Napas Alea masih tersengal dengan sisa rasa dari pria lain yang tertinggal di bibirnya. Tindakan yang sangat tidak pantas dan bisa dianggap kurang ajar tapi tidak tahu kenapa ternyata Alea tidak bisa marah pada Troy. Sepertinya Troy juga sedang terlihat bingung dan gelisah.
"Maaf-maaf ... maafkan aku ... seharusnya aku tidak begini ... "
Alea masih syok karena sama persis seperti yang juga pernah dilakukan Anmar Haris padanya.
"Aku seperti tidak bisa mencegahnya."
Waktu itu Anmar juga mengatakan hal yang sama persis seperti itu. Tapi anehnya kali ini Alea tidak gugup seperti waktu Anmar yang menciumnya, Alea tetap tenang meskipun sempat syok.
"Aku istri kakakmu!" teg
YUK VOTE YA
Tinggal satu kabin dengan pasangan pengantin baru dalam perjalanan panjang adalah mimpi buruk yang sebenarnya ingin Troy hindari. Troy tida munafik, dia juga laki-laki dan untuk sekedar melihat kakaknya menggenggam tangan Alea saja ia sudah tidak tahan. Tapi niat Troy untuk menghindari Alea ternyata malah berujung dengan mereka bertiga yang tetap pergi bersama dengan jadwal dua hari lebih cepat. Berbagai pikiran terkutuk kembali memenuhi isi kepala Troy ketika melihat sang kakak menarik Alea untuk merapat ke dadanya. Alea mengeluh agak pusing karena ini perjalanan panjang pertamanya, walaupun mereka sempat singgah untuk transit tapi tetap saja Alea merasa kurang sehat setelah lewat sepuluh jam dalam penerbangan. Anmar sudah menyarankan Alea untuk berbaring karena ada tempat tidur yang cukup nyaman di dalam kabin, tapi Alea justru maki
Troy menemani Alea menunggu Anmar yang masih bicara dengan ibunya. Troy mengajak Alea keruangan yang lebih santai dan nyaman. Troy minta pelayan untuk membuatkan minuman hangat untuk Alea karena dia melihat Alea juga masih agak syok dengan suhu udara kota Boston mendekati akhir tahun. "Minumlah dulu," kata Troy setelah minuman mereka datang dan langsung mendekatkannya ke depan Alea. Alea juga langsung meraih gelasnya untuk dia genggam dan seketika rasa hangat membuatnya nyaman. Mereka duduk di ruangan luas dengan kisi-kisi balkon yang di biarkan terbuka. Dari lantai dua tersebut Alea bisa melihat ke halaman samping yang juga cukup luas dengan kolam renang serta taman. Rumah yang sangat besar dan megah di sebuah kota besar yang terkenal dengan mayoritas penduduk kaya, keluarga suaminya jelas bukan keluarga biasa. Walaupun Alea bu
Ini adalah kali pertama Alea bertemu dengan ibu mertuanya dan Alea tidak menyangka jika ibu mertuanya ternyata masih sangat cantik meski usianya bisa terbilang sudah tidak muda lagi. Nyonya Camila memang sangat cantik dengan keanggunan yang tepat untuk seorang nyonya besar dengan dua anak laki-laki yang hebat. Nyonya Camila sedang duduk di ujung meja agak berjauhan dengan Troy ketika Anmar membawa Alea ikut bergabung di meja makan. "Perkenalkan istriku Alea, Ibu." Alea langsung menghampiri nyonya Camila dan mencium punggung tangannya. "Senang akhirnya bisa bertemu, Ibu." Nyonya Camila cuma memperhatikan Alea dari ujung kepala sampai ujung kaki. Meski tidak mengucapkan apa-apa Alea paham jika penampilannya mungkin tidak cocok
Akhirnya Anmar setuju untuk tidak pulang tapi dia tidak mau membawa Alea ikut duduk bersama ibunya dulu, bagaimanapun mereka perlu waktu untuk sedikit berdamai dengan ego masing-masing. Kadang menunggu memang diperlukan, sama halnya jangan memutuskan suatu perkara pada saat masalah itu sedang terjadi, tunggu sejenak seperti menunggu air yang keruh jadi lebih jernih karena pikiran dan keputusan yang diambil ketika sudah lebih tenang bisa sangat berbeda. Anmar mengajak Alea sarapan di halaman belakang sekaligus untuk menghirup udara segar di bawah naungan pohon cemara yang masih berdaun hijau setelah melewati musim gugur. Menghabiskan waktu yang hangat di suhu udara yang semakin turun juga bisa terlihat sangat manis. "Habiskan makananmu." Anmar melihat Alea yang cuma makan sedikit-sedikit. "Apa minumannya sudah dingin?" Anmar juga memas
Setelah perdebatannya dengan Anmar kemarin kesehatan nyonya Camila jadi ikut agak drop. Sebagai seorang anak ternyata Anmar juga tidak bisa mengabaikan ibunya begitu saja. Walaupun Alea istri yang sangat pengertian untuk terus mengalah dan memaklumi semua perlakuan yang dia terima tapi Anmar tetap tidak tega membiarkan Alea berlama-lama dalam situasi seperti ini. "Tinggallah sampai pergantian tahun," kata nyonya Camila tiba-tiba ketika Anmar membawa Alea untuk ikut makan malam bersama mereka. "Ibu ingin menghabiskan akhir tahu bersama kalian dan beri aku kesempatan untuk mengenal istrimu." Sebenarnya Anmar dan Troy juga terkejut dengan perubahan tiba-tiba sikap ibu mereka tapi Alea tetap memandangnya sebagai kesempatan. Alea memberi isyarat pada Anmar agar mengangguk.
Troy dan Alea masih syok karena yakin Anmar sudah ikut mendengar pembicaraan mereka yang sepertinya telah membuat pria itu salah paham. Alea segera mengejar suaminya karena siapapun bisa berpikiran salah jika mendengar serta melihat situasi seperti tadi dan seorang suami berhak marah. Alea sangat takut serta panik, Alea tidak mau kehilangan kepercayaan dari suaminya, Alea juga tidak mau Anmar membenci Troy karena dirinya. Celina baru berpamitan pada nyonya Camila ketika melihat Alea mengejar suaminya, tak berapa lama Celina juga melihat Troy keluar dari pintu garasi. Troy nampak kacau bahkan segera berpaling saat Celina sengaja menatapnya. Celina bisa langsung menduga dari mana sumber kekacauannya. Mereka sama-sama kenal sifat Anmar yang tidak akan banyak bicara tapi bisa lebih keras dari siapapun dengan keteguhannya.
Anmar sedang berdiri di samping meja wastafel mengetuk-ngetukkan jemarinya yang sudah gelisah tidak sabar sementara Alea masih duduk cemas di atas toilet yang tertutup. Tangan Alea gemetar memegangi benda pipih yang sedang sama-sama mendebarkan untuk mereka berdua. Alea sudah terlambat selama dua minggu dan sudah sejak kemarin Anmar ribut tidak sabaran tapi Alea sengaja menahannya sampai di penghujung tahun baru. "Bagaimana?" tanya Anmar begitu melihat Alea baru mendongak padanya. Alea tidak bicara apa-apa dia hanya langsung menunjukkan hasil dua garis merah dari alat kecil di tangannya. "Oh, Tuhan .... " Anmar langsung meraih tubuh Alea untuk dia peluk erat-erat sampai ikut terangkat. "Aku berhasil membuatmu hamil Alea!" Anmar masih sangat bahagia, gemas dan luar biasa antusias den
Jika melihat kondisi mobil yang dikendarai Troy nampaknya memang mustahil siapapun bisa selamat. Nyonya Camila langsung jatuh pingsan begitu mendengar berita kecelakaan yang menimpa putra keduanya. Tadi Troy sudah dia peringatkan agar tidak pergi tapi anak itu tetap bersikeras dan mengabaikan semua peringatan ibunya. Nyonya Camila juga sempat sangat sedih karena kedua putranya jadi tidak ada yang mau perduli mendengarkannya hanya karena seorang wanita. Tidak ada yang bisa dia salahkan selain Alea untuk semua bencana ini. Ketakutan seorang ibu ketika hanya memiliki anak laki-laki adalah saat kelak anak laki-lakinya akan pergi meninggalkannya demi seorang wanita. Walaupun tidak selalu seperti itu tapi nyatanya Anak perempuan tetap lebih dianggap mampu untuk mengurus dan menjaga ibunya. Semuanya sangat kacau karena kondisi nyonya Camila