
....
"Hello bu," sapa Frisila kepada ibu penjaga kantin.
"Hello, Frisila" sahut ibu penjaga kantin.
"Pesan mi ayam, ya bu," ujar Frisila.
"Oke," sahut ibu penjaga kantin.
"Saya biasalah bu!! baksoo," ujar Hera
"Oke Hera," sahut ibu penjaga kantin yang langsung menyiapkan makanan.
Sementara menunggu pesanan, Hera melihat lihat dimana ada meja kosong untuk dia dan Frisila akan duduk. Saat dia melihat lihat, tak sengaja dia melihat makhluk tampan duduk di kursi bersama teman temannya. Ya, dia, tentu saja adalah Revan.
Hera menatapnya, dia berpikir, apakah Revan bisa menyukainya? dan secara tiba-tiba, tidak sengaja Revan beralih pandangan ke arahnya. Hera reflex memalingkan pandangannya dari Revan. Hera mengira, Revan melihat dirinya. Ternyata tidak, ternyata Revan memandang ibu penjaga kantin karena ingin memesan lagi.
"Ah, bu. Saya mau pesan es capucinonya lagi 1 ya, bu," ujar Revan dengan suara agak keras agar terdengar oleh ibu penjaga kantin.
"Oke!! di tunggu ya Revan," sahut ibu penjaga kantin.
"Oke bu," jawab Revan.
Hera sangat malu karena sudah berpikiran seperti tadi. Dia menunduk, kenapa bisa dia memikirkan hal itu. Dia saja tidak cantik, sedangkan Revan tampan. Mana mungkin.
"Hey ra," panggil Frisila kepada Hera yang menunduk.
"Ha, iya, ada apa?" sahut Hira kaget, dan langsung mengangkat kepalanya.
"Ealah gitu doang kaget," ujar Frisila tertawa kecil.
"Hehe sorry."
"Nih pesanan lu dah jadi," Frisila memberikan semangkuk mi ayam kepada Hera.
"Oke, makasih Frisila Anjelita, makasih juga bu," ujar Hera.
"Sama sama," sahut ibu penjaga kantin
"Hmm ayo," ajak Frisila untuk duduk.
"Ayo," sahut Hera.
Merekapun mendapatkan bangku yang kosong, untuk mereka duduki. Saat mereka sedang asik makan, tiba tiba terlihat Keysa datang dengan nafas ter engah-engah.
"Hey lu pada, tega ya ninggalin gue. Gue cari cari juga, dari tadi, kemana mana. Eh rupanya disini," ujar Keysa lalu mengatur nafasnya kembali.
"Nanti aja bicaranya!! Noh pesan dulu," sahut Hera.
"Hmm, ya udah. Bu pesan 1 porsi bakso dan 1 es teh ya," lanjut Keysa memesan.
"Oke,"
Saat Keysa sudah menerima pesanan, ibu penjaga kantin meminta tolong Keysa untuk mengantarkan pesanan capucino kemejanya Revan.
"Keysa, bisa antarin ini, sekalian ke meja Revan nggak?" tanya ibu penjaga kantin meminta tolong.
"Saya bu? Hmm, oke. Sini mana pesanannya," sahut Keysa mengambil pesanan Revan lalu pergi mengantarkan pesanan capucino kemejanya.
"Hey lu ... " ucap Hera terpotong saat akan menanyai Keysa.
"Bentar Ra, gue antar ini dulu," sahut Keysa.
Hera hanya melihat Keysa mengantarkan pesanan Revan.
"Nih Van, pesanan lu." Keysa meletakkan es capucino milik Revan ke atas meja.
"Makasih," sahut Revan.
"Sama sama," Keysa langsung pergi dan duduk ditempat yang sama dengan Frisila dan Hera.
"Udah?" tanya Hera.
"Iya udah," jawab Keysa.
"Lu tadi, lari?" tanya Hera.
"Iya."
"Ngapain lari sih? Ni kantin, enggak bakal pindah juga," ujar Hera.
"Iya, emang. Lagian, gimana bisa sih, kalau kantin lari? Penasaran gue. Lucu pasti ya!!" ujar Keysa tertawa.
"Yee, lu malah bercanda."
"Hehe, gue takut bel bunyi Ra," jelas Keysa sambil memakan baksonya.
"Emangnya, lu di suruh ngapain sih? Lama bener," lanjut Frisila.
"Tadi gue, di suruh bantu nyusunin buku, sama Ibu Ros," jelas Keysa.
"Ah untung, waktu Ibu Ros lewat, gue lagi ditoilet. Kalau enggak, pasti gue di suruh juga. Hahaha," sahut Frisila terkekeh.
"Bangga lu?" tanya Keysa.
"Ya, bangga nggak bangga sih," jawab Frisilla.
"Udah udah, gw dah selesai nih. Kalian lamban banget ya ampun makannya," ujar Hera yang sudah selesai menyantap mi ayamnya.
"Ya sabar ra," sahut Keysa.
"Lagian kalian, bukannya makan! Malah nyerocos mulu. Kan, kagak selesai selesai tu makannya," ujar Hera.
.....
Trriiinggg ... Bel lonceng berbunyi mendakan jam masuk kelas.
"Wey jamkos," ujar sahril berteriak.
JAMKOS(JAM KOSONG artinya tidak ada guru yang masuk ke kelas. Mungkin saja ada rapat atau kendala lain)
"Yuhuuu," seluruh murid kelas 12B bersorak girang.
Mereka sibuk masing masing. Ada yang sibuk bermain lempar lemparan, ada yang sibuk bergosip, ada yang usil, ada yang tidur, dan ada yang sibuk mondar mandi ke toilet.
Sedangkan Hera sendiri, sibuk menulis nulis bukunya."Hey ndut, sini," ajak Monica kepada Hira untuk bergabung.
"Aku?" sahut hera menunjuk dirinya.
"Iyalah siapa lagi, emang ada yang lebih gend ... " ucapan Monica di hentikan oleh Bara.
"Eh, mulut lu!! di jaga," sahut Bara, Bara adalah wakil ketua kelas 12B yang tak kalah tampan dari Revan. Dia tadinya akan duduk kembali di tempatnya, namun tidak sengaja dia mendengarkan Monica akan membody shaming Hera.
"Hmm, kok lu belain dia? Tapi kan, gue cuma mau ajak dia ngumpul, sama gue. Kasian noh sendiri mulu," ujar Monica.
"Iya, gue tau, niat lu baik mau ajak kumpul. Tapi jangan body shaming juga, tau enggak lu!!!" sahut Bara mengingatkan Monica.
"Syutt, udah Bara. Biarin," sahut Hera.
"Yang begitu, enggak bisa, di biarin Ra!! Entar kebiasaan," sahut Bara.
"Iya iya, ya udah tenang." ujar Hera
Tiba tiba Revan datang, dari luar kelas dan melihat keributan apa yang terjadi.
"Ada apa nih?" tanya Revan
Hera yang melihat Revan datang, hanya terdiam memandangi Revan.
"Ada apa, Ra?" tanya Revan lagi, kepada Hera yang memandanginya.
Hera yang tersadar, di tanyai Revan pun menjawab gugup, "Hah?"
"Astaga, orang nanya juga. Malah di bales, hah," ujar Revan membalas jawaban Hera.
"Hehe sorry." sahut Hera yang tadinya menghadap belakang, langsung berbalik ke depan.
"Gue kenapa sih," batin Hera, dan memukul dahinya.
Revan lanjut menanyai, Bara.
"Ada apa Bara?" tanya Revan.
"Enggak ada, ayo duduk," sahut Bara mengajak Revan duduk.
Monica hanya terdiam, setelah kedatangan Revan tadi.
"Hmm, oke," jawab Revan bingung, dengan apa yang terjadi.
Tiba tiba ada guru dari sebelah datang gara gara keributan kelas mereka.
"Ehemm," sahut guru dari pintu kelas.
"Woy guru," ujar sahril.
"Ha? ha, apa? Apa?" tanya Dela yang tadinya asik tertidur.
"Guru!! astaga. Makanya, jangan tidur mulu," ujar Rana menggeleng kepala.
Seketika semuanya berhamburan lari menuju bangku masing masing.
"Ribut banget! Sampai kedengaran di sebelah loh," sahut Pak Herman guru olahraga.
Semuanya hanya diam. Ada yang menunduk, ada juga yang hanya menatap papan tulis.
"Boleh ribut, asal jangan berisik. dengar!!" lanjut pak Herman.
"Astaga, gimana tuh?" guman Rozi.
"Bisa diam nggak lu!! Mau lu, di jemur di lapangan sama Pak herman?" sahut pelan Rendi menutup mulut Rozi. Karena dia tau, pak herman seperti apa. Bicaranya memang pelan, tetapi, sekali menghukum nggak tanggung tanggung.
"Iya iya, sorry."
"Ssst, diam." Rendi menutup mulut Rendi.
It has been 9 days since I've spoken to my girl. Once I found out what really happened the night Dante came home from throwing out the 'Trash' I couldn't believe my ears. But let's just say I'm thankful for my mother and father being at home."You going to be pissed at your brother for life now?" My dad asked me the night I split my brother's lip, gave him a black eye, broke his nose and broke 3 of his fingers on his shit hand. I walked out angrier than I had ever been."No. But right now he can fucking do one. He had no right""What happened between you and this woman?" He asks as he takes a sip of his whiskeySighing I take a sip of my own drink. It had been a hell of a night of sparring with some of my men, getting angry over minor situations and a woman I couldn't get out of my head.A woman who continuously beat herself up over losing our baby. I knew it wasn't her fault but she was adamant that it was all her fault. No amount of words I could say would make her guilt or fear go
4 days is what it took to do a 12-hour drive.I took 4 days to get from one state to another. On my way to Chicago, I did a bit of sightseeing in different places, I went to a few restaurants I've always wanted to travel to and did a bit of exploring during the day but slept at a simple motel.One of the first stops was New Jersey. It's as big as I believed it to be and I managed to go exploring while I was there. Visited one of the attractions which was Cape May, tried some of their famous wines and sat near a bonfire on the beach which was lovely.By day 3 I had gone through Pennsylvania, Ohio and Illinois and all three trips were heaven! So many beautiful sights I caught on the new phone I have and exploring some of the things each state does without boarding a plane or leaving America, I really did enjoy myself.It's been 5 days since I've seen Lorenzo. I haven't switched my phone on just in case they could still track it but I did remove my SIM card and also bought a new phone to
My plans backfired.I didn't want to go over to her house and lie to her face.I don't know what else I can do. When the box came to the house, the letter inside the envelope was what made me look at everything else gathered inside.It wasn't cryptic. It wasn't too long or too short. It was straight to the point.Lorenzo.Our time months ago, it has been proven that it was a magical night.I'd hate to think you'd abandon me and your unborn child.I know the kind of work you do. I know the type of man you are. I also happen to know that my child- Our child will be just like you as well. Everything about this is precious and a shock but I need you.One night together doesn't define what we could have.Here is a photo of the scan of our little boy, I'd like to think you'd accept my apology for springing this on you but you never returned my calls and you also never get seen about on your own so I couldn't talk to you about it. And then you became obsessed with another woman but if you wa
A pregnancy test.$100,000A Range Rover SUV jet black.The words he's spewing seem so far away. It doesn't seem like a man who wants me, but then again, does he really want me? Did he want me this afternoon, or was it just a punishment?"And what do I tell my cousins? Lorenzo?" I ask through the lump in my throat."Tell them you're travelling. Lorenzo won't buy it though so tell him it's space to think. He will offer alternatives but I need you to leave and stop screwing with my brother's head. He's the Don of a crime family. He doesn't need you."No, because he's got his new life waiting for him.A life I couldn't give him."Fine" I say but I feel my heart shattering all over again. He wants me gone and to stay gone so I will. I'll stay gone and I'll do what I need to do in order to survive."Oh and Isabella""What?" I ask without looking at him."I'm sorry you lost your baby. I know this is extremely hurtful and not the time, but Lorenzo needs an heir or heiress. You couldn't give
"Isabella?" He says my name with that Italian accent that I love so much.My heart is hurting with him being here but it's also kicking me for not feeling like I could be honest with him to begin with."Yes?" I answer."I want to kiss you so bad. I want to take you to bed and I want to lay with your head on my chest. I want you to hear how fast my heart is beating.Because right now it's beating so fast I feel like it might explode"His words shouldn't make me feel warm. They shouldn't make me feel anything.But they do.I take his hand and I lead him across the hall. I know I shouldn't and I know it's going to hurt when he leaves but I need to feel him. I need to hold him even if it's for one last time.Maybe I can convince myself that everything will be okay. He will leave and move on but my heart isn't in the same cahoots as it should be with my brain. My heart is telling me to love him still. To ask him to give me another chance. To love me. To forgive me but my pride won't allow
2 hours before."You're getting slow old man" Rafael says as he dodges my next punch."Slow? Fuck off.""Seriously man, what's going on?""I'm sorry if I'm not fucking sunshine. I lost my woman and I lost my unborn child the same fucking week" I say as I throw punch after punch his way. I'm only 29. Almost 30 but the fact that I have lost so much in such a short period of my life is my karma.All the bad things I have done and all the lives I've taken, the men I have lost on the way make me feel rage so deep today that everything I have felt since Isabella walked out of my house makes me feel angry.Pain. Anger. Grief.The whole fucking bunch and it kills me to watch her this way. It hurts so deeply that she hasn't even left her apartment unless it's to go out with Cody. That I know of.A few days ago, I had followed him once again and she was wearing black leggings, a hoodie and sunglasses paired with heavy black boots. Her hair was pulled up in a ponytail and she looked underweight.
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Comments