Athena Ambrose is a hunter and the best of her kind. However, she wasn't so sure about that anymore. Especially, after knowing that her current employer was the same man she slept with two years ago and the only man who could make her body scream of pleasure. Wanting to run away was difficult when the man himself followed her like a lost puppy But there were two big problems she now has to face. First, the man she slept with turned out to be Alpha Alexander, the world's baddest alpha. And second, the mark he left on her two years ago was starting to get on her nerve. But that was not all... Now that their fate are now intertwined, danger will come after them wherever they go.
View More“AYU! AYU!”
Suara itu mengema di rumahku. Aku yang meringkuk di atas tempat tidur dengan seprai usang yang pada tepinya sedikit robek sejak tadi langsung meloncat sambil berdiri. Di wajahku segera muncul senyuman paling lebar. Aku bisa merasakan kalau pipiku sakit saat ini.
“Ayah!” seruku sambil turun dari tempat tidur.
Aku tersungkur karena kakiku tersangkut seprai yang sobek. Tapi secepat kilat pula aku bangun. Ayahku yang tampan berada di depan pintu masuk, sedikit kotor, dan tampak agak oleng.
“Ada apa, Yah?” tanyaku ingin tahu.
Salah satu tangan pria itu disembunyikan di belakang tubuhnya. Ia tersenyum-senyum dan kemudian menjatuhkan diri di kursi rotan reyot di ruang tamu.
“Kemarilah! Lihat apa yang aku bawa untukmu!” katanya menyeringai.
Ayah berbau asam. Matanya selalu merah kapan pun aku bertemu dengannya. Sesekali kalau ia sedikit saja tampak lebih baik, ia akan bersikap buruk pada ibuku.
Setiap kali itu terjadi, aku akan bertanya kenapa. Dan Ayah akan menjawab sambil menaikan dagunya. “Itu memang pantas didapatkan ibumu!”
Aku hanya mengangguk untuk menanggapi. Umurku baru 11 tahun dan sama sekali tidak mengerti apa dengan pantas atau tidaknya. Yang jelas Ayah menyayangiku dan aku cukup dengan itu.
“Apa itu, Yah!” desakku.
Kuguncang lengannya yang kini kendor. Aku ingat saat kecil, ayahku begitu kekar. Mungkin karena harus bekerja setiap malam dan pulang pagi dalam keadaan sempoyongan makanya hal baik bernama kekaran itu menghilang darinya. Tak masalah. Aku menyayanginya apapun yang terjadi.
Dari belakang tubuhnya ia mengeluarkan bungkusan berwarna biru dan kuning dengan gambar berwarna coklat dan taburan kacang. “ESKRIM?” seruku tak percaya.
Sudah lama aku tidak mendapatkan eskrim karena ayah sangat sibuk. Aku hampir-hampir tak bertemu dengannya karena saat pulang sekolah ia sudah tidur di kamar. Aku hanya menemukan ibuku di dapur, mengerjakan sesuatu sambil terisak. Saat itu aku memilih menghindar. Ibu sangat menyeramkan saat marah.
“Kamu suka?” tanya Ayah padaku.
Aku mengangguk dengan sangat antusias. “Ya, suka sekali! Makasih Ayah!” Lalu aku berlari ke dalam kembali, mencari Ibu.
Ibu memang menyeramkan saat marah, tetapi jika tidak beliau sangat menyayangiku. Ibu akan datang ke kamar dan memelukku sepanjang malam. Kadang-kadang bahkan memandikanku dengan sangat bersih dan memujiku cantik.
“Bu!” panggilku.
Ia sedang memotong kayu di belakang dapur. Rumah kami memang belum memiliki kompor. Jadi untuk memasak Ibu masih menggunakan kayu bakar. Kayunya diperoleh dari kebun-kebun di sekitar rumah. Tidak perlu menebang, cukup menggumpulkan dahan-dahan yang jatuh ke tanah saja.
“Apa?” Ibu bahkan tidak menoleh padaku.
“Lihat! Aku mendorong bungkus eskrim yang diberikan Ayah tadi ke depan, memamerkannya. “Ayah pulang dan memberiku ini!”
Tiba-tiba saja Ibu berbalik ke belakang. Tanpa melihat apa yang kutunjukkan beliau masuk ke dalam rumah. Aku tak menyusulnya, karena pasti akan ada pertengkaran lagi. Aku pergi ke ayunan yang dibuat Ayah dari ban bekas tak jauh dari tempat Ibu memotong kayu tadi. Aku membuka bungkus eskrim yang aku terima.
Benar seperti dugaanku. Aku yakin kalau yang barusan peah adalah vas bunga yang kubuat dengan tanah liat sebagai tugas sekolah. Untung saja tidak kubuat bagus-bagus karena menduga hal seperti ini akan terjadi.
Lolongan Ibu begitu memilukan. Hanya saja aku tidak sedih mendengarnya. Soalnya Ayah bilang kalau Ibu hanya ingin cari perhatian saja. Setelah itu kudengar raungan kemarahan Ayah.
“SUDAH KUBILANG TIDAK ADA UANG KALAU SEBANYAK ITU!” teriak Ayah.
Uang? Selalu saja itu yang dimasalahkan Ibu. Padahal aku yakin Ayah memberinya cukup banyak untuk kebutuhan rumah juga untukku. Tetapi kenapa bisa selalu saja kurang ya?
“KAMU DIKIRIMI TERUS KAN? KENAPA TIDAK BERIKAN JUGA PADAKU!”
Lalu beberapa barang lagi terdengar pecah entah membentur dinding atau lantai. Eskrim yang kubuka sudah habis. Seharusnya pertengkaran kedua orang tuaku sudah hampir selesai. Aku memutuskan untuk meloncat turun dari ayunan kini. Tepat saat kakiku menjejak lantai, Ibu muncul dengan wajah merah. Ia menyambul parang yang diambilnya untuk memotong kayu. Lalu berbalik ke dalam dengan cepat.
Saat melihat itu, perasaanku mendadak tidak enak. Bergegas aku menyusul Ibu ke dalam. Begitu menjejakkan kaki di lantai ruang tamu, kulihat darah mengenang di lantai bawah sofa. Ayahku sedang kejang merengang nyawa.
“I-bu?” Aku mundur karena takut.
Di tangan Ibu parang yang diambilnya tadi berlumuran darah. Mendengar suaraku wanita yang melahirkanku itu menoleh, ia tersenyum. “Kamu mau ikut ayahmu?” tanyanya dingin.
Sontak aku terpekik dan melarikan diri kembali ke dapur. Aku tahu kalau Ibu pasti mengejarku di belakang. Dengan panik kuterjang kebun yang tak biasanya aku masuki. Yang ada di dalam pikiranku hanya melarikan diri.
Aku bisa mendengar suara Ibu memanggil namaku sangat sering. Samar-samar suara panggilan itu semakin terdengar jauh dan kemudian hilang sama sekali.
Betis dan lututku perih, aku tidak peduli dengan tanaman rambat putri malu yang tumbuh subur di dalam kebun. Bahkan rasa sakit di telapak kaki. Lari. Lari. Itu saja yang ada di dalam kepalaku. Aku hampir tersungkur saat melompati undakan pematang kebun. Sadar-sadar aku sudah ada di halaman depan rumah temanku.
“Loh, Yu, kamu kok muncul dari kebun?”
Aku mengangkat kepala dan memandang panik ke belakang. Kukejar temanku yang bertanya itu. “Tolong sembunyikan aku! Ibu! Ibu!”
“Ibumu ngamuk lagi, Yu?” tanyanya tidak paham. Tetapi, ia menarikku masuk ke dalam rumah.
Ia memanggil kakaknya segera. Seorang gadis berusia 17 tahun dan akan segera dinikahkan. Di kampungku pernikahan dalam usia semuda itu wajar. Mungkin suatu saat aku juga akan menikah diusia segitu.
“Kenapa teriak-teriak, Wis?” tanyanya. Matanya terpaku padaku segera dan kemudian pada lutut serta betisku yang gores-gores. “Kamu kenapa, Yu? Guling-guling di ilalang?”
“Ayah! Ayah!” Aku tidak mengerti bagaimana mengatakannya dengan benar.
“Tadi Ibu sekarang Ayah. Sebenarnya kamu diapakan sama orang tuamu?”
Aku mengeleng keras. Kakak perempuan temanku mencoba mengapaiku. Maksudnya mungkin mau mengobati lukaku. Tetapi, aku mundur lebih cepat dan menarik tangan temanku.
“Ada apa? Nda ada Ibumu diluar, Yu!”
“Ibuku nusuk ayahku, Wis! Sekarang ngejar aku!” Akhirnya aku mengatakannya. Tepat saat itu air mataku mengalir deras. Lalu getaran yang entah berasal dari mana mengoyang tubuhku. Ah, rupanya aku ketakutan.
“Apa?” Kakak temanku berteriak.
Gadis itu berlari masuk ke dalam rumah, tidak jelas ke mana. Tapi samar-samar ia berteriak di dalam dan tak lama kembali bersama dengan kedua orang tuanya. Para pria dan wanita dewasa itu terenggah-enggah. Kaki mereka kotor.
“Yu, kamu yang bener?”
“I-ya! Bapak ditusuk Ibu! Ibu kejar aku! Tolong sembunyikan aku!” Aku menyeka air mata dengan punggung tangan.
Padahal aku bukan anak cenggeng, tetapi menangis sampai seperti ini. Bahkan saat Ibu marah padaku, aku sama sekali tidak menangis.
Ayah temanku itu menarik kentongan yang tertempel di dinding. Ia memukulnya dengan cepat sebagai tanda bahaya. Dipukulnya terus-terusan sampai ada para pria yang muncul di halaman.
Athena felt a headache coming as two women walked to and fro behind her. There were makeup brushes in their hands and fusses about what dress she should wear.After her meeting with the Beast Lord two weeks ago, her life suddenly turned a 180. Ever since she became involved with the matter in that mysterious event, Athena has to live under the same roof as Alexander.And under a new identity as his consort.Yes. You heard it right - His f**king Consort.The first time she heard it, she almost wanted to go to the nearest convenience store to buy a Q-tip and clean her ears. She wanted to make sure she heard him right. And when she asked him again, his answer didn't change."You are to be my Consort."
In the blanket of silence, Athena felt her throat constricting as she heard those words.She had guessed that the Beast Lord and Alpha of the Southern Shifters Faction wouldn't request a hunter to play a small game. He has a plan that has a high risk to go with, and a simple human hunter was a toy perfect to play the role of a target.If the Beast Lord wanted to kill a Master whether they were an Alpha or Master Vampire, her life was a small price to pay in order to get their initial goal.However, she was curious why Alexander would want to kill a master? Wouldn't this movement cause a great rift between his kind?Suddenly, Athena had the urge not to dabble on this matter. Being curious and knowing too much would mean unnecessary trouble.
"So, what's the job?" Athena asked, before she could be tempted to grab the snacks on top of the table.She didn't understand why he would suddenly throw a ball of innuendo to her when this was their first meeting. Although Athena only knew of Alexander through news and rumors she's heard, most of those rumors could make the bravest and fearless person turn around and never look back as they run away from him.Alexander didn't say a response and only sat on the chair with his legs crossed. He looked like he was posing for a photoshoot in front of a camera, and Athena couldn't deny he was more perfect than just being photographed and kept in a frame.He was beautiful...Utterly beautiful. Not the feminine type of beauty but the kind of beauty only a male. A conqueror or a
The Royal Crimson Bar lived up to its reputation. Creatures of the night and humans mingled as they raised their drinks to the air and danced to the beat of the bustling music.The night hasn't yet reached its peak but humans flocked to this place without regard to the safety code the World Government established to protect them from the creatures of the night.Fifty years ago, the world dramatically changed after a phenomenon struck it with the revelation that the creatures of the night really exist and not some type of fiction that could be read in novels.It all happened in one single night. There was no struggle between the military and the creatures of the night. The government couldn't stop it. Stop them. They were so strong, powerful, and intelligent, that even presidents of every state and country willingly
Athena mercilessly threw the dagger at a deadly accuracy to Alexander but he caught it firmly between his two fingers and raised an amused brow at her."What a fierce wife I have. Ready to kill your husband as soon as our wedding night started." He smirked at her.She glared at him and was ready to throw another set of daggers to him. She could never believe that the handsome man in front of her ended up being her husband.When Alexander saw her grabbing another dagger, his blue eyes flashed coldly and suddenly, he disappeared from where he was standing and appeared in front of her.He smiled at the sight of her being surprised and felt the tug of pleasure rising inside him. He couldn't wait to wrestle with her in bed until morning.
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Comments