PoV Author Soni dan Mita langsung menemui Keyla yang sedang terbaring lemah di ruang perawatan. Dia sudah di pindahkan dari ruang IGD. "Aku dimana?" tanya Keyla sambil membuka matanya. "Kamu di rumah sakit, Sayang," jawab Soni dengan lembut. "Aku kenapa Mas, kok bisa di rumah sakit? Bukankah kita tadi lagi di kantor?" Keyla merasa kepalanya masih pening dengan selang infus yang menancap di tangan kirinya. "Kamu setelah ini harus banyak istirahat ya. Kalau di kantor nanti nggak usah ngambil lembur." Soni membelai rambut Keyla. "Kok kamu jadi over protektif gini Mas, aku nggak apa-apa kok. Aku baik-baik aja. Mungkin hanya lemas." Soni tersenyum. Belum sempat Soni memberi tahukan kepada istrinya tentang kabar bahagia itu. Dokter dan perawat masuk ke ruangan untuk memeriksa keadaan Keyla. "Alhamdulillah, keadaan Ibu Keyla sudah mendingan. Selamat ya Bu. Ibu sedang mengandung. Tolong di jaga baik-baik ya kandungannya," kata Dokter Yudi yang dulu pernah merawat Keyla. "Hah? Yang be
POV IRAAku sudah mengira bahwa Bang Ardan akan mengetahui kalau anak yang ku kandung bukan anaknya. Aku sudah mempunyai kekasih cadangan. Ya, rekan kerjaku di toko kue yang bernama Mas Erwin. Flashback --Mas Erwin sebenarnya sudah mempunyai istri tetapi istrinya sakit-sakitan, jadinya tidak bisa melayaninya. Aku sekarang menjadi simpanan Mas Erwin karena Bang Ardan tidak bisa memberikanku nafkah secara penuh. Walaupun aku dalam keadaan hamil, tetapi Mas Erwin bisa menerima keadaanku. Kami pun bercinta dengan hot di sebuah hotel paling tidak seminggu sekali. Jelas perselingkuhan ini aku tutup dengan rapi agar Bang Ardan tidak curiga kepadaku. Jujur saja, gaji Bang Ardan yang tidak seberapa di tambah kebutuhan rumah tangga yang makin hari makin melejit harganya. Apalagi Bang Ardan menyuruhku memakai gajiku juga untuk biaya kebutuhan pokok. Jelas aku tidak sanggup! Karena selama ini aku memakai gajiku untuk keperluan pribadiku saja. Bukan untuk kebutuhan pokok. Terus apa fungsinya d
PoV IraAku segera membereskan baju-bajuku dan memasukkannya ke koper. Buat apa aku tinggal sini lagi. Toh suami dan mertuaku tidak menghargaiku lagi. Aku menelepon Mas Erwin karena sesuai dengan dugaanku kalau Bang Ardan akan menceraikanku. [Mas, bisa jemput aku nggak sekarang?] Aku menelepon Mas Erwin sesudah Bang Ardan mengucapkan talak untukku. [Iya, tunggu sebentar ya sayang. Mas masih ada yang di urus nih.] Mas Erwin segera menjawab teleponku. [Huhuhuhu, cepetan Mas jemput Ira. Ira udah nggak tahan lagi tinggal di sini.] [Iya, iya sabar dikit napa Ra! Mas kan juga ada kesibukan lain] Pip. Telepon di matikan secara sepihak oleh Mas Erwin. Semoga saja dia berkata benar. Aku hanya berdiam diri saja di kamar bersama anakku. Malas sekali keluar. Aku sudah muak dengan Bang Ardan! Bukankah dia juga ikut menanam benih di rahimku? Kok sekarang mengakui anak saja tidak mau, ya walaupun itu bukan anaknya.Aku sungguh terkejut bukan main. Bang Ardan dan Papah mertuaku melakukan tes D
Pov KeylaAku dan Mas Soni pulang dari berbelanja keperluan rumah tangga bulanan di sebuah swalayan. Kenzi dan Kenzo kami titipkan kepada Ibu. Pada mulanya, kami ingin membawa kedua anak kembar kami. Tapi ibu melarangnya. Takut anak-anak kami kenapa-napa karena masih bayi apalagi kami akan membawa banyak barang-barang sembako. Kami akan makan di sebuah kafe. Mengenang nostalgia dimana kami bertemu pertama kali eh maksudnya bertemu di luar jam kantor. Ini kali pertama juga semenjak kami mempunyai bayi kami berkencan berdua. Karena selama empat bulanan ini, kami di sibukkan oleh rutinitas mengurus bayi dan pekerjaan di kantor yang tiada habisnya. Namun beberapa kilometer sebelum sampai di kafe. Lampu lalu lintas menunjukkan lampu merah yang artinya kita harus harus berhenti. Aku melihat sosok yang begitu kukenal. Sedang duduk di trotoar perempatan lampu merah sambil memakan nasi bungkus. Lelaki itu mengenakan kaos dan juga celana pendek. Mau di sebut gelandangan, penampilannya juga ti
PoV Ira“Jadi nenek tua kayak kamu istrinya Mas Erwin?” Kataku kaget bukan kepalang. Sampai detik ini otak dan logikaku menolak kalo wanita yang di hadapanku ini istrinya Mas Erwin.“Iya! Aku istrinya Erwin. Istri sah Erwin! Kamu tuh cuma pelakor yang merusak rumah tangga kami!” hardik wanita itu.“Ta, tapi Mas Erwin bilang kalo dia bujangan," jawabku membela diri.“Ya iyalah sama kamu ngakunya bujangan! Siapa sih laki-laki yang menolak ketika di sodorkan tubuh wanita lont* macam kamu hah!”Aku menelan ludah. Tega sekali Mas Erwin membohongiku.“Denger baik-baik jal*ng! Jauhi Erwin! Inget semua harta kekayaan dan uang yang Erwin punya dan di kasihkan ke kamu itu semuanya dariku! Ketika Erwin menjadi suamiku dia hanyalah orang miskin yang bekerja padaku! Tanpa uang dariku dia bukan apa-apa!”“Oh iya, sampai lupa. Perkenalkan namaku Dinar. Kalau kamu masih macam-macam dengan suamiku, aku nggak akan segan memviralkan kelakuan kalian. Dan aku juga tidak akan main-main untuk menendang Erwi
Aku sudah melayangkan gugatan cerai kepada Ira. Hatiku terlanjur sakit. Selama ini aku sudah di tipunya. Anak yang dia kandung ternyata bukan anakku. Padahal aku senang sekali sewaktu mendengar dia hamil. Tetapi nyatanya aku lagi-lagi zonk.Aku tidak menyangka bahwa awal pertemuanku dengan Ira adalah awal petaka rumah tanggaku dengan Keyla. Wanita itu sungguh menggoda imanku. Dengan lekukan tubuhnya maupun rayuan mulut manisnya yang membuatku terbuai akan janjinya. Tidak seperti Keyla yang hanya sibuk bekerja dan bekerja. Ku akui gajiku juga sebenarnya hanya cukup untuk membiayai kebutuhanku saja. Sedangkan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga kami, Keyla lah yang mencukupinya dengan gaji PNS nya. Jujur aku bukanlah suami yang bertanggung jawab. Aku malah menyuruh Keyla untuk berhutang membeli mobil yang ujung-ujungnya kupakai berselingkuh. Sedangkan Keyla kubiarkan saja dia pontang-panting membayar hutang kami. Ku dengar dia ada bisnis sampingan tapi aku tidak peduli dan aku tidak
Itu Bang Ardan! Tidak salah lagi! Aku tak mungkin salah lihat. Lelaki yang menemaniku selama dua tahun. Tetapi sayang, dia tidak ada tanggung jawabnya sama sekali terhadapku. Dia malah mengabaikanku dan membiarkanku mencari nafkah sendiri.Aku mencintainya. Ya, tetapi itu dulu. Saat semuanya masih terlihat sempurna. Ketika dia mengucapkan janji sehidup semati. Tetapi perpisahan ini bukan aku yang menghendaki. Takdir berkata lain. Dia tidak pernah bertanggung jawab terhadapku dan juga malah mengkhianatiku ketika aku sedang bersungguh-sungguh mencintainya.Penampilannya kini sungguh mengenaskan. Mengenakan pakaian yang compang-camping dan menjadi peminta-minta di lampu merah. Mana istrimu yang katamu lebih cantik itu? Mas Soni, nama lelaki yang menggantikan Bang Ardan sebagai kekasih hatiku dan kini dia yang menjadi suamiku.Mas Soni tidak percaya kalau lelaki yang aku lihat di lampu merah itu adalah Bang Ardan. Katanya masa Bang Ardan keadaannya seperti itu dan menjadi gembel di lampu
PoV Keyla"Siapa itu Key?" tanya Bang Ardan keheranan. Aku langsung menoleh ke belakang. Ternyata adik ipar Mas Soni, memang hubungan aku dan adiknya tidak seakur dengan orangtuanya. Adik Mas Soni padahal laki-laki tapi mulutnya lemes seperti perempuan. Aku sering adu mulut dengannya karena dia sering mengatakan yang tidak-tidak tentangku. Dia masih bujangan belum menikah, tapi dari kabar yang kudengar sebentar lagi dia akan menikahi pacarnya. "Roni, kenapa kamu di sini?" tanyaku dengan heran kepada adik Mas Soni itu."Seharusnya akulah yang bertanya, buat apa kamu masih berduaan dengan mantan suamimu?" "Siapa yang berduaan? Lagipula kami di tempat terbuka," elakku kepada Roni. "Aku akan adukan hal ini kepada Mas Soni. Agar dia sadar kalau kamu sudah berselingkuh," balas Roni sambil tersenyum menyeringai.Kulihat di tangannya, dia sedang memegang gawainya. Oh rupanya dia sudah memotretku secara diam-diam dengan Bang Ardan. Awas saja kalau dia sampai memfitnahku! Tentu saja aku tak