Share

Into The Cave

Penulis: Wiselovehope
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-03 12:03:57

"Baju kita basah kuyup." Joy dan Rey setelah mandi, baru sadar kalau baju pasangan penjelajah mereka yang mirip seragam pramuka itu tadi bekas terendam lumpur hutan cokelat tebal. Mereka sudah mencucinya di danau, tapi kini tak punya gantinya. Menunggu kering, masih sangat lama. Mungkin besok baru bisa dipakai kembali!

Syukurlah, di pulau Cinta ini mereka seperti Adam dan Hawa, hanya sepasang manusia berdua saja bersama hewan-hewan hutan atau pantai, dan sesekali juga masih ada hewan pengganggu. Hanya saja, nggak mungkin juga terus tak berbaju, 'bahaya' juga dong, walau mereka sudah halal jadi pasangan.

"Di tas ranselku ada handuk kecil dan handuk besar. Ambillah yang besar, Joy. Aku cukup yang kecil saja." Rey membuka ransel petualang anti airnya.

Dikenakannya sehelai handuk putih yang cukup untuk melingkari pinggangnya, sementara Joy buru-buru membentuk handuknya menjadi kemben yang pas menutup dada hingga setengah paha. Uh, syukurlah, cowok yang ada di sini sudah jadi suaminya, kalau tidak, walau imut tapi berbahaya banget.

"Eh, jangan lihatin aku terus, Sayang.." Joy merasa mata Rey yang sipit menggemaskan itu diam-diam masih iseng menjelajahi tubuhnya seolah mencari 'celah'.

"Ha ha ha, maaf.. Kamu pas berhanduk begitu menggoda banget. Susah betul bagiku yang walau sudah jadi suamimu, untuk gak melirikmu." aku Rey dengan suara rendahnya yang selalu membuat Joy merinding.

"Idihh.. yuk, kita cari jalan pulang dari sini ke pondok."

Mereka baru hendak berkemas melipat baju basah, saat menyadari, hari sudah hampir malam dan hutan-danau pulau Cinta mulai terselubung kabut putih tipis, yang semakin lama semakin tebal.

"Joy, sepertinya kita gak bisa kembali ke pondok." Rey berdeham.

"I, i, iya, nanti nyasar di hutan, kemalaman lagi.. Walau di pulau ini hanya ada kita berdua, gawat juga,..."

"Takut aku apa-apain yaaa..." Rey lagi-lagi menggoda Joy.

"Uhh, bukan itu ah !! Tapi kalau kita terjerumus dalam bahaya. Untung tadi cuma rawa-rawa berlumpur, kalau lumpur hisap, gimana ??"

"Iya ya. Ya udah, yuk kita cari tempat bermalam. Di dekat sini ada gua batu. Aku bawa korek api, untung tidak basah. Ada perlengkapan masak darurat juga. Untung ranselku hampir seperti kantong Emodoran si kucing robot masa depan . ^_^" Rey membimbing istrinya ke tempat yang ia sebutkan.

"Aku cuma bawa cokelat batangan, bisa untuk kita ngemil." Joy yang dulu pernah ikut jadi kandidat anggota klub pecinta alam SMU walau tak sampai lulus sudah keluar gegara malas melanjutkan pelatihan, selalu membawa cokelat di ranselnya.

"Cokelat yang paling enak itu yang dioles, bukan yang digigit." Rey sepertinya tak bosan-bosannya menggoda Joy yang memang sangat menggoda.

"Iya, ada nih. Chiko-chiko, jajanan anak SD." Joy mengeluarkan dua pak cokelat oles berbentuk stik itu.

"Nanti malam saja buat dessert." Rey tersenyum agak mencurigakan. " Ide yang menarik kalau makannya dengan cara yang tak biasa."

Tiba di gua itu, mereka disambut hujan deras tak lama setelah masuk ke dalamnya. "Syukurlah sudah sampai." Joy yang malas basah-basahan lagi buru-buru duduk di dasar gua yang kering.

Gua batu itu tidak begitu luas dan besar, cuma seluas kamar tidur di rumah pada umumnya, dan bagian dalamnya cukup bersih. Jadi lumayan untuk tempat persinggahan.

"Aku bawa matras. Jadi kita bisa duduk-duduk." Rey menggelar matrasnya di dasar gua. "Duduk berdempetan saja biar kau tak kedinginan."

"Uhh, berdempetan denganmu pakai handuk begini membuatku teringat kelas seni lukis anatomi manusia di FSRD dulu."

"Haaah ??" Rey gantian jengah mendengar kata-kata Joy itu. "Kau pernah jadi model di kelas seni lukis kuliahmu?"

"Bu, bu, bukan aku dan kuliahku. Di universitas lain yang lebih berani, konon ada model wanita yang siap 'buka-bukaan' saat kelas seni. Yah, kau bisa bayangkan, duduk atau tiduran di atas meja di depan kelas, buka semua yang perlu, sementara mahasiswa-mahasiswi seni di bangku dan meja kuliah atau kanvas mereka, dengan kuas atau pensil menggambar sketsa tubuhmu. Dibayar lumayan juga, konon sejam begitu, sama dengan gaji kantoran sehari penuh, lho. Mahasiswa sering patungan membayar si model."

"Hmm. Kalau aku tahu ada jurusan seni begitu, dulu aku tak jadi ah, ambil kuliah jurusan IT." canda Rey. "Tapi, jadi fotografer ada juga sebenarnya model yang berani tampil all-out kok. Hanya saja.." Rey pura-pura pasang wajah alim, "akunya yang gak mau, padahal banyak gadis mau aku foto begitu."

"Uhh, seram. Menahan nafsu." Joy sedikit banyak membayangkan Rey juga sedang berusaha mengarahkan kamera tanpa gemetaran agar hasil jepretannya tidak blur.

Tentunya susah bagi seorang pria sejati, ibarat makanan lezat siap santap tersaji minta dinikmati, alangkah susahnya untuk menahan diri agar tidak nyomot.

"Kami 'profesional'. Itu kata mereka. Tapi siapa berani jamin kalau model dan fotografer takkan pernah tergoda untuk berbuat." Rey memutar-mutar bola matanya yang selalu membentuk smize itu.

"Kalau kau bisa saja tak tergoda, tapi bisa saja mereka terus menggodamu?" Joy tiba-tiba kumat cemburunya.

"Seperti kau tanpa berkata apa-apa saja sudah menggodaku dari tadi?" Rey mulai bersuara rendah yang selalu berhasil membangkitkan gemas Joy.

"Uhhh, ayo Rey, kita makan dulu. Lapar sekali. Nyalakan lampu daruratmu, kita panaskan makanan bekal kita dan buat air panas untuk menyeduh teh dengan api unggun."

"Ide baik! Ini ada kayu-kayu kering, kita susun di depan gua dan buat api unggun kecil setelah hujan berhenti."

Mereka selama satu dua jam menikmati hidup seperti Mr. dan Ms. Flint Stonez dan berdua menikmati momen manusia jaman batu itu, saling bercerita tentang segala kenakalan jaman kuliah mereka

"Dosen cewekku ada yang masih muda, kalau mengajar suka pakai blazer plus tanktop pamer belahan ke mana-mana." kisah Joy dengan seru.

"Uhh, aku pasti akan duduk paling depan. ^_^"

"Dasar Rey."

"Omong-omong, di mana Chiko-chikonya? Aku mau kasih tahu Joy cara makan paling enak. Uhh, oleskan di ..." Rey mengedipkan matanya. "Kau tahu, gak perlu kuucapkan."

"Wahh.." Joy terperangah. "Kau serius?"

"Dan untukku juga, nanti gantian, kau tinggal buka saja untukku.." Rey tertawa nakal sekali.

"Eh, tunggu.. aku.." mereka bergumul berebut bungkusan cokelat cair berisi empat stik panjang itu. Tanpa peduli lagi pada apapun termasuk penulis dan pembaca kisah ini, Rey dan Joy sibuk ingin tahu sensasi cara makan cokelat cair itu. Hingga akhirnya, mereka berakhir lengket dan manis dimana-mana seperti bunga yang habis madunya dihisap lebah. Bungkus cokelat kosong, wajah-wajah cemong dan tubuh belepotan. Tapi sungguh, sangat menyenangkan.

"Aduh Rey nakal, kita butuh mandi lagi."

"Besok sajalah pagi-pagi, moga baju sudah kering dan kita bisa pulang."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Honey to the Moon : The Prince & I on a Remote Island   The Sandy Beach and The Fresh Water (2)

    Danau air tawar alami berair jernih dengan beberapa air terjun kecil itu masih seperti dulu. Karena dalamnya air hanya setinggi dada orang dewasa, masih sangat nyaman untuk berenang. Sesekali beberapa ikan kecil berenang lewat. Beberapa angsa putih di kejauhan berenang bebas sambil bercengkrama. Joy dan Rey datang mendekat. Joy dalam gendongan suaminya tampak gemas tak sabaran. "Sekarang giliranmu jadi Little Mermaid! Tentunya mesti seperti putri duyung aslinya ya!" "Apa 'sih maksudmu?" Tanya Joy yang memang senang berlagak bodoh. "Ya gak usah pake ditutup-tutupi cangkang kerang dobel segala, karena di laut dan di pulau ini gak ada yang bakal lihat!" Diceburkannya Joy ke air. Joy menjerit girang, air itu rasanya segar sekali di kulitnya yang gerah. "Ada yang lihat, Merman!" Balas Joy, berenang-renang sebentar di bawah, menyelam di dekat kedua kaki Rey. Lalu ide jahilnya timbul. "Merman 'sih aman karena atasnya gak perlu ditutup

  • Honey to the Moon : The Prince & I on a Remote Island   The Sandy Beach and The Fresh Water (1)

    Penampilan Pangeran Rey yang dahulu dan yang sekarang tak jauh berbeda, usia tak menjadikannya bertambah tua. Namun jangan salah, ia juga tak bertambah matang seperti mangga yang semakin tua semakin bonyok atau kemanisan! Ia tetap 'Si Baby Face yang innocent' seperti dulu, hanya sekarang semakin bertambah dewasa saja!Setelah menjadi seorang ayah muda, malah pesonanya semakin bertambah. Joy si Tomboy semakin heran mengapa suaminya (yang lebih sering ia sebut sebagai mantan pacar) tidak sedikitpun berbeda dengan saat mereka pertama bertemu!Adakah orang yang sungguh-sungguh bisa awet muda seakan dibekukan waktu? Mungkin bila betulan ada 'vampir hidup' Pangeran Rey bisa jadi termasuk salah satunya!Seperti saat mereka berada kembali di pulau itu, pulau yang disebut Pulau Cinta. Tempat di mana mentari selalu bersinar dan bulan selalu berpendar.Kini di tempat yang tak terjamah waktu ini mereka kembali berada. Joy selalu merasa gembira sekaligus bingung

  • Honey to the Moon : The Prince & I on a Remote Island   Honey 2 Once More

    Perhatian : Kisah ini adalah bagian mandiri tapi tak terpisahkan dari serial 'The Prince & I : Sang Pangeran & Aku Season 3'. Apabila Anda ingin mendalami kisah dan karakter Rey dan Joy, mereka bisa ditemui di serial tersebut.Tak butuh waktu terlalu lama bagi Rey dan Joy di dalam kapal pesiar sewaan mereka menempuh perjalanan membelah laut biru Evernesia menuju pulau terpencil di tengah lautan tempat mereka mengucapkan janji suci pernikahan, merangkaikan dua hati menjadi satu.Bukan mengikatkan, karena baik Rey maupun Joy sama-sama bukan tipe pasangan yang mengekang kebebasan masing-masing, tentunya mereka masih saling setia ya. Tapi mereka memang tak suka istilah terikat alias tie the knot. Karena mengikat itu artinya bisa jadi karena khawatir akan hilang, pula tersirat ada sense of worriness di sini, ibarat hewan peliharaan berkaki empat yang diikat di sebuah tonggak karena pemiliknya takut akan kabur, hilang atau dicuri orang.Dua jam perjalanan dan

  • Honey to the Moon : The Prince & I on a Remote Island   Extra Chapter : The Art Class

    Saat Joy masih kuliah di Fakultas Seni Rupa dan Desain yang terkenal santai tapi heboh itu, tentu saja yang namanya anak seni tak seformal anak-anak kampus seberang yang elit seperti di mal-mal. Jika anak-anak Fakultas Ekonomi terkenal necis, tukang dandan dan kostumnya cantik bin seksi-seksi, bawa mobil ke kampus dan juga hobi nongkie di sudut-sudut mal, anak-anak Fakultas Hukum terkenal tukang demo dan debat kusir, maka anak-anak FSRD terkenal... apanya ya?Mungkin yang pertama kali dicitrakan orang-orang awam adalah selalu datang terlambat di kelas, sandal jepit butut, t-shirt dan rambut gondrong. Santai abis dan tak banyak ambil pusing. Mereka bergeletakan di mana saja, kadang bahkan cuek menggambar atau menyelesaikan tugas di lantai kampus yang tak pernah dipel. Atau berkumpul di kantin rame-rame sambil merokok. Tapi Joy tak begitu suka berkumpul dengan cowok-cowok perokok itu. Ia lebih banyak main ke perpustakaan dan diam-diam menemukan banyak buku menarik. Buku impor y

  • Honey to the Moon : The Prince & I on a Remote Island   Extra Chapter : Innocent Scribbles

    Joy sejak masih muda sekali alias masih bocah ingusan juga sudah menunjukkan bakat sebagai cewek kreatif. Bukan karena gen turunan ortu, atau jenius bin hebat bagaimana, hanya karena bakat alias talenta dari sananya, dimana semua orang pasti memiliki juga, entah sama ataupun berbeda.Joy si gadis polos tipe pembelajar visual dan penikmat kata-kata tentu saja menyukai segala macam buku cerita, mulai dari dongeng-dongeng dunia, fabel, mitologi Yunani-Romawi, hingga ensiklopedi berat dan referensi apalagi Kitab Suci pun dilalapnya habis. Makanya sejak kelas 2 SD matanya jadi minus tinggi gegara sering duduk di tempat gelap sambil membaca atau sambil tiduran. Padahal belum jamannya internet, gawai dan sabak tulis digital.Joy kecil si tukang corat-coret juga sering mencoret tembok putih di sekeliling rumahnya dengan pensil, spidol, cat air maupun krayon. Semua dinding termasuk kamar tidur pun tak luput dari aksinya. Papa sudah sering mengecat ulang, tapi selalu putri kecil

  • Honey to the Moon : The Prince & I on a Remote Island   Extra Chapter : The Pandora Boxes

    "Sebuah imajinasi takkan pernah bisa seratus persen sama dengan kenyataan." Itulah pesan moral yang didapat Pangeran Muda Rey si ABG 12-an tahun saat akhirnya diam-diam berhasil pulang, atau lebih tepatnya melarikan diri, dari petualangan kecil-nya di klub mewah bersama teman-teman-nya. Melihat langsung tubuh-tubuh indah nan nyaris polos milik wanita dewasa menakutkannya. Tak perduli seberapapun cantik atau seksi. Tak ada yang ia rasa nikmat, malah muncul rasa aneh antara geli, jijik atau juga ingin memalingkan muka. Tapi sedikit terbetik pula rasa ingin tahu seorang bocah laki-laki. Seorang kanak-kanak polos yang sedang akil-balik. Mengapa dua benda membulat yang ada di bagian depan tubuh wanita itu begitu menarik? Ada belahan di depan yang tertutupi begitu hendak mencapai tengah. Membuat mata lelaki muda yang sipit itu kecewa. Kok ujungnya tak boleh kelihatan? Apakah yang membuat sebegitu rahasianya bentuk wanita di sana? Seperti kotak Pandora. Bagaikan pet

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status