Home / Romansa / I Got You / Bagian 4 - Gadis Barbar

Share

Bagian 4 - Gadis Barbar

Author: Bee Happy
last update Huling Na-update: 2021-02-04 12:29:54

Awas Typo:)

Happy Reading ....

***

Akan Raymond ingat bahwa gadis bar bar tahu caranya mati dengan bermartabat. Kalimat itu pasti memiliki makna yang luas, mendalam. Jadi yang modelannya seperti Regina tak bisa Raymond anggap remeh. 

"Dor!"

"Shit."

Tuh kan! Baru juga Raymond membuka pintu apartemennya sebab ingin berangkat kerja eh sudah muncul saja yang seharian kemarin mengganggunya.

Ini masih pukul delapan pagi, jangan bilang Regina subuh waktu Melbourne sudah berangkat menuju apartemen Raymond. Tapi ya, itu memang benar. Bahkan Regina sudah berdiri di depan kamar apartemen Raymond sejak empat puluh lima menit yang lalu, eh tidak berdiri tapi duduk.

"Calon suami mau berangkat kerja ya? Oh my god tampan sekali," ucap Regina menyatukan kesepuluh jarinya, menatap Raymond dengan mata yang berkedip-kedip ala puppy eyes.

Raymond diam, tidak ada membuka suara. Agaknya mendiamkan jalan terbaik bukan? Semoga ia tidak salah pilih jalan.

Mengambil langkah, Raymond sadar ia diikuti.

Grep.

Sekarang lengan kirinya justru dirangkul, dipeluk oleh kedua tangan Regina yang jujur sangat wangi, begitu menyegarkan indera penciuman Raymond.

"Lepas."

"Nggak mau, kamu mau ke kampus atau ke rumah sakit?" menjawab dan bertanya, Regina pun akan jujur. Raymond sama wanginya dengan dia, bahkan mungkin lebih wangi Raymond. Sudah pasti parfum pria ini bukan sembarang parfum yang dijual di supermarket.

Raymond tidak menjawab, bukan kewajiban dia juga memberitahu Regina.

"Menjawab pertanyaan itu kewajiban tahu." Tapi si perawan bar bar tahu saja cara membuat mulut Raymond menganga berbicara.

"Jika pertanyaan tidak perlu dijawab itu bukan kewajiban." Raymond langsung menekan tombol saat sudah sampai di depan pintu lift.

"Itu penting, karena calon istri kamu mau ikut hihi."

Ah sudahlah, lama-lama Raymond si psikiater pergi ke psikiater lain karena stres menghadapi Regina.

"Handsome, nikah yuk." 

Hah ..., yang benar saja! Raymond tambah sakit kepala.

Ting.

Pintu lift terbuka, Raymond melangkah masuk yang diikuti Regina. Gadis itu masih merangkul lengan kiri si pria.

"Atau kamu mau aku hamil dulu?" 

Fix Regina semakin sinting.

"Kamu butuh ke psikiater," sahut Raymond jelas sekali mengatai Regina sakit jiwa secara tak langsung.

"Yaudah aku daftar jadi pasien kamu," balas gadis itu menyengir.

Hah! Oke baik, Raymond paling tidak bisa begini. So, ia tarik tangannya yang dirangkul oleh Regina. Lalu membawa tubuh menghadap si gadis, menatap serius.

"Tolong berhenti, saya tidak tertarik dengan kamu, saya tidak minat menikah, apalagi memiliki anak. Jadi sudahi, kita tidak saling mengenal."

"Tapi kemarin kita sudah berkenalan." Polos.

Boom! Panjang lebar Raymond berbicara, bisa-bisanya sahutan Regina hanya seperti itu. Sial! Oh ya jerk! Kesabaran Raymond diambang batas.

"Ya, tolong menjauh." Jadi mempersingkat kalimat saja, Raymond kembali berdiri menghadap pintu lift yang hanya butuh empat lantai lagi guna menuju lobby.

Entah sudah berapakali Raymond melisakan kata tolong kepada gadis ini, itu sangat terbukti si pria merasa terganggu. Naasnya. "Kalau mau minta tolong silakan ke kantor polisi, Handsome." Regina memang semenyebalkan itu.

Sabar, sabar, kaum hawa satu ini memang beda, kalau Raymond bisa menangani Regina Adinda Putri yang sudah sangat terobsesi fix ia hebat. Tapi, entah kenapa firasat Raymond, malah dia yang akan menyerah dengan Regina.

Terserah, Raymond hanya patrick, dia tidak paham perihal beginian.

Ting. 

Pintu lift terbuka. Tidak mau membuang waktu segera saja Raymond melangkah yang mana mungkin tidak diikuti oleh Regina. 

Mau tahu tidak apa yang ada di dalam kepala gadis perawan itu? Dia ..., sedang merencanakan sesuatu yang sangat mengasikkan.

"Handsome, tunggu!" teriaknya berlari mengejar Raymond sebab si pria melangkah sangat lebar.

Untung ini Melbourne, manusia-manusianya tidak terlalu kepoan, jadi berteriak pun Regina jika gadis itu tak jatuh terkapar orang-orang tak akan ambil peduli.

Tep.

Tangan kanan Regina kali ini menjangkau pergelangan tangan kiri Raymond. Gadis itu menarik si pria, mengajak berlari.

"Hei!" Sudah pasti Raymond terkejut.

"Shut, shut, shut!" peringat Regina menyuruh si mister William diam, jangan bersuara. 

Hingga akhirnya mereka sampai di dekat mobil Raymond, si gadis membawa pria itu berjongkok di sana. Berjongkok saling berhadapan, ada apa ini?

"Ada apa?" tanya Raymond menoleh ke belakang tubuhnya, memeriksa sesuatu yang membuat Regina berlari seperti dikejar rentenir.

"Hei-hei jangan tatap ke sana," pinta Regina sukses membuat Raymond kembali menatap ke arah gadis itu.

Tik, tok, saling menatap. Satu dan dua detik, perlahan kedua sudut bibir Regina tertarik ke atas, ter ... senyum! 

"Tidak ada apa-apa kok hehe, kamu lucu hahaha," ucap gadis itu terbahak sendiri.

Damn! Raymond langsung berdiri, menatap Regina yang ikut berdiri dengan tidak senang. Pria itu panik, menuruti apa yang Regina pinta dan ternyata tidak ada apa-apa? Sialan Raymond dibodohi. Dan sekarang dengan sangat berani Regina menjatuhkan telapak tangan kanannya ke atas dada berdebar Raymond.

"Kapan terakhir kali dia berdebar secepat ini karena panik?" tanya si gadis.

Kontan Raymond dibuat tersentak terkejut. Kapan?

"Bagaimana rasanya? Asik, 'kan?" Lagi Regina bertanya. Senyum manis gadis itu belum luntur. "Aku. Aku pastikan, Mister William, hidup kamu akan berubah sembilan puluh sembilan persen, dan itu ..., karena kehadiranku," lanjutan. Regina berjinjit,

Cup.

Ia berikan satu kecupan di dagu Raymond. Wah ... Regina memang sangat berani, berani sekali.

"Aku yang menyetir hari ini." Lalu setelah itu Regina memperlihatkan kunci mobil Raymond yang entah sejak kapan sudah ada di tangan gadis itu.

Tit-tit.

Suara mobil dibuka kuncinya terdengar.

"Let's go, Baby Boy, supir kamu cantik hari ini," ucap Regina sebelum membuka pintu mobil.

Raymond menoleh, menatap si gadis yang hanya beberapa detik sebab Regina sudah memasuki mobil.

Diam, berdebar. Raymond mengeratkan genggaman pada tas kerjanya. Regina ..., apa mau gadis itu sebenarnya? Kenapa seniat itu mendekati Raymond? Demi apapun, jantung Raymond Arthur William sudah sangat lama tidak semendebarkan ini hanya karena satu alasan ..., panik tanpa sebab.

Tin-tin!

Suara klakson mobil terdengar. 

"Hah ...." Raymond menghela napas pelan, lantas bergerak membuka pintu mobil, masuk ke dalam sana. Hal pertama yang ia lihat adalah senyum Regina. 

"Sabuk pengaman, Handsome." Ingat Regina menghidupkan mobil Raymond. 

Ketuk palu, cupid ..., sudah mengintip dua anak manusia itu.

.

.

To Be Continued

Terbit: -04/Februari-2k21

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • I Got You   Bagian 94 - Halaman Tertutup (Thanks)

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Cklek. Raymond membuka pintu kamar mandi bertepatan dengan gerakan tangan istrinya yang duduk ke pinggir ranjang, memakai kaos super kebesaran milik Raymond sendiri. Mereka baru selesai, tepat pukul satu siang dan thanks tidak ada yang mengganggu. Gairah Raymond rasanya tidak habis kepada Regina, selalu berdebar setiap menyentuh kulit lembut sang istri. Memang yang halal rasanya jauh jauh jauh!!! Lebih nikmat. "Husband ...." Regina memanggil lirih sambil menoleh untuk menatap Raymond yang diam bersandar di ambang pintu kamar mandi, dan hal itu sudah membuat Raymond siap bertempur lagi jika tidak ingat kondisi kehamilan wanita itu. "Iya, Sayang, ada apa?" menyahut tanya, tangan Raymond terlipat di depan dada. Regina bergerak berdiri, berbalik menatap suaminya yang pun menatapnya. "Kerja?" tanya Regina mengusap keringat sendiri di bagian leher dengan punggung tangan. "Tidak minat," jawab Raymond sambil tersenyum kecil akan pemandangan seksi itu

  • I Got You   Bagian 93 - Special Bukaan Puasa

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** "Aku janji akan pelan." Tangan Raymond menyentuh pipi kiri Regina, mengusap dengan gerakan lembut namun erotis. Regina memejakan mata, menikmati apa yang memang ia incar, sentuhan suaminya. "Janji?" tanya Regina masih menikmati usapan jari Raymond di pipi. "Of course." Regina membuka mata, menatap Raymond yang sudah menindihnya. "Suamiku tidak bekerja?" Oh ya ayolah, kenapa bertanya perihal itu jika adik di bawah sana sudah menggeliat bangun? "Setelah makan siang?" Raymond balik bertanya, mencoba sabar walau tenggorokannya sendiri sudah tercekat oleh gairah. Masa bodoh dulu dengan kerjaan, sebulan lebih dia berpuasa, belum lagi kemarin lembur, biarkan Raymond melepas lelah. "Oke, sini." Lembut Regina tersenyum genit yang langsung disambut Raymond dengan lumatan manis ala mereka. Raymond mendapatkan lampu hijau tentu harus mengumandangkan janjinya dalam otak, pelan, harus lembut. Argh! Sebulan lebih Raymond berpuasa, sudah seperti bulan ramadh

  • I Got You   Bagian 92 - Special Kode Suami

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Raymond ada di posisi urut pelipis sebab keinganan aneh Regina. Ini masih terlalu pagi, perlu diketahui jarum jam masih menunjukan angka tiga pagi. Dan kepala Raymond serasa siap meledak karena mata lelah dan telinga menjerit marah. "Husband ...." Istrinya merengek lagi dan dia bingung mau bagaimana. "Abang ...." Kalau boleh Raymond memilih, ia lebih memilih mengurusi semua pekerjaan saja daripada mendengar rengekan Regina dikala matanya sangat amat berat. "Regina, kita tunggu matahari naik," bisik Raymond yang sudah duduk di atas ranjang, menoleh lemas ke arah istrinya yang menatap cemberut. "Babynya mau sekarang!" Regina mulai memakai nada ngegas. "Kita cari ke mana, Re?" tanya Raymond pada Regina bersungut-sungut lelah agar wanita itu paham. For your information, Raymond baru pulang pukul satu sebab lembur memeriksa essai mahasiswa, dan begitu pulang Raymond belum bisa langsung tidur karena masih harus mengisi beberapa pendataan ke dalam

  • I Got You   Bagian 91 - Happy Ending Happy Reader

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Raymond melumat bibir Regina, kali ini dengan gairahnya. Jika tadi sesi mereka saling mengungkapkan isi kepala dan hati maka sekarang sesi Raymond Arthur William menerima hadiahnya. "Hah ...." Napas Regina terengah. Well, nyonya muda William sudah menyiapkan itu. Setelah acara syukuran Raymond sangat sibuk bekerja, suaminya jauh lebih sibuk dari yang Regina bayangkan, maka dari itu hadiah darinya double. "Suamiku tegang aku senang," bisik Regina genit, sukses membuat Raymond menggendong tubuhnya ala ibu koala. "Kita butuh kamar utama." Raymond juga berbisik, segera mengambil langkah menuju anak tangga. Kepala Regina mengangguk, senyumnya masih genit pakai banget. Oke jangan ragukan Regina Adinda Putri dalam menggoda Raymond Arthur William, wanita itu sudah wisuda, tamat! Bersama mata yang saling menyelami, bersama debaran yang saling terasa, Raymond selalu memimpin, maka kakinya melangkah lembut menaiki anak tangga. Cklek. Tidak mau lama-la

  • I Got You   Bagian 90 - Hadiah

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** "Udah kali natapnya, Abang, nanti tambah cinta baru tahu," ujar Regina tersenyum bersama kepala menunduk, wanita itu sedang sibuk memotong bolu gulung buatan suaminya sendiri. Raymond diam, tidak menjawab. Pria itu mana ambil peduli, selama ia mau maka akan ia lakukan. Well, detik ini jarum jam sudah ada diangka setengah dua belas malam. Awan tidak mungkin masih bergabung dengan kedua orangtuanya, anak itu sudah terlelap di dalam kamar, Regina sendiri membuat pesta kecil-kecilan berdua dengan sang suami. Mereka duduk di meja makan, niatnya akan pindah ke ruang televisi, tapi tunggu, Regina ingin mencicipi hasil tangan Raymond bersama Awan. "Selesai," ujar Regina setelah memindahkan dua potong bolu gulung ke atas piring. Kepala Regina terangkat dari tunduk, menatap ke arah Raymond yang ternyata oh ternyata masih betah menatapnya. "Udah jatuh cintanya?" tanya Regina bermaksud menggoda si suami. Raymond tersenyum manis, sangat tiba-tiba! Jangan

  • I Got You   Bagian 89 - Keluarga Kecil William

    Awas Typo:) Happy Reading... *** Raymond tidak tahu lagi harus berkata apa. "Hahaha!!! Daddy, lucu!" "Ah ..., suamiku seksi." Ia habis-habisan ditertawai oleh Awan karena permintaan konyol istrinya sendiri, mana yang minta pakai acara menatap mupeng segala alias muka pengen. Ya Tuhan. Raymond tidak tahu harus malu atau bangga, satu sisi ditertawakan, satu lagi ditatap penuh cinta. Jadi, dia memilih keduanya, malu dan, bangga. "Awan, diam atau Daddy ke sana?" tanya Raymond sedang menuang tepung ke dalam mangkuk sedang. Istrinya meminta bolu, sudah pasti ia butuh tepung juga pengembang. "Awan saja yang ke sana!" Semangat Awan menyahuti, si gadis kecil itu menoleh menatap ke arah Regina. "Boleh, 'kan Mom?" Meminta izin kepada mommynya. "Hm? Ya, sure. Ganggu daddy," jawab Regina pasang senyum manis. Tentu saja ia memberi izin, sedang ia bayangkan Raymond bekerjasama dengan Awan untuk memenuhi keinginannya, pasti manis. "Okay, Mommy juga belgabung kalau ingin," bisik Awan, mengec

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status