Diutus dari surga untuk menyembuhkan luka dunia, Rafael, malaikat penyembuh yang agung, menerima tugas terberat dalam keberadaannya: hidup sebagai manusia. Dengan kehilangan sayapnya dan kekuatan ilahi yang hanya tersisa dalam bayang-bayang, Rafael harus menavigasi dunia yang penuh dosa, penderitaan, dan keraguan. Di sebuah kota modern yang diliputi kegelapan, ia bertemu Liam, seorang anak yatim yang membawa "cahaya" istimewa yang dapat memulihkan harapan umat manusia. Namun, cahaya itu juga menarik perhatian Azariel, kekuatan gelap yang akan melakukan segala cara untuk menghancurkannya. Bersama dengan Dr. Elena Hart, seorang ilmuwan skeptis yang menyimpan luka mendalam akibat kehilangan anaknya, Rafael berjuang untuk melindungi Liam sambil belajar menghadapi batasannya sebagai manusia. Dalam perjalanan yang penuh tantangan, Rafael tidak hanya bertempur melawan makhluk kegelapan, tetapi juga melawan keraguan di dalam dirinya sendiri. Mampukah ia menyelesaikan misinya sebelum waktu habis, atau akankah ia kehilangan kesempatan untuk kembali ke surga? "Sayap Tersembunyi: Misi Rafael" adalah kisah epik tentang pengorbanan, harapan, dan perjuangan mencari makna hidup di tengah batasan manusiawi. Sebuah perjalanan spiritual yang akan menggugah hati dan imajinasi pembaca.
View More“Siapa dia?” Karen berkata dengan lembut meski getaran pada suaranya terdengar cukup jelas.
Matanya mencuri pandang pada seorang wanita yang duduk di sofa, sedangkan mata wanita itu tengah sibuk menelusuri setiap inci rumah mereka. Perhatian Karen kemudian berpusat pada perut buncit wanita itu.Jones tidak menjawab pertanyaannya, dia malah sibuk memastikan perempuan itu dapat duduk dengan nyaman di rumah mereka. Karen masih berpikir positif terhadap tingkah laku Jones. Setelah memastikan orang itu duduk nyaman, suaminya menarik tangannya dan melangkah menjauh dari perempuan itu. Sungguh karen mulai merasa takut akan apa yang dikatakan Suaminya. Karen memegang tangan Jones yang hangat, bertumpu di sana karena kakinya yang mulai lemas.“Siapa dia? Jangan menakuti-ku!” gumam nya sekali lagi, Karen berusaha menyunggingkan senyum kecil, meskipun disisi lain dia tak siap mendengarnya. Dia yang paling tahu jika suaminya tidak suka dimarahi, apalagi jika Karen berprasangka buruk dalam hubungan mereka.Jones menatap mata Karen dingin sambil berkata, “Dia calon istriku!”Pernyataan itu membuat Karen mendadak lemas bal kerupuk di ruangan terbuka, jantungnya meraung hebat, tangan kurusnya meremas kuat tangan Jones, darah-darah tampak membuat telinganya memerah, air matanya keluar tanpa hambatan sehingga membasahi lehernya yang putih.“Kau bercanda kan? Iya… kau hanya bercanda.” Tawa kecil keluar di sela-sela nafasnya yang kacau.“Aku tidak bercanda, dia mengandung anakku!” Anakku? Satu kata yang membuat matanya membulat sempurna. Dia menatap perut buncit wanita itu dengan pandangan kosong. Karen menjambak rambutnya sendiri, tidak bisa mempercayai perkataan yang dilontarkan suaminya.“Kau selingkuh?”“Pernikahan kita tidak pernah dipublikasikan, kita akan bercerai! Jangan membuat pernyataan konyol!”“Konyol? Ka-” Mulutnya tertutup rapat, matanya menatap tak percaya. Bagaimana suami yang begitu mencintainya tiba-tiba melontarkan kata cerai seringan dan sedingin itu. “Aku tidak mau.” Suara rendah dan bulatnya menarik perhatian seisi rumah yang tenang.“Kami akan menikah, kau hanya akan jadi pengganggu. Karen. Jadilah baik dan penurut!”'Pengganggu?' Otaknya tidak dapat mengidentifikasi maksud perkataan itu. Dia pengganggu? Apa pernyataan itu dapat diterima? Selama ini dia adalah istri sah dari orang yang sedang bicara di hadapannya saat ini. Bagian mana dari statusnya yang dapat dikatakan sebagai pengganggu?"Aku sangat baik dan aku juga selalu menuruti semua yang kau mau. Aku selalu menjaga emosiku demi kenyamananmu, karena aku sangat-sangat menyayangimu."Wanita di kursi tampak hendak berdiri mendekati mereka, namun sebelum dia berdiri Jones sudah mendekat dan menyuruhnya untuk duduk kembali.“Jangan banyak bergerak!” Jones menyikap rambut panjang wanita itu ke belakang telinganya, wajah tampan dan dingin nya memandang perut wanita itu dalam diam. “Maaf! Sepertinya dia haus,” ucap wanita itu tersenyum lembut sembari mengelus perut besarnya, iris matanya menatap lekat wajah tampan di depannya.Kuku-kuku tajam Karen menerobos masuk ke dalam daging telapak tangannya sendiri, darah segar mulai menggenang di dalam genggaman sesak itu. Kebiasaannya dalam menahan amarah seolah sudah mengakar di dalam alam bawah sadarnya. Mata basahnya memperhatikan bagaimana suaminya menuangkan air putih ke dalam gelas diatas meja dengan gerakan yang lihai.“Ini!” Jones memberikan segelas air pada wanita itu.“Kau….” Kata-kata berikutnya tidak berhasil keluar dari bibir merah muda Karen. 'Kau seharusnya tidak menggunakan gelas itu. Gelas itu tidak pernah dipakai oleh orang lain'. “Kenapa kau lakukan ini?” tanyanya dengan penuh penekanan. Semua mungkin masih bisa berubah, setidaknya Karen masih mengharapkan itu.Jones menatapnya dengan begitu tajam, tatapan itu menembus matanya dan masuk langsung ke hati kecilnya. Rasa sakit itu sukses membuat Karen kehilangan keberanian yang dia miliki sebelumnya.Karen menoleh ke belakang dan menatap lurus celah pintu dapur yang tengah menyembunyikan kue ulang tahun pernikahan mereka, dia sangat jelas mengingat betapa bahagianya menanti Suaminya pulang untuk merayakan hari jadi pernikahan mereka bersama-sama, kemudian mereka duduk dan berdoa bersama untuk kebahagiaan di hari-hari seterusnya. Lagi-lagi itu telah menjadi bayangan semata.“Kau tidak bisa memberikanku anak, oleh karena itu aku tidak perlu mempertahankanmu.”Hatinya bak teriris pisau tumpul, Karen yang sudah lemah mulai melangkah maju dan memeluk Jones dengan lembut. Menarik jaket yang dikenakan pria itu serta perlahan mencari tempat bersembunyi di sana. “Kita masih bisa mencobanya, kenapa kau begitu terburu-buru!”Jones mendorong Karen dan melebarkan jarak diantara mereka. “Aku tidak punya banyak waktu, segera selesaikan ini dan pergi! Setelah bercerai kau tidak perlu khawatir tentang uang atau masalah hidup lainnya.” Jones memberikan amplop yang berisikan surat cerai mereka.Karen menggeleng cepat. “Aku mencintaimu. Aku tidak memerlukan itu.” Dia bahkan tidak dapat menghitung berapa kali dia sudah mengatakan itu. “Apa kau tidak mencintaiku?” sambungnya, tetapi Karen merasa itu tidak mungkin.“Di dunia ini aku tidak memerlukan omong kosong itu.” Jones sangat tenang dan cepat dalam menanggapi setiap perkataan Karen.Karen terduduk di lantai dengan air mata yang belum kering, dia merasa malu akan dirinya sendiri, dihadapkan dengan berbagai perasaan campur aduk. Dia tidak pernah berpikir untuk hidup tanpa Jones atau bahkan sampai bercerai dengannya. Tanpa dukungan pria itu hidupnya hanya akan memandang masa lalu, namun wanita itu tengah mengandung anak suaminya, dia adalah calon ratu yang akan mendampingi seorang raja. Karen bahkan tidak tahu sebagai apa dia dalam hubungan itu.“Celin? Kau sudah datang!” Suara kencang dan hangat datang mendekat. Ibu mertua Karen yang baru saja datang segera langsung mendekat, sebelum mendekati Celin wanita itu lebih dulu memandang Karen dengan tatapan jijik. Setelah melihat ke arah Celin, bibirnya langsung membentuk senyuman, mengabaikan Karen yang seolah tidak ada di sana.Rasa sakit sudah tidak dapat dia katakan. Bahkan harapannya untuk dibantu dalam situasi ini sirna tepat saat Ibu mertuanya sendiri tampak sangat tahu menahu tentang persoalan wanita itu. Dia merasa hampa karena menjadi satu-satunya orang yang tidak tahu dengan hal itu, perut wanita itu terlihat sudah membesar. Jelas sekali Jones sudah mengkhianatinya sejak lama, serasa kembali dijatuhi batu, Karen mulai merasa sedikit demi sedikit kehilangan identitasnya sendiri.“Jadi kapan kalian akan bercerai?” tanya ibu Jones dengan senyum cerah, terlukis jelas di wajahnya yang sudah lama menantikan hari ini tiba.“Jones sudah mengatakan untuk bercerai, tapi dia menolak.” Bukan Jones atau Karena yang menjawab, melainkan Celin dengan wajah cemberutnya. Dia memasang wajah kelelahan karena bayi yang ada di perutnya tersebut. Melihat itu membuat Ibu Jones tidak tega dan berakhir memaki Karen.“Kau ini kenapa, kau itu mandul dan menjijikan. Cepat tinggalkan anakku sekarang. Kau mau harta? Katakan saja berapa, aku akan memberikannya tapi setelah itu jangan ganggu keluarga kami lagi!”Karen berdiri dengan tubuh gemetar. Dia memang tidak bisa marah di hadapan suaminya tapi dia ingin haknya kembali, dia ingin keluarganya kembali padanya.“Jones adalah keluargaku begitu juga dengan Ibu. Kalian keluargaku yang berharga, seharusnya yang tidak mengganggu keluarga kita itu, dia.” Karen berkata dengan isak tangis yang semakin menjadi.“Ibu… aku anakmu juga. Aku sudah bersama kalian lebih lama darinya, sejak SMA kami selalu bersama, kami menikah dan hari ini ulang tahun pernikahan pertama kami, Ibu! Tolong terima aku apa-adanya!”Ibu mertuanya menepis kasar tangan dingin Karen, hal itu meninggalkan bekas darah Karen di pakaian wanita itu. “Dia sudah menjadi keluarga kami, dia memiliki cucu ku, dia akan menjadi nyonya keluarga ini dan pernikahan akan segera diumumkan, kau tidak akan mendapatkan pengakuan apa-apa. Karen… pergi dan jangan kembali!”“Tap–”“Karen!” suara dingin itu membius badan Karen. Karen ingin pemilik suara itu memanggil namanya dengan lembut seperti dulu. Dia muak dengan suara dingin itu, dia merindukan suaminya bukan pria gila di hadapannya.“Kau tidak bisa jadi istriku, tapi kau bisa jadi maduku. Bagaimana?”Langit di atas Nexus Eterna berubah menjadi lautan energi bercahaya. Cahaya putih dan bayangan hitam bercampur dalam pusaran besar yang memancarkan kekuatan luar biasa. Di tengah medan perang, Liam, Elena, Rafael, dan para penjaga Nexus berdiri menghadapi sosok raksasa, Manifestasi Ketidakseimbangan.Makhluk itu melangkah maju, setiap jejaknya menciptakan gelombang kehancuran. Suaranya menggema seperti ribuan bisikan kegelapan. “Kau telah menciptakan Nexus Eterna, tetapi itu hanya mempercepat kehancuran dunia. Keseimbangan adalah ilusi. Cahaya dan bayangan tidak bisa hidup berdampingan.”****Liam, meskipun lemah, melangkah maju dengan tongkat Primordial Lumina di tangannya. “Kau salah. Cahaya dan bayangan adalah bagian dari dunia ini. Tanpa keduanya, dunia tidak akan bertahan.”Elena memegang pedangnya erat. “Kami tidak akan membiarkanmu mengambil Nexus. Dunia ini telah berjuang terlalu keras untuk mencapai keseimbangan.”Rafael, dengan sayap malaikatnya yang bercahaya, melancarkan s
Bayangan besar yang mengintai langit semakin jelas. Sosok itu tampak seperti raksasa yang terbentuk dari campuran cahaya dan kegelapan, dengan mata merah menyala yang memancarkan kehancuran. Tanah di sekitar Nexus bergetar hebat, menunjukkan kekuatan luar biasa yang dibawa oleh ancaman ini.“Liam, ini bukan ancaman biasa,” kata Rafael dengan suara tegas sambil menghunus pedangnya. “Kita harus bersiap untuk perang besar. Nexus tidak bisa jatuh.”Liam, meskipun terlihat lemah, berdiri tegak dengan tongkat Primordial Lumina di tangannya. “Aku tahu. Tapi kekuatanku semakin terkuras. Aku membutuhkan semua orang untuk melindungi Nexus sementara aku mencari cara menghentikan makhluk itu.”Elena memegang pedangnya erat. “Kami tidak akan membiarkanmu melakukannya sendiri. Nexus ini adalah simbol perjuangan kita semua.”****Makhluk-makhluk dimensi lain mulai menyerang dengan jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan sebelumnya. Pasukan penjaga Nexus, yang dipimpin oleh Elena dan Rafael, berusa
Setelah menyatukan Nexus Cahaya Tertinggi, Liam, Elena, dan Rafael kembali ke dunia asal mereka melalui portal yang terbuka di tengah dimensi Nexus. Namun, dunia yang mereka kenal sudah tidak sama.Langit biru yang biasanya cerah kini dihiasi oleh garis-garis emas dan hitam, memancarkan keseimbangan yang aneh namun indah. Angin yang berhembus membawa aura damai, tetapi tetap terasa adanya kewaspadaan yang mengintai.Di Nexus Eterna, cahaya dan bayangan kini berputar dalam harmoni sempurna, memancarkan energi yang membuat setiap penjaga merasa lebih kuat namun juga lebih bertanggung jawab.****Para pemimpin dari komunitas yang tersebar mulai berdatangan ke Nexus untuk melihat perubahan ini. Salah satu pemimpin, seorang wanita tua bernama Miria dari Dataran Utara, berbicara dengan rasa takjub.“Apa yang telah kau lakukan, Liam? Dunia ini terasa berbeda, seolah-olah beban besar telah diangkat.”Liam, yang masih terlihat lemah setelah proses penyatuan Nexus, tersenyum tipis. “Keseimbanga
Liam, Elena, dan Rafael melangkah keluar dari portal, memasuki ruang yang tampak tak berbatas. Langit di atas mereka adalah lautan bintang yang terus bergerak, sementara lantai di bawah kaki mereka adalah cermin raksasa yang memantulkan bayangan setiap langkah. Di tengah ruang itu, sebuah bola energi raksasa melayang, memancarkan cahaya dan bayangan yang saling berputar. Bola itu adalah inti dari Nexus Cahaya Tertinggi, sumber energi yang telah mereka cari. Namun, ada sesuatu yang aneh—inti itu tampak tidak stabil, dengan retakan yang menyebar di permukaannya. “Ini dia,” kata Rafael dengan suara rendah. “Inti Nexus Tertinggi. Tempat di mana keseimbangan sejati harus ditegakkan.” Elena memandang inti itu dengan mata penuh kekaguman sekaligus kekhawatiran. “Tapi mengapa itu retak? Apa artinya?” Liam melangkah maju, merasakan energi yang luar biasa dari inti itu. “Retakan ini adalah tanda bahwa dunia kita tidak dalam keseimbangan. Jika kita tidak bisa memperbaikinya, Nexus Eterna
Setelah melewati portal, Liam, Elena, dan Rafael tiba di dimensi baru yang terasa aneh. Langit di atas mereka setengah bersinar terang dengan cahaya putih murni, sementara setengah lainnya tenggelam dalam kegelapan yang tidak tertembus. Tanah di bawah mereka terus berubah, kadang bersinar terang seperti kristal, kadang menjadi bayangan pekat yang menyerap cahaya di sekitarnya. Setiap langkah mereka terasa seperti melangkah di antara dua dunia yang berlawanan, tetapi tetap saling terkait. “Elena, Rafael, berhati-hatilah,” kata Liam, menggenggam tongkatnya lebih erat. “Tempat ini… terasa seperti keseimbangan itu sendiri.” Rafael mengangguk, matanya tajam memindai sekeliling. “Ini adalah Dimensi Cahaya dan Bayangan. Tempat ini mencerminkan konflik dalam dirimu sendiri, Liam, dan juga dalam dunia yang kau coba selamatkan.” Tiba-tiba, tanah di sekitar mereka mulai bergolak. Dari sisi terang, sosok-sosok bercahaya muncul. Mereka berbentuk manusia, tetapi tanpa fitur wajah, hanya tubuh y
Ketika Liam, Rafael, dan Elena melangkah melalui portal menuju dimensi berikutnya, dunia di sekitar mereka berubah drastis. Dimensi baru ini adalah hamparan luas yang berkilauan dengan cahaya emas. Bangunan tinggi menyerupai kuil-kuil besar mengambang di udara, dan di kejauhan, air terjun bercahaya mengalir tanpa henti.Namun, meskipun terlihat damai, ada sesuatu yang aneh. Udara terasa berat, dan waktu seolah-olah berhenti. Tidak ada angin, tidak ada suara, dan setiap langkah mereka terasa seperti melawan kekuatan yang tak terlihat.Rafael memandang sekeliling dengan hati-hati. “Ini adalah Dimensi Keabadian. Tempat ini adalah refleksi dari kekekalan, tetapi juga penjara bagi mereka yang terjebak dalam kesombongan abadi.”****Ketika mereka melangkah lebih jauh, suara yang lembut tetapi memikat mulai terdengar di sekitar mereka. Suara itu berbicara dalam berbagai bahasa, masing-masing menawarkan sesuatu yang sangat diinginkan oleh pendengarnya.“Liam, kau bisa menjadi dewa jika kau te
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments