Legenda pesugihan dari laut selatan pulau Jawa yang selama ini dianggap dongeng sebelum tidur oleh sebagian orang. Nyi ratu “Blorong“, sosok siluman ratu ular sebagai simbol kekayaan, sejauh ini sang ratu hanya dianggap mitos yang sangat kental dengan dunia mistis.
Faktanya ia ada dengan jati dirinya yang tak kasat mata dan tetap setia sampai detik ini dengan para sekutunya. Inilah kenyataan yang ada dan tak disadari sepenuhnya oleh manusia di kehidupan masyarakat milenial.Sebenarnya para pengikut sang ratu sebagian kecil masih tetap ada di sekeliling lingkungan kita tanpa ada yang tahu. Inilah salah satu kisahnya dari banyak cerita Nyi Ratu Blorong, kisah ini berasal dari teman saya sendiri yang pernah mengalaminya.Peristiwa ini terjadi di era akhir tahun1997 – 1999, saat krisis moneter melanda di negeri ini. Nilai rupiah terpuruk, diperberat dengan kejatuhan ekonomi di negeri kita tercinta.Keadaan ini memaksa sebagian pengusaha terpaksa menSaat matahari mulai menyinsing, mereka beranjak pulang dan menyisihkan janji esok hari. Ronald langsung pulang kembali ke hotel tempat ia menginap, sementara kedua temannya pulang ke rumah masing-masing, Sarji pulang dengan membawa harapan besar untuk esok hari.Tapi Udin sebagai sahabat setia hanya perasaan dongkol terbawa sampai ke rumah, karena ia harus ikut berangkat menemani kawan sejatinya.Esok hari yang sangat ditunggu Sarji telah tiba. Jam sepuluh tepat, setelah mendapatkan izin dari keluarga masing-masing tadi malam mereka berangkat dengan membawa bekal seadanya. Langkah sarji dengan semangat pergi ke warung sesuai janji Ronald kemarin, sedang udin langkahnya gontai saat menemani Sarji di sisinya.Beberapa saat Sarji dan Udin sudah menunggu di warung, tapi Ronald belum kelihatan. Hari beranjak siang, panas mulai teresa. Kegelisahan terpancar jelas di wajah mereka berdua.Sarji dan Udin sudah lama menunggu (Ilustrasi), dok: pexelsSarji teru
Saat udin masih bersih-bersih, Sarji pergi ke toko bangunan untuk belanja semua kebutuhan. Sesaat kemudian Sarji datang dengan membawa bahan bangunan, ia juga ikut membantu udin mulai membenahi plafon, pintu dan mengecat ulang tembok yang lusuh.Hari demi hari Udin mengerjakan kamar itu tapi dirinya tetap tidak tahu maksud dan tujuan Sarji sebenarnya, sampai akhirnya tempat benar-benar terlihat bersih dan terlihat seperti kamar yang cukup mewah.Sarji tetap masih jadi pengangguran sedang Udin kerja serabutan. Terkadang Udin sehari kerja, tiga hari ia menganggur, hal ini yang sering dijalani Udin. Siang itu Sarji duduk di teras rumahnya sambil menghitung hari, pada hitungannya hari itu nanti malam terjadi bulan purnama,Karena petunjuk ini adalah wawasan dan pengalaman dari Ronald. Diwaktu sore hari ia kebelakang rumah berusaha menemui Udin yang tengah duduk sendirian dibawah pohon keres, sambil mengawasi kedua anaknya yang masih kecil-kecil bermain.“
Tanpa banyak kata Udin langsung mandi dan berkemas, tanpa sarapan pagi ia langsung menuju pasar. Kuli panggul waktu itu memang banyak saingan jadi untuk hari itu udin tidak mendapat jatah untuk membawa barang, karena udin juga berangkatnya sudah siangDengan langkah sedih Udin bukannya pulang malah pergi kewarung langganan, ia kembali mencatat hutangnya dan tak perduli berapa banyak lagi hutangnya sudah menumpuk. Sedang para pengunjung yang lain tahu akan keadaan udin memandangnya dengan tatapan sinis.Tapi Udin tak memperdulikan bisikan dan pandangan miring terhadapanya, karena disisi lain pikiran Udin sudah berat dan kalut ia hanya ingin sejenak melepas kepenatan dalam hidupnya diwarung kesayangan. Sesaat baru duduk didalam warung kakaknya yang sebagai Moden datang yang lewat depan warung langsung menghampirinya, karena tahu ada adiknya yang duduk menyendiri didalam.Setelah bersalaman dan menanyakan kabar tanpa basa basi Udin langsung menceritakan kejadian yang d
Tangan Retno dengan cepat menyibak tirai ini kedua kali, saat terbuka tirai itu ia mendapati kedua mertuanya sudah berdiri tepat di depannya menjadi pocong dengan kainnya yang lusuh dan compang camping semua. Mereka berdua membawa bau busuk yang menembus kaca dengan mukanya penuh luka sayatan.“Ya Allah, Astagfirullah bapak, ibu !!!," ucap spontan Retno serta tangan kanannya mengelus dada. Saat Retno masih beradu pandang mematung bersamaan dengan itu, bibir kedua mertuanya berucap bersamaan “Ingatkan suamimu nak, teganya membuat bapak ibu menjadi seperti ini." Selesai mereka bicara tubuhnya Retno masih tidak bisa digerakkan lagi karena tertegun, dengan cepat rasa takutnya menjalar ke seluruh tubuh membuat ia bisa menggerakkan tubuhnya.Saat badannya merasa bisa digerakkan sedikit, Retno langsung berteriak histeris dan menggeleng-gelengkan kepala “Tolong, tolong..tolong..enek bapak ibu di belakang."Sri tadinya tidur terlelap dengan ketiga buah
Suara pembicaraan di ruang telah terdengar ibu pemilik warung, membuat ia datang menghampiri mereka untuk menanyakan apa maksud dan tujuan mereka datang ke kampung ini. Ibu itu sendiri dari tadi malam juga belum sempat tanya karena panik dan takut. Sarji dengan tenang tapi tetap menutupi rasa gelisah dan takutnya, ia menjawab semua pertanyaan ibu itu satu persatu dengan logis, intinya alasan yang dipakai adalah urusan bisnis dengan Ronald.Dengan cepat ibu pemilik warung segera memahami alasan yang disampaikan Sarji, kini mereka bertiga yang penasaran dengan kejadian semalam memutuskan untuk keluar rumah dan menanyakan kebenaran fakta tadi malam.Mereka berniat langsung berjalan menuju rumah Ronald tapi langkah mereka terhenti di pos ronda karena warga sudah ramai berkumpul. Begitupun jalan menuju arah rumah Ronald beberapa warga sudah di jalanan bergerombol dan saling berbisik satu sama lain. Konon waktu kejadian malam itu hampir seluruh warga kampung Ronald mende
Tahun 2008 Waktu itu saya masih berumur 8 tahun dan ayah juga ibu saya mengajak untuk pergi ke desa sumatra untuk pergi ke acara pernikahan.Ketika saya melihat isi undangan tersebut tertulis yang menikah adalah Nurhasannah binti Muhammad Aini dengan H Basid bin Muhammad.Bahkan tidak pernah terpikir sekalipun di benak saya waktu itu jika Nur berwujud buaya dan Basid berwujud ular.Sebuah pernikahan yang menerjang logika sehat. Namun, yang namanya pernikahan pastilah ada pesta begitu juga dengan pernikahan ini.Pagi itu, ayah dan ibu mengenakan pakaian layaknya pergi kondangan karna masih anak-anak saya pun mau ikut dan ayah saya melarang karena tempatnya sangat jauh.Dulu dari kota Kuala Tungkal menuju desa tersebut hampir makan waktu 3 sampai 4 jam. Karena memang jalannya memutar tidak seperti sekarang yang hanya dilakukan dalam 2 jam kurang saja sudah sampai.Karena ngotot mau ikut, akhirnya ayah pun menyerah dan mengizinkan saya un
menutup pintu dan hanya mengintai dari balik jendela. Dia tidak berani membukakan pintu sampai Saini pulang.Hingga pada siang hari tepatnya pukul jam 2 siang, Saini pun pulang hari ini lebih cepat dari biasanya. Karena hasil tangkapannya hari ini melimpah sehingga perahu yang digunakannya untuk menjaring telah penuh dengan ikan.Dia pun pulang dengan membawa beberapa ikan untuk di makan sendiri karena sebelum itu dia sudah menjual ikannya ke pasar sebelum sampai ke rumah."Assalamualaikum, Bapak pulang," Ucap Saini sambil mengetuk pintu."Walaikumsallam," ucap Asmah dari dalam sambil menuju pintu lalu membukanya."Tumben bapak pulang cepat hari ini" Tanya Asmah kepada Saini."Alhamdulillah bu, Hari ini hasil tangkapan bapak lumayan banyak nih uang hasil dari menjual ikan tadi," sambil menyodorkan uang dari sakunyaKemudian Asmah pun mengambil uang itu dan menyimpannya.Saini pun duduk di depan teras rumahnya, lalu Asmah masuk dan memb
Sesampai di rumah, ternyata Sattar sudah ada di rumahnya. Dia tengah berbincang dengan Asmah yang juga menunggu kepulangan saini."Akhirnya pak Saini pulang, besok adalah hari pernikahan Nurhasannah dan akan di lakukan di alamnya mereka" ucap Sattar dan Saini tetap saja memasang wajah lesunya karna merasa kecewa atas keputusan pihak kepala kepolisian."Ada apa pak? Bagaimana pernyataan pertemuan muspika tadi?," ujar Asmah yang menyadari jika Saini sedang tidak baik-baik saja."Pesta pernikahan anak kita di tentang keras oleh para tokoh agama serta masyarakat, Bagaimana ini bu? Apakah kita akan membatalkannya?," ucap Saini dengan nada lesu.Asmah hanya terdiam mendengarnya. Tidak mungkin rasanya di batalkan karna semua persiapkan sudah di pesan. "Bapak dan ibu jangan khawatir, Nurhasannah tidak menikah di dunia nyata. Jadi tidak perlu memanggil penghulu untuk melaksanakan acara nikahnya. Pestanya tetap di buat namun dengan alasan acara khatamnya roni." ucap Satt