Di tengah pertempuran yang mendebarkan antara Giok Jung dan Majikan Pulau Hong, serta Liong Yun dengan Pertapa Sakti Pulau Kayangan, keadaan semakin memburuk bagi pihak Li Cheng dan Liong Yun. Mereka harus menghadapi tekanan yang semakin meningkat dari lawan-lawan mereka yang sangat kuat.Li Cheng, yang telah menyaksikan pertarungan Giok Jung dari kejauhan, merasa cemas melihat ayahnya yang berada di pihak lawan. Dia melangkah maju dengan hati yang berdebar-debar, ingin membantu Giok Jung untuk menghadapi ayahnya.Namun, dia juga sadar betul bahwa situasinya tidak memungkinkan. Pertarungan di dunia persilatan memiliki aturan dan etika yang harus dihormati, dan Li Cheng tahu bahwa campur tangan tanpa sebab yang jelas dapat akan menjadi bahan tertawaan dunia persilatan.Seandainya yang dihadapi orang-orang aliran hitam, mungkin lebih mendingan. Namun Pertapa Sakti dari Pulau Kayangan terkenal dengan sepak terjangnya yang mulia dan sangat dihormati di aliran putih.Sementara itu, Liong
Bummmm!Liong Yun dan Liong Chen sama-sama menerjang dan saling menghantam dengan kekuatan mereka masing-masing. Sekilas memang terlihat seimbang, namun kenyataanya Liong Chen yang menguasai pertarungan.Pertarungan keduanya semakin sengit. Kini Liong Yun mulai merasakan keunggulan dari lawannya. Ia tidak lagi mampu menyerang, hanya bisa mempertahankan diri. Sesekali ia melihat keadaan sekitarnya, para pendekar di pihaknya pun sama dalam keadaan terdesak.“Apabila terus seperti ini mungkin kamilah yang akan binasa. Tidak akan ada lagi orang yang berani menghentikan orang tua sesat ini,” batinnya seraya terus bertahan dari serangan ayahnya yang kini tubuhnya dikuasai lawan.Bukkkk!“Huekkkk!”Liong Yun terlempar oleh tendangan Liong Chen yang tepat mengenai lambungnya. Ia langsung memuntahkan darah segar. “Pendekar Liong!”Hampir bersamaan beberapa orang pendekar yang melihat keadaan pertarungan Liong Yun dan Liong Chen berteriak khawatir. Nampak Pendekar Bayangan Maut itu sangat kepa
“Siapapun dari kalian yang ingin bergabung denganku, berdirilah di belakangku. Karena mereka yang berada di depanku, akan kuantar kepada dewa maut, hahaha!”Ucapan Pertapa sakti Pulau Kayangan menggelegar di angkasa membuat gentar semua pendekar yang mendengar. Para pendekar persilatan mulai panik ketika tubuh mereka diserang oleh kekuatan tak terlihat yang seolah-olah memaksa mereka untuk terlepas dari pijakan bumi. Serangan tak berwujud itu membuat mereka berguling-guling di udara, berusaha keras mempertahankan diri namun terlihat tak mampu mengatasi kekuatan misterius yang menyerang mereka.Beberapa pendekar yang tergolong kuat masih berusaha melawan kekuatan itu, tetapi sebagian besar dari mereka akhirnya terangkat tubuhnya dan melayang tak mampu bergerak di udara. Kegelapan mendalam melingkupi mereka, sementara deru petir yang menyambar-nyambar semakin menambah kekacauan dan ketakutan di sekitar.Semua orang menjadi panik, tetapi tak satu pun dari mereka mampu mengucapkan sepat
“Serang!”Pertapa Sakti Pulau Kayangan memberi perintah kepada sepuluh anak buah utamanya untuk menyerang. Mereka merupakan sepuluh pasukan pilihan yang dibuat oleh sang pertapa. Ia menamai mereka dengan Sepuluh Iblis Pengantar maut.Kesepuluh orang itu menggunakan pakaian serba merah. Mereka semua mengenakan topeng Iblis. Tubuh mereka memancarkan cahaya dan asap berwarna hitam.Para Iblis Pengantar Maut itu langsung mengepung Liong Yun di udara. Luar biasa, ternyata Ilmu meringankan tubuh sepuluh orang itu pun telah melampaui ketinggian ilmu normal manusia. Mereka melayang bagaikan berpijak di tanah. Hanya sesaat mereka menatap Liong Yun dengan ganas, kesepuluh orang itu langsung menyerang mengeroyok sang Pendekar Bayangan Maut.Kesepuluh orang itu berubah wujudnya menjadi sosok hitam pekat. Mereka menyerang Liong Yun dengan gerakan yang sangat cepat. Tenaga sakti yang mereka kerahkan pun bukan main-main.Namun serangan demi serangan yang dilancarkan oleh mereka tak satupun yang ber
Liong Yun mengerahkan seluruh tenaganya, memancarkan kekuatan merah yang begitu kuat hingga alam pun berguncang. Angin kencang berhembus, pepohonan melengking, dan awan-awan hitam berkumpul di langit, menciptakan suasana yang gelap dan tegang. Cahaya merah yang memancar dari tubuh Liong Yun menjadi semakin terang, seolah memenuhi seluruh medan pertempuran dengan kehangatan yang membara. Setiap orang yang terpapar cahaya itu menjadi sangat sulit bergerak.Orang-orang yang berada di sekitar pertempuran itu, baik dari pihak Liong Yun maupun dari pihak Pertapa Sakti Pulau Kayangan, menjauh dengan cepat. Mereka takut terkena dampak dari kekuatan yang begitu besar ini. Beberapa di antara mereka yang kurang waspada terkena sedikit cipratan energi merah itu, dan tubuh mereka terdiam tak lama kemudian terbakar dan hancur berkeping-keping.Liong Yun, dengan mata yang memancarkan kemarahan melesat maju dengan kecepatan kilat. Gerakannya begitu cepat sehingga sulit bagi mata manusia biasa untuk
Bummmm! Sebuah serangan dilancarkan Pertapa Sakti Pulau Kayangan ke arah kanannya. Di tempat itu ada beberapa orang pendekar utama pihak aliran putih yang berlindung. Beruntung serangan yang dilancarkan dapat dihalau oleh Liong Yun. Pemuda itu iu dengan gerakan yang sangat cepat mendahului serangan dan menghadangnya. Serangan itu berhasil ia balikkan ke arah musuh. Meski serangan itu berhasil dihalau oleh Liong Yun, namun pemuda itu pun tak lepas dari bahaya. Ia terlempar kuat hingga puluhan tombak. Tubuhnya terhempas ke tanah. “Huek!!!” mulut Liong Yun menyemburkan darah ketika akan bangkit dari tempat ia terjatuh. “Hahaha… bodoh sekali kau anak muda. Menghadang seranganku dengan ilmumu yang masih mentah itu!” ejek Pertapa Sakti dari Pulau Kayangan. Liong Yun tidak menghiraukan apa yang diucapkan oleh orang tua sakti itu. Ia berpikir keras bagaimana caranya menghadapi lawan yang kini sudah jauh lebih kuat. Dan ia pun membenarkan apa yang diucapkan oleh Pertapa Sakti dari Pulau K
Pancaran kekuatan Ilmu Tujuh Gerbang Dewa di tingkat kelima memancar dengan kuat. Cahaya merah berbias kekuatan halilintar keperakan menyebar. Setiap yang terpapar cahaya itu akan terdiam tak lama kemudian lenyap.“Hahaha ku akui kekuatan yang kau miliki itu luar biasa.“Lian Xue… Sekarang!” teriak Liong Yun.Pendekar Bayangan Maut memancarkan kekuatannya ke arah musuh. Mereka mundur, tidak ada yang berani mendekat. “Bedebah!” Pertapa Sakti Dari Pulau Kayangan menghardik marah. Ia baru menyadari apa yang sebenarnya tidak juan Liong Yun. Pemuda itu bukan ingin melawannya melainkan mengulur waktu agar orang-orang dunia persilatan aliran putih bisa meninggalkan tempat itu.Orang tua Sakti itu pun kemudian memerintahkan sepuluh orang kerdil yang wujudnya menyerupai dirinya itu untuk menghabisi orang-orang aliran putih. Sepuluh orang kerdil dengan wujud menyerupai Pertapa Sakti Dari Pulau Kayangan itu menyebar dengan cepat, menerjang ke arah para pendekar aliran putih yang berusaha me
Debur ombak menghantam karang bergantian dengan sangat cepat karena derasnya angin di pesisir pantai pinggiran kota Hongye. Batu karang yang hanya tersisa satu yang menonjol di pinggiran pantai bak dikeroyok ombak. Pemandangan yang tak jauh berbeda dengan yang dialami seorang anak kecil yang terpojok oleh puluhan orang dewasa di bibir pantai.“Hahaha… mau kemana lagi kau bocah? Tidak ada tempat untuk kau melarikan diri dari sini. Di belakangmu adalah lautan. Di seberang itu adalah Pulau Iblis Kematian. Dan disini kami siap mencincangmu! Keturunan keluarga Liong akan berakhir di sini!”Seorang anak kecil berusia delapan tahunan dikelilingi puluhan lelaki dewasa yang menghunuskan pedang, nampak terpojok di bibir pantai. Ia akan dihabisi oleh orang-orang yang ada disekelilingnya. Hanya jalan ke laut lah yang menjadi jalan satu-satunya. Namun arus dan angin saat itu pasti membawanya ke sebuah pulau yang sangat ditakuti, Pulau Iblis Kematian.Liong Yun nama anak itu. Ia menengok ke belaka