Sore ini rumah Ibu terlihat sepi, Ningsih beserta Alea dan Rival sudah pulang ke rumah mereka. Bapak sedang menghadiri acara di kampung sebelah. Tinggalah Ibu hanya berdua dengan Luna.
"Assalamualaikum" ucap Fathir saat memasuki rumah, wajahnya tampak kusut dan lelah karena seharian bekerja.
"Waalaikumsalam, Alhamdulillah sudah pulang, Le" sambut Ibu dengan senyuman hangat.
"Coba bangunin istrimu, ajak makan bersama. Dari tadi siang tidur, Ibu gak tega yang mau bangunin." titah Ibu saat mengetahui Fathir ingin merebahkan tubuhnya di sofa, bukan menghampiri istrinya terlebih dahulu.
Sepertinya Ibu paham dengan situasi dan kondisi mereka berdua pasca tragedi kemarin.
Ibu memandang Fathir dengan tatapan penuh tanya.Fathir terduduk lesu, Ibu hanya mampu mengelus lengan Fathir, berharap hal itu bisa sedikit menguatkan putra bungsunya."Luna dalam bahaya, Bu" sorot mata Fathir tampak kuyu."Kenapa, Le? Cerita sama Ibu, jangan kamu simpan sendiri.""Kata dokter, Luna mengalami gejala komplikasi, butuh penanganan dan pengawasan lebih lanjut lagi. Posisinya sedang mengandung, aku jadi merasa bersalah" Fathir meremas rambutnya pelan."Maksudnya gimana? Tapi sepengetahuan Ibu, selama ini Luna sehat, baik-baik saja" kerut di kening Ibu nampak semakin jelas.
Tok...tok...tok"Permisi, dok""Ya, masuk" terdengar suara sahutan dari dalam, membuat Fathir berani membuka pintu dan masuk ke dalam."Silahkan duduk, Pak Fathir" ujar dokter Adam ramah.Fathir menyeret kursi lebih maju, mendekat ke arah dokter yang sedang sibuk memperhatikan file beramplop coklat di tangannya.Tiba-tiba saja, dada Fathir berdetak tak karuan. Entah apa yan
Senyum Luna merekah, meskipun terpaksa, Fathir tetap mau menuruti keinginannya."Gak usah senyum-senyum ke-GR-an ya, kamu. Ini demi menjaga nama baik keluarga, jangan sok kecantikan, yang ada aku eneg" kalimat dari Fathir cukup tajam sehingga membuat Luna menarik kembali senyumnya.'Sekarang boleh jadi kamu eneg, Mas. Tapi tunggu saja, saat anak ini lahir nanti, masihkah kamu bisa eneg sama aku, Mas?' batin Luna dalam hati.Sebuah senyum licik terukir dari bibirnya.****** ****** ******
"Apa ada resiko jika melakukan sc sebelum waktunya, Dok?""Nah, ini saya butuh pengamatan lebih lanjut sesuai kondisi Ibu Luna. Mulai dari tes darah, radiologi, rekam jantung serta riwayat penyakit yang diderita. Untuk meminimalisir terjadinya hal yang tidak diinginkan, maka dari itu saya butuh persetujuan dari pihak suami" jelas Dokter Adam dengan detail."Baik, dok. Lakukan saja mana yang terbaik. Asal istri dan anak saya bisa diselamatkan""Iya, Pak. InsyaAllah. Saya pasti berusaha semaksimal mungkin. Biar perawat yang akan membantu melakukan serangkaian tes, doakan saja hasilnya bagus, agar operasi bisa berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Namun, tetap satu kuncinya. Berdoa, Pak. Minta sama sang Pencipta untuk kelancaran persalinan i
"Ya Allah, Nak. Lucu sekali kamu, aku janji, terlepas siapapun anak siapa kamu, aku akan tetap merawatmu. Bahkan, sejak dalam kandungan pun aku sudah jatuh hati padamu. Sehat lah, Nak. Aku tak sabar ingin membawamu dalam dekapanku," gumam Fathir lirih. ***
"Hah, percuma saja habis melahirkan tetep aja dicuekin, gak dianggap lagi! Kukira bakal dikasih surprise atau berlian, minimal mobil gitu. Dasar keluarga gak tau diri, kok ya gak punya rasa terima kasih gitu lho!" Rutuk Luna kesal dalam hati.Luna merebahkan tubuhnya ke atas kasur, bersantai memejamkan mata. Ia tak menghiraukan gedoran Fathir di depan pintu kamar.******** ******** ********
Luna menggendong baby Zhue yang tertidur pulas, ia hendak membawanya masuk ke dalam rumah.Baru saja beberapa langkah, ada rasa nyeri di perut Luna. Seperti ngilu, perih dan langkahnya terasa semakin berat.Luna memaksakan kakinya untuk melangkah lebih lebar, agar cepat sampai masuk ke dalam kamar.Rasa sakit di perutnya semakin menjadi-jadi. Kali ini rasanya seperti luka yang teriris pisau, terasa perih.Gendongan baby Zhue di tangannya semakin mengendur, Luna mencoba melangkahkan kakinya secara perlahan.Tetap saja, hal itu tidak mengurangi rasa ngilu di dalam perutnya."Ah, sial! Kenapa sih nih perut? Sakitnya beneran nih, bukan kaleng-kaleng. Kenapa, ya?" Luna menggeram dalam hati.Perutnya seperti akan lepas, tak menyat
Halo, Assalamualaikum.Mohon maaf, ya. Mamak baru nongol setelah hampir sebulan.Yuk, dilanjut. Jangan bosen² ya!"Sesuai perintah Bapak, saya sudah serahkan semua sampel kepada pihak rumah sakit, Pak. Untuk proses mungkin memerlukan waktu cukup lama untuk mendapatkan hasil yang akurat," ujar Pak Yatno, rekan Fathir yang dimintai tolong melakukan tes DNA."Nggak papa, saya paham. Terima kasih banyak untuk bantuannya. Jangan sungkan hubungi saya kapan pun jika memang itu diperlukan," kata Fathir mantap."Siap, Pak. Laksanakan!" Pak Yatno pamit undur diri setelah melaporkan hasil pekerjaannya.Fathir memijit keningnya perlahan, rasa lelah karena memikirkan tes DNA hampir menguras seluruh tenaganya.Setelah mengemasi berkas dan laporan, Fathir bergegas pulang ke rumah. Ia rindu dengan baby Zhue, entah kenapa, secapek dan selelah apapun dia, akan mereda setel