PoV ArdanHampir saja aku membanting gawaiku karena tak terima kalau Keyla akan menikah. Untung aku segera sadar dan nggak jadi membanting gawaiku. Sayang kan beli mahal-mahal terus rusak gitu aja! Lagipula aku nggak punya uang untuk membeli gawai baru. Untuk makan aja syukur masih ada duit dan kedua orangtuaku masih bersedia menampungku. Walau tiap hari aku di omelin terus sih.Enak banget sih Keyla lepas dari aku malah mau nikah aja sama si Soni! Denger-denger dia kan anak orang kaya! Orangtuanya Soni mempunyai bisnis hotel dan restoran dimana-mana! Wah kok beruntung banget sih nasib Keyla setelah bercerai dari aku! Aku nggak terima, aku harus bikin kekacauan di pesta pernikahan Keyla nanti! Aku harus bikin perhitungan dengannya! Kok Soni juga mau aja sama Keyla yang udah janda! Kalo aku jadi Soni juga bakal milih nikahan perawan! Kayak udah nggak laku aja jadi menikahi janda.Dengan fitur tangkapan layar, aku tangkap layar gawaiku untuk menyimpan undangan Keyla yang di unggah oleh
PoV ArdanYa Tuhan. Dalam hati kecilku semakin ragu, kalau anak yang di kandung Ira itu anakku. Kata dokter tadi malam usianya sudah tujuh bulan lebih. Sedangkan aku dengan Ira menikah baru jalan enam bulan. Sebenarnya sih, aku juga ragu Ira masih perawan atau tidak. Soalnya pertama kali saat melakukannya seperti biasa saja, tidak ada sensasinya seperti melakukan dengan seorang gadis. Pikiranku menjadi melayang kemana-mana.Apa nanti setelah Ira melahirkan anaknya aku akan melakukan tes DNA diam-diam. Oh iya tes DNA kan mahal. Aku harus bercerita kepada Papah soal keraguanku ini. Nggak mungkin aku cerita dengan Mamah. Secara kalian kan udah tahu sendiri, gimana wataknya Mamah!Papah sedang asyik berselancar dengan laptopnya. Aku menghampiri Papah dengan membawakan secangkir kopi kesukaannya.“Pah, di minum dulu nih," tawarku kepada Papah yang matanya masih tak lepas dari laptop.Papah langsung menyeruput pelan secangkir kopi yang kubawakan.“Tumben nih, pasti ada maunya.” Papah meliri
PoV KeylaAlhamdulillah acara resepsi pernikahanku dengan Mas Soni hari ini berjalan dengan lancar. Walau Bang Ardan mengacaukan acara kami dengan ulahnya yang bikin geleng-geleng kepala. Untungnya para petugas keamanan bersiap siaga untuk menangkap Bang Ardan. Mita dan Mas Soni bercerita kepadaku tentang kelakuan Bang Ardan, aku hanya tertawa geli dan sekaligus miris. Ya miris, apa lagi alasan Bang Ardan untuk mengganggu hidupku. Sedangkan dia sudah menikah duluan dengan gundiknya dan akan mempunyai anak. Bukankah sebenarnya dia selangkah lebih maju dalam urusan asmara? Acara telah usai, para tamu seolah tak henti-hentinya menyalami kami dan mengucapkan selamat. Kado-kado dari para tamu begitu menumpuk di pojok ruangan. Aku begitu terharu. Banyak yang begitu perhatian kepada kami. Para tamu mulai meninggalkan acara kami. Terlihat para staf Wedding Organizer tengah sibuk untuk membereskan dekorasi maupun peralatan makan. Tidak begitu banyak makanan yang tersisa. Walaupun begitu, kam
PoV KeylaOh iya, aku baru ingat, ini kan surat keterangan dari dokter kandungan! Waktu itu, aku dan Bang Ardan memeriksakan diri ke dokter apakah kami bermasalah atau tidak dengan kesuburan karena sudah setahun menikah kami belum di karuniai momongan. Aku sama sekali lupa tidak membuka surat ini. Karena waktu itu dokter bilang kalau kami berdua sehat. Sehingga aku tidak kepikiran untuk membuka surat ini lagi.Penasaran, akhirnya kubuka duluan surat yang di tujukan untukku. Deg-degan. Kubuka suratnya secara perlahan. Alhamdulillah, aku dinyatakan subur dan sehat. Aku juga penasaran, bagaimana hasil tes kesuburan Bang Ardan? Haruskah aku buka juga? Tapi nanti kalau Bang Ardan mencarinya bagaimana? Setelah kupertimbangkan, akhirnya kuputuskan untuk membukanya saja. Toh dia juga tidak pernah menanyakan surat ini.Namun ketika akan membuka surat Bang Ardan, Mas Soni malah mendekatiku.“Apa itu, Sayang?” tanya Mas Soni heran.“Eh ini, anu Mas surat keterangan kesuburan dari dokter. Dulu s
PoV AuthorDua bulan kemudian. Ira mengeluh perutnya kesakitan, di tandai dengan pecahnya air ketuban di tengah malam. "Bang, bangun dong. Anterin aku ke rumah sakit. Kayaknya ini udah keluar deh air ketubannya," rintih Ira kesakitan membangunkan Ardan yang sedang enak-enaknya terlelap tidur. Ardan baru saja tertidur karena keasyikan main game. "Hah, kamu mau lahiran Ra? Kan baru delapan bulan?" tanya Ardan lirih sambil mengucek-ngucek matanya. "Udah deh, nanti dulu pertanyaannya. Buruan bawa Ira ke rumah sakit. Ira udah nggak kuat lagi nih."Ardan bergegas membangunkan Mamah dan Papahnya. mamah langsung berganti pakaian dan memakai jilbab instan nya. Sedangkan Papah memakai jaket dan celana panjang. Sementara Ardan tidak sempat berganti baju, untung dia tidur memakai kaos dan celana pendek. Ardan membopong Ira ke mobil Papah. Sedangkan Mamah tergopoh-gopoh ke kamar Ira dan Ardan menyiapkan baju-baju Ira. Papah mengeluarkan mobil dari garasi. "Dasar menantu seenaknya aja, harusny
PoV AuthorSebulan setelah menikah, Keyla dan Soni mengajukan izin untuk bulan madu. Walau hanya seminggu saja, untungnya di setujui oleh atasan mereka. Keyla sudah memesan tiket pesawat dan membooking hotel di Bali. Rencananya mereka akan menginap di hotel yang dekat dengan pantai. Karena ingin menikmati indahnya pemandangan pantai dan deburan ombak di laut. "Ibu beneran nggak mau ikut kami berlibur ke Bali?" tanya Keyla kepada ibunya ketika memasukkan pakaiannya dan pakaian Soni ke dalam koper. "Ibu cukup jaga rumah saja. Lagipula Ibu udah tua. Nanti kalo ibu kecapekan malah nanti jadi merepotkan kalian di sana," jawab ibu sambil tertawa. "Iya, Bu. Jaga kesehatan ya, Bu. Nanti kalo ada apa-apa jangan lupa untuk mengabari kami," kata Soni sambil menutup koper dan membawa dua koper ke ruang tamu karena mereka akan berangkat besok. "Kalian tenang aja. Ibu akan baik-baik aja kok." "Kami nanti akan membelikan oleh-oleh untuk ibu. Ibu mau minta di bawakan apa?" tanya Soni kepada ibu
PoV ArdanHasil tes DNA akan keluar dua minggu lagi. Lama banget sih apa nggak bisa di percepat aja, ya? Aku kan penasaran. Tapi aku mencintai Ira. Kalau nanti keluar hasilnya dia bukan anakku gimana ya? Apa aku sanggup menerima kenyataan? Entahlah belum terlintas masih di otakku, apa keputusanku kelak. Aku ke kamar perawatan Ira untuk tidur menemani Mamah menjaga Ira. Sedangkan Papah memilih untuk kembali ke rumah mengambil baju-baju kami. Aku melihat Mamah tertidur di ranjang penunggu pasien pojok kamar. Ira juga tertidur, mungkin kelelahan sehabis menjalani operasi caesar. Jam dinding menunjukkan pukul tiga dini hari. Aku memutuskan untuk tidur di sofa. Untung Mamah dan Papahku menyewa kamar VIP, jadi ukuran kamarnya lumayan luas. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi ketika aku membuka mata. Sementara Ira di cek keadaannya oleh suster. Pramusaji membawakan makanan pasien untuk Ira. Kulirik makanannya, nasi hangat, sop daging, dan buah apel. Setelah keadaan Ira di cek, Mamah de
PoV ArdanSudah lima hari Ira di rawat di rumah sakit. Hari ini dia di izinkan untuk pulang. Tentu saja kami berdua bahagia walaupun ada perasaan yang masih mengganjal di hatiku, kalau Adara bukan anakku. Mamah akan membantu Ira menjaga Adara. Dua minggu akhirnya berlalu, bagiku berjalan begitu lambat. Mungkin karena menunggu. Papah menyuruhku mengambilnya sendiri karena Papah ada bisnis yang harus beliau kerjakan. Maka kuputuskan akan mengambil suratnya setelah pulang kerja. Dengan perasaan deg-degan, aku ke rumah sakit sendiri. Dan dengan cepat aku ke bagian resepsionis. "Selamat Sore Pak, ada yang bisa saya bantu?" sapa resepsionis itu dengan ramah. "Eh, selamat sore Mbak. Saya mau mengambil hasil tes DNA atas nama Ardan dengan bayi dari Ibu Ira," jawabku gugup. "Tunggu sebentar ya, Pak." Resepsionis tersebut berlalu. Dia menuju brankas tempat di simpannya berkas-berkas penting. "Ini Pak." Resepsionis itu menyerahkan sebuah amplop berwarna putih padaku. Aku menerimanya deng