PoV 3
Rendra terdiam, jantungnya hampir meloncat keluar saat foto itu kini ada di depannya. Foto yang sudah lama ia dan Yuni simpan dan akhirnya ketahuan Nadia hari ini.
Rendra bergerak gelisah, jemarinya bergoyang tak mau berhenti. Otaknya berpikir keras jawaban apa yang akan ia beri pada Nadia. Di foto itu, memang dirinya yang hendak melaksanakan akad nikah dengan Syifa beberapa tahun yang lalu. Untung hanya tinggal setengah bagian saja karena memang ia gunting gambar Syifa yang ada di sebelahnya.
"Itu foto Mas lagi acara wisudanya si Regi."
Untung, otaknya berpikir dengan cepat untuk menemukan jawaban walaupun dirinya harus berbohong, lagi.
"Kok pake peci segala?" tanya Nadia sembari memperhatikan penampilan suaminya di foto itu sambil memicingkan mata. Andai Nadia lebih jeli, ada jemari seorang wanita yang sedang merangkul pinggang suaminya. Namun untungnya, bagia
Sejak kejadian Nadia menemukan sobekan foto pernikahannya dengan Syifa, Rendra tak pernah bisa benar-benar tenang. Ketakutan itu kembali lagi. Ketakutan yang akan membuat Nadia pergi dari hidupnya, bahkan mungkin tak kembali lagi.Ini bahkan sudah seminggu berlalu. Rendra sudah mencoba berbagai macam cara agar ia bisa menepiskan rasa takutnya itu barang sejenak. Tapi ia tak bisa. Benar-benar tak bisa.Ia sudah bicara dengan Yuni tentang ketakutannya. Yuni hanya memberikan satu saran untuknya. Sebuah saran yang Rendra pikir adalah cara paling gila yang bisa membuat dirinya juga gila."Menurut Mama, kamu harus bilang semuanya, Tri. Kamu nggak bisa seperti ini selamanya, nak. Bersembunyi dibalik kebohongan itu salah besar, hidup kamu nggak akan tenang. Kamu bakal ketakutan kayak gini seumur hidup kamu. Mendingan sekarang, kamu kasih tau Nadia semuanya, tanpa ada yang ditutupi. Kasian Nadia, kasian kamu, kasian Rena kalau kamu terus bawa-bawa dan t
Harapan untuk sembuh itu sangat kecil. Syifa bisa merasakannya, namun tak mau ia tunjukkan kesedihannya pada orang-orang terdekatnya. Ia ingin tegar walau hatinya hancur berkeping-keping. Sejak diceraikan Rendra, memang hatinya tak pernah lagi utuh. Syifa ingin menyatukan lagi kepingan hati dan hidupnya, tapi tak pernah bisa. Semangat hidupnya itu kini telah dimiliki perempuan lain. Rendra, cinta pertamanya, kini telah bahagia dengan perempuan lain yang beruntung memilikinya dan Syifa tak akan pernah mendapatkan kesempatan itu. Tak akan pernah.Di tengah rasa sakit yang ia alami, Syifa masih menyempatkan untuk melihat album-album lama pernikahannya dengan Rendra. Album-album itu ada di sebuah kotak. Tak hanya album, juga ada cincin pernikahan, mahar yang keluarga Rendra beri, dan beberapa perlengkapan pernikahan lain yang masih Syifa simpan di kotak ini.Syifa masih ingat betul bagaimana ia bisa jatuh cinta dengan Rendra saat pertama kali
Saat masih dibingungkan dengan persoalan Syifa yang memblokirnya di I*******m, Nadia dikejutkan dengan suara bel yang berbunyi beberapa kali. Nadia langsung bangkit, melangkah untuk membukakan pintu. "Mama??" Sontak, Nadia memeluk Ibu Mertuanya itu walau masih belum bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Tanpa ada kabar berita, Yuni sudah ada di depan rumah. "Apa kabar, Nadia?" "Baik, Ma. Mama datengnya tiba-tiba, kaget aku," tutur Nadia sembari mempersilakan Yuni masuk ke dalam. Tangannya tak tinggal diam, ia membawakan koper-koper Yuni. "Iya, Mama ada yang mau diomongin, penting." Nadia penasaran dan ingin bertanya, tapi melihat Yuni yang baru sampai, Nadia mengurungkan niatnya. Kakinya melangkah ke dapur untuk mengambil minuman dan cemilan yang ia buat 2 hari lalu. "Rena tidur, ya?" "Iya, Ma. Palingan juga bentar lagi bangun. Ren
Nadia PoVIbarat kau lagi bersenang-senang dengan dunia barumu, lalu kemudian, sebuah badai datang menghantam bagai tak kenal belas kasih. Menghancurkan kebahagiaanmu dalam sekejap, menancapkan duri paling tajam di hatimu dan meninggalkan perih yang luar biasa.Bahkan saking sakitnya, kau sampai tak bisa berkata apa-apa lagi. Kau hanya bisa terdiam, kata-kata yang kau ingin keluarkan, tertahan oleh rasa perih yang ada di hatimu. Bahkan, untuk menarik napas saja, kau harus berusaha sedemikian sulit. Kenyataan yang baru saja dilontarkan Mama, benar-benar membuatku diam tak bergerak bagai patung."Tri bohong sama kamu karena dia nggak ingin kamu membatalkan pernikahan, Nadia. Tri sayang sekali sama kamu, nak. Waktu itu, Tri yakin sekali kalau kamu bakalan batalin pernikahan kalian karena kamu tau Tri itu statusnya duda. Mama mohon atas nama Tri, Mama minta maaf yang sebesar-besarnya sama kamu, nak."
Rendra menatap nanar punggung Nadia yang bersikap lain malam ini. Nadia begitu dingin dan cuek. Bahkan saat tidur pun, Nadia memunggungi Rendra, padahal biasanya Nadia tak pernah mau membelakangi suaminya seperti itu. "Maafin kalau Mas harus bohong lagi sama kamu, Nadia. Mas memang bener-bener nggak bisa buat jujur sama kamu, Mas belum siap kehilangan kamu," batin Rendra dalam hatinya. Lagi dan lagi ia berbohong. Bukannya semakin terang, malah semakin terperosok. Pandangan Rendra teralih ke putri kecilnya. Sesekali, Rena tersenyum, mungkin sedang bermimpi indah. Jemari Rendra tergerak mengelus pipi putrinya lembut. Dua perempuan ini adalah kekuatan hidupnya setelah Yuni. Ia tak bisa bayangkan jika salah satunya pergi. "Mama kenapa ya, nak? Mama marah ya sama Papa?" tanya Rendra walau tahu putrinya itu tak akan menjawab. Tanpa Rendra sadari, Nadia mendengarkan sejak tadi. Nadia memang tak tidur sejak tadi. Ia sengaja mem
Matahari sudah mulai menampakkan wujudnya tapi Rendra tak kunjung menemukan jejak Nadia. Menyetir namun matanya tetap memperhatikan setiap jalan yang ia lewati, berpikir bahwa kemungkinan Nadia belum jauh atau sedang berhenti di suatu tempat. Tapi, nihil. Rendra berteriak putus asa di dalam mobil. Rendra juga berulang kali menghubungi Nadia walau tahu panggilannya tak akan tersambung."Ya Allah, Nadia... kemana lagi Mas harus cari kamu. Mas tau Mas memang salah tapi jangan begini cara kamu menghukum Mas, Sayang."Baru ia sadari ternyata semalam ia berbohong lagi di saat Nadia sudah mengetahui kebohongannya. Dan Rendra berpikir, mungkin itu juga penyebab Nadia pergi. Nadia bilang ia hanya butuh waktu untuk sendiri namun tetap saja Rendra tak tenang. Bisa saja pikiran Nadia menjurus ke arah perpisahan nantinya.Rendra benar-benar khawatir, apalagi saat tahu kalau istrinya itu tak punya sanak saudara di Jakarta, membuat Rendra bertanya-tanya kemana perg
Tak ada yang lebih menyedihkan selain menyaksikan sendiri bagaimana pasanganmu memohon, merengek untuk bertemu denganmu tapi tak ada yang bisa kau lakukan selain hanya diam karena dia yang telah menyakiti hatimu.Ingin menemui, tapi hatimu terlalu sakit, bahkan hanya untuk sekedar melihat wajahnya. Terbayang kembali bagaimana dia menyakiti hatimu, membuatmu enggan untuk menaruh rasa percaya lagi padanya.Dan, bayangkan kau kini di posisi Nadia. Di awal menikah, pasanganmu sendiri yang bilang kalau kau lah yang pertama menjadi istrinya dan kau pun percaya karena kau mencintainya. Tapi setahun kemudian, kau mendengar sendiri dari mulut mertuamu kalau kau bukan istri pertama dari anaknya, kau bukan menantu pertamanya. Dia menipumu. Nadia tak mempersalahkan jika Rendra seorang duda jika suaminya itu jujur dari awal. Tapi selama setahun penuh dibohongi tanpa Rendra pernah berniat untuk jujur, membuat Nadia tak habis pikir. Bahkan ketika ditanyakan lagi, Rendra m
Sudah empat hari Nadia tak pulang, dan sudah empat hari juga gairah hidup Rendra berkurang drastis. Yang Rendra rasakan sekarang hanyalah hampa. Ia tak tahu cara untuk melanjutkan kebahagiaannya tanpa istri dan anaknya. Rendra bagai robot usang yang hanya bergerak jika diperintah seseorang. Reza pun tak kunjung menemukan di mana keberadaan adik iparnya itu. Tapi setidaknya, dengan kehadirannya di rumah, Rendra bisa sedikit tenang. Pasalnya, Rendra hanya mau berbicara dengan Reza, sama sekali tak mau berbicara dengan Yuni. Rendra tak lagi peduli jika orang menyebutnya anak durhaka, Rendra sudah terlanjur dibuat dua kali patah hati oleh Ibunya itu. Rendra tak bisa menahannya lagi, ia benar-benar marah pada Ibunya. Yuni hanya bisa pasrah, ia sadar ini memang kesalahannya. Seharusnya, ia berembuk dulu dengan ketiga anaknya dan jika semuanya setuju, baru rahasia itu dibongkarnya. Yuni baru menyadari kalau ia sudah salah prediksi. Ia kira jika