“Serang!”Pertapa Sakti Pulau Kayangan memberi perintah kepada sepuluh anak buah utamanya untuk menyerang. Mereka merupakan sepuluh pasukan pilihan yang dibuat oleh sang pertapa. Ia menamai mereka dengan Sepuluh Iblis Pengantar maut.Kesepuluh orang itu menggunakan pakaian serba merah. Mereka semua mengenakan topeng Iblis. Tubuh mereka memancarkan cahaya dan asap berwarna hitam.Para Iblis Pengantar Maut itu langsung mengepung Liong Yun di udara. Luar biasa, ternyata Ilmu meringankan tubuh sepuluh orang itu pun telah melampaui ketinggian ilmu normal manusia. Mereka melayang bagaikan berpijak di tanah. Hanya sesaat mereka menatap Liong Yun dengan ganas, kesepuluh orang itu langsung menyerang mengeroyok sang Pendekar Bayangan Maut.Kesepuluh orang itu berubah wujudnya menjadi sosok hitam pekat. Mereka menyerang Liong Yun dengan gerakan yang sangat cepat. Tenaga sakti yang mereka kerahkan pun bukan main-main.Namun serangan demi serangan yang dilancarkan oleh mereka tak satupun yang ber
Liong Yun mengerahkan seluruh tenaganya, memancarkan kekuatan merah yang begitu kuat hingga alam pun berguncang. Angin kencang berhembus, pepohonan melengking, dan awan-awan hitam berkumpul di langit, menciptakan suasana yang gelap dan tegang. Cahaya merah yang memancar dari tubuh Liong Yun menjadi semakin terang, seolah memenuhi seluruh medan pertempuran dengan kehangatan yang membara. Setiap orang yang terpapar cahaya itu menjadi sangat sulit bergerak.Orang-orang yang berada di sekitar pertempuran itu, baik dari pihak Liong Yun maupun dari pihak Pertapa Sakti Pulau Kayangan, menjauh dengan cepat. Mereka takut terkena dampak dari kekuatan yang begitu besar ini. Beberapa di antara mereka yang kurang waspada terkena sedikit cipratan energi merah itu, dan tubuh mereka terdiam tak lama kemudian terbakar dan hancur berkeping-keping.Liong Yun, dengan mata yang memancarkan kemarahan melesat maju dengan kecepatan kilat. Gerakannya begitu cepat sehingga sulit bagi mata manusia biasa untuk
Bummmm! Sebuah serangan dilancarkan Pertapa Sakti Pulau Kayangan ke arah kanannya. Di tempat itu ada beberapa orang pendekar utama pihak aliran putih yang berlindung. Beruntung serangan yang dilancarkan dapat dihalau oleh Liong Yun. Pemuda itu iu dengan gerakan yang sangat cepat mendahului serangan dan menghadangnya. Serangan itu berhasil ia balikkan ke arah musuh. Meski serangan itu berhasil dihalau oleh Liong Yun, namun pemuda itu pun tak lepas dari bahaya. Ia terlempar kuat hingga puluhan tombak. Tubuhnya terhempas ke tanah. “Huek!!!” mulut Liong Yun menyemburkan darah ketika akan bangkit dari tempat ia terjatuh. “Hahaha… bodoh sekali kau anak muda. Menghadang seranganku dengan ilmumu yang masih mentah itu!” ejek Pertapa Sakti dari Pulau Kayangan. Liong Yun tidak menghiraukan apa yang diucapkan oleh orang tua sakti itu. Ia berpikir keras bagaimana caranya menghadapi lawan yang kini sudah jauh lebih kuat. Dan ia pun membenarkan apa yang diucapkan oleh Pertapa Sakti dari Pulau K
Pancaran kekuatan Ilmu Tujuh Gerbang Dewa di tingkat kelima memancar dengan kuat. Cahaya merah berbias kekuatan halilintar keperakan menyebar. Setiap yang terpapar cahaya itu akan terdiam tak lama kemudian lenyap.“Hahaha ku akui kekuatan yang kau miliki itu luar biasa.“Lian Xue… Sekarang!” teriak Liong Yun.Pendekar Bayangan Maut memancarkan kekuatannya ke arah musuh. Mereka mundur, tidak ada yang berani mendekat. “Bedebah!” Pertapa Sakti Dari Pulau Kayangan menghardik marah. Ia baru menyadari apa yang sebenarnya tidak juan Liong Yun. Pemuda itu bukan ingin melawannya melainkan mengulur waktu agar orang-orang dunia persilatan aliran putih bisa meninggalkan tempat itu.Orang tua Sakti itu pun kemudian memerintahkan sepuluh orang kerdil yang wujudnya menyerupai dirinya itu untuk menghabisi orang-orang aliran putih. Sepuluh orang kerdil dengan wujud menyerupai Pertapa Sakti Dari Pulau Kayangan itu menyebar dengan cepat, menerjang ke arah para pendekar aliran putih yang berusaha me
Debur ombak menghantam karang bergantian dengan sangat cepat karena derasnya angin di pesisir pantai pinggiran kota Hongye. Batu karang yang hanya tersisa satu yang menonjol di pinggiran pantai bak dikeroyok ombak. Pemandangan yang tak jauh berbeda dengan yang dialami seorang anak kecil yang terpojok oleh puluhan orang dewasa di bibir pantai.“Hahaha… mau kemana lagi kau bocah? Tidak ada tempat untuk kau melarikan diri dari sini. Di belakangmu adalah lautan. Di seberang itu adalah Pulau Iblis Kematian. Dan disini kami siap mencincangmu! Keturunan keluarga Liong akan berakhir di sini!”Seorang anak kecil berusia delapan tahunan dikelilingi puluhan lelaki dewasa yang menghunuskan pedang, nampak terpojok di bibir pantai. Ia akan dihabisi oleh orang-orang yang ada disekelilingnya. Hanya jalan ke laut lah yang menjadi jalan satu-satunya. Namun arus dan angin saat itu pasti membawanya ke sebuah pulau yang sangat ditakuti, Pulau Iblis Kematian.Liong Yun nama anak itu. Ia menengok ke belaka
“Aku tidak akan menjadi mayat. Lebih baik aku menjadi Iblis agar bisa membalaskan semua dendam keluargaku!”Liong Yun berteriak. Anak lelaki yang masih berusia delapan tahun itu sudah menanggung beban dendam yang besar. Ia tanpa rasa takut memasuki jalan setapak yang terbentang di depannya.Saat Liong Yun mulai memasuki bagian dalam pulau itu, ia melihat sebuah cahaya terang yang mencolok diantara kegelapan pulau diselimuti hutan. Ia pun menjadikan titik cahaya itu sebagai tujuan. Beberapa kali ia meringis kesakitan merasakan terinjak batu berduri ataupun digigit binatang. Karena gelapnya tempat itu ia tidak mengetahui hewan apa saja yang sudah menggigitnya.Anak itu terus berjalan dengan sisa-sisa tenaga dan semangatnya. Sesekali ia terjatuh dan merasakan hewan-hewan dibawah langsung menyerangnya. Hanya dengan menyapu dengan tangan ia coba menepis hewan-hewan yang merayapi tubuhnya. Hewan yang menggigit dimana saja tempat ia singgahi.Keadaan Liong Yun semakin payah. Ia merasa pandan
“Murid-murid Kuil Dewa memberi hormat!” ucap seluruh biksu Kuil Dewa seraya berlutut melihat kedatangan Biksu Kaiming dan Biksu Tian Kong.“Apa yang terjadi?” tanya Biksu Kaiming, ketua generasi ke sepuluh Kuil Dewa.“Seseorang telah mengacau di Aula Agung,” jawab salah seorang murid.Biksu Kaiming dan Biksu Tian Kong langsung melesat ke dalam. Mereka langsung menuju Aula Agung tempat yang dianggap paling suci di tempat itu. Tempat dimana terdapat Tiga Patung Dewa Teritinggi berukuran besar. Tempat yang dijaga Delapan Belas Biksu Tubuh Emas yang rata-rata memiliki tingkat kesaktian diatas rata-rata orang-orang dunia persilatan.Betapa terkejutnya dua biksu utama itu ketika melihat Aula Agung sudah terbuka dengan paksanya. Pintu hancur berkeping-keping. Sementara keadaan di dalam membuat semua orang pasti bergidik melihatnya. Tiga Patung Dewa tertinggi putus kepalanya dan tergeletak di tanah. Sementara delapan Belas Biksu Tubuh Emas tergeletak di tanah tak sadarkan diri.“Telapak Dewa
Sebuah gedung besar tepat berada di tengah-tengah kota Hong Sha dinamai Kamar Dagang Keluarga Lim. Sebuah keluarga besar yang bukan hanya terkenal dengan anggota keluarganya yang memiliki kemampuan hebat di bidang bela diri namun juga mereka piawai dalam usaha dagang. Pasar besar kali ini dilaksanakan di kamar dagang yang keluarga Lim dirikan.Pasar besar itu akan dilaksanakan tiga hari lagi. Namun sudah banyak para orang-orang dunia persilatan baik dari aliran hitam maupun putih datang berkunjung. Di kota inilah para pendekar dua aliran bertemu tanpa terlibat pertarungan. Sebuah aturan yang sudah sejak lama berlaku dan siapapun yang melanggar tentu akan menjadi musuh bersama dua aliran.Bukan hanya orang-orang dunia persilatan yang tertarik dan datang. Mereka yang merupakan sebuah perkumpulan keluarga terutama mereka yang berasal dari keluarga kaya dan kemampuan beladiri mereka tinggi turut datang meramaikan. Di pasar itulah biasanya mereka menemukan mestika berharga atau pusaka yang