Setelah sampai di dalam Liana tidak bisa menahan tangisnya melihat Rio dengan semua peralatan yang ada di tubuhnya. Semakin besar perasaan bersalahnya melihat itu semua. Dia merasa sangat bertanggung jawab dengan semuanya. Apalagi walaupun semua orang baik menoleransi semua itu Dan menganggap semua ini adalah sebuah musibah tapi Rey tidak pernah menganggap demikian. Dia tetap menjadi orang pertama yang membenci Liana. Dari awal saja dia tidak pernah menyukai Liana, maka sampai saat ini pun dia akan terus membenci Liana.
Awalnya dia hanya melihat dari jauh walaupun masih berada di ruangan yang sama. Dianya ingin melihat Rio walaupun dia sudah masuk tapi dia sungkan untuk mendekat. Karena bagaimanapun mungkin ada ayah dan juga adiknya yang jauh lebih khawatir daripada dirinya. Mereka adalah keluarga terdekat yang Rio miliki saat ini. "Bang, Lo gak bisa bertahan. Gue yakin Lo bisa bertahan. Jadi lo harus kuat dengan ujian ini ya. Kita usahakan semuanya yang terbaik. Lo gak boleh nyerah gitu aja." Rey terus mengoceh sejak tadi. Karena memang sangat terlihat walaupun tampangnya tidak perduli seperti itu, tapi Rey memang sangat menyayangi abangnya. Dia tidak pernah bisa Setega itu melihat abangnya dalam kondisi seperti ini. Sedangkan papanya hanya diam. Perasannya campur aduk sekarang sampai tidak bisa mengatakan apapun lagi. Sungguh sedih dan pastinya begitu sedih melihat keadaan putranya seperti ini. Semua orang di ruangan itupun hanya bisa bersedih. Kondisi Rio benar-benar menghawatirkan sekarang. Sulit untuk dideskripsikan bagaimana, bahkan untuk bicara pun rasanya sulit sekali bagi Rio. Tidak lama, Rio membuka penutup hidung yang membantu nya bisa bernafas itu. Lalu dia meminta Liana untuk mendekat padanya. "Lia, kemarilah." Ucapnya pelan. Namun semua orang mengerti dan langsung mempersilahkan Liana maju dan berdiri di sebelah Rio. Jadi, posisinya sekarang adalah Liana dan Rey yang berada di sisi kanan kiri Rio. "Lia, terimakasih sudah selamat dan baik-baik saja. Terimakasih sudah mau mendampingi aku selama ini. Aku minta maaf kalo aku punya salah sama kamu." "Rey," Rio beralih pada adiknya. "Makasih udah selalu jadi adik yang baik. Jangan suka marah-marah lagi setelah ini." Lantas Rio beralih pada papanya yang berdiri tidak jauh juga dari situ. "Pa, Rio sayang papa. Makasih udah jadi papa terbaik." Rio sangat memaksakan dirinya untuk mengatakan semua hal itu. Karena sebenarnya dia tidak mampu untuk berbicara lagi namun dia paksakan untuk mengatakan itu semua. Karena dia harus menyampaikan sesuatu sebelum dia benar-benar kehabisan waktunya. Rio menarik tangan Liana dan Rey. Dia pertemukan tangan keduanya. "Rey, aku udah gak punya banyak waktu. Aku minta kamu untuk gantikan aku menikahi Liana. Percaya sama aku, dia adalah wanita yang tepat. Bantu aku untuk menjaganya." Rey syok seketika. Dia benar-benar syok saat itu juga. Bahkan semua orang juga tau bahwa dirinya tidak menyukai Liana, bagaimana mungkin dia diminta untuk menikahi Liana. Itu adalah sesuatu yang tidak mungkin dan benar-benar mustahil baginya. Apalagi dia sudah mempunyai Dewi, perempuan yang paling dia sayangi. Dia tidak ingin dengan perempuan lain apalagi perempuan kuper ini. Tidak jauh berbeda, Liana juga syok akan semua hal itu. Dia juga tidak bisa menerima semuanya. Karena dia yakin, bahwa Rio bisa sembuh. Membayangkan saja dia tidak bisa untuk menikah dengan orang lain, apalagi jika harus dengan calon adik iparnya sendiri. "Bang, ngomong apaan sih? Lo pasti sembuh kok. Jangan ngomong aneh-aneh gitu deh. Udah, pasang lagi itu, Lo jadi susah nafas gini." "Enggak Rey, gue tau waktu gue gak banyak. Gue cuman mau minta Lo buat jagain Liana, itu aja, gak banyak. Jadi tolong penuhi permintaan terakhir gue ini." Liana sudah tidak bisa berkata-kata lagi disitu. Berbeda dengan Rey, dia tidak ada berkomentar apapun. Karena sebenernya dia bingung dengan itu semua. Bingung bagaimana bersikap dan bingung dengan situasi yang ada sekarang. Tidak lama setelah itu, Rio benar-benar pergi. Tidak ada lagi yang bisa di usahakan untuknya. Semua orang bersedih, semua orang histeris dengan keadaan ini. Karena ternyata, Rio telah benar-benar pergi. Tidak ingin bertahan lebih lama disitu. "Pasien memang sudah tidak bisa ditolong lagi. Keadaan sudah tidak memungkinkan karena kondisi pasien memang kritis. Pasien hanya minta bertemu dengan keluarganya untuk terakhir kali." Ucap dokter yang menangani Rio. Itulah sebabnya, dengan kondisi seorang itu, dokter seperti sudah mengerti. Bahwa memang ini yang akan terjadi dalam waktu yang tidak akan berlangsung lama. Ibunya mendekat dan langsung memeluk Liana. Sebab ibunya tau pasti jika putrinya ini pasti sangat terpukul dengan ini semua. Sebab ibunya sudah pernah merasakan hal seperti ini dan rasanya jauh lebih menyakitkan daripada apa yang dibayangkan. "Sabar ya sayang, ini semua ujian dari Allah. Ini semua sudah menjadi ketentuan dari Allah. Jadi kamu harus sabar menerima semua ini. Ikhlas kan nak Rio." Ucap ibunya pelan dan mungkin hanya Liana saja yang bisa mendengar itu semua. Rey adalah orang yang paling histeris dengan itu semua. Jelas sekali sangat terlihat, jika apa yang terjadi sekarang adalah sesuatu yang sulit baginya. Mereka pasti sangat dekat walaupun sering ada perdebatan-perdebatan seperti itu, sehingga Rey sangat merasa kehilangan. Sedangkan papanya sedih dan hanya langsung memeluk Rio tanpa kata-kata. Hanya itu yang dilakukan untuk menumpahkan semua perasaan yang dimiliki. Sulit menahan ini semua, sulit juga menjaga sangat kuat seperti ini. Karena walaupun mereka sama-sama laki-laki namun Rey dan papanya adalah dua orang yang harus saling mengutamakan. . Semua prosesi pemakaman telah setelah. Waktu berduka juga masih ada meski pada kenyataannya kita memang harus melanjutkan hidup yang ada. Terutama dengan wasiat terakhir yang Rio sampaikan. Itu harus benar-benar dibahas dengan cepat sekarang. Diputuskan bagaimana baiknya dan atas kesepakatan keduanya pula. "Jadi bagaimana Rey? Apa kamu kamu menggantikan Rio untuk menikahi Liana?" Rey diam sambil menatap Liana tajam. "bagaimana mungkin bisa seperti ini pa. Ini gak benar. Bukan seperti ini seharusnya." "Kamu dengar sendiri kan apa yang Abang kamu katakan? Dia hanya mau yang terbaik untuk kamu. Sekaligus meminta kamu untuk menjaga calon istrinya. Apa yang salah dengan semua itu? Kalo papa sih setuju dengan itu semua. Papa yakin juga ini adalah keputusan yang benar. Kalau menurut ibu bagaimana?" Ucap papanya beralih pada ibunya Liana. "Kalo saya tergantung anak-anaknya saja pak. Kalau memang cocok dan mau untuk dilanjutkan, maka silahkan dilanjutkan. Tapi kalau misalnya tidak, juga tidak masalah untuk kita hentikan perencanaan ini sampai disini saja." "Loh, gak bisa gitu dong Bu. Perencanaan acara sudah hampir seratus persen, maka tidak mudah untuk membatalkan semuanya. Ini tergantung Rey aja yang harus mau. Sebab Liana pasti nurut karena ini permintaan terakhir Rio. Benar begitu kan Lia?" bersambung...."apa yang sedang kamu pikirkan?" Rey menghampiri Liana yang sedang duduk di tepi kolam. Sambil melihat ikan-ikan berenang di sana. Melihat ada umpan ikan di sampingnya, Rey tebak Liana pasti baru saja memberi makan ikan-ikan itu. Liana memang perempuan yang sedikit unik. Dia banyak sekali berinteraksi dengan hewan ketika dia sedang ada masalah. Minta dengan kucing yang dia temui entah dengan semut yang tiba-tiba mengganggu masakannya dan saat ini dia sedang mengadu dengan ikan-ikan di kolam. Dia seperti tidak memiliki seorang teman untuk berbagi kisah pilunya. Namun... Setidaknya itu adalah sebuah keberuntungan bagi Rey. Karena kehidupannya tidak menjadi konsumsi publik. Liana cenderung tidak membagikan kisah hidupnya yang pilu ini kepada orang-orang. Sehingga, apapun yang dia rasakan hanya dia sendiri yang bisa merasakannya. "Aku hanya duduk santai sambil memberi makan ikan menikmati waktu sore yang begitu menyejukkan. Daripada harus memikirkan hal-hal yang membuat kepalaku pusing
Beberapa hari berlalu dengan keadaan yang cukup nyaman. Terutama setelah pembahasan tentang mamanya yang telah tiada, Rey tiba-tiba menjadi sosok yang lebih kalem. Menjadi sosok yang seperti ingat akan dosa dan pahala. Jika dipikir-pikir, rasanya memang hal itu sangat membekas pastinya dalam dirinya. Namun, mungkin ada sesuatu hal yang belum bisa dia terima sampai saat ini. Rey sepertinya memang bukan tipe orang yang bisa membicarakan apapun yang dia rasakan. Dia tidak seperti almarhum Rio. Sejauh dia mengenal Rio, laki-laki itu orangnya jauh lebih terbuka daripada Rey. Walaupun pada kenyataannya mereka adalah saudara kandung, namun ternyata tetap saja ada sesuatu hal yang pasti akan mengganjal. Tetap saja ada sesuatu hal yang mengganggu dalam diri mereka. Sudah lama rasanya tidak membalas Rio lagi. Mungkin dia juga sudah tenang di sana. Berkali-kali Liana juga selalu mendoakannya setiap salat. Berharap Rio tidak ikut memikirkan apa yang terjadi saat ini. Meskipun agak rumit dan mun
Tama senang melihat anak dan menantunya akur seperti ini. Tadi saat dia sengaja datang awal ke rumah ini dia melihat mereka sedang masak bersama. Dia merasa bahwa apa yang dia takutkan selama ini tidak terbukti kebenarannya. Bahwa mungkin anak dan menantunya ini sebenarnya memang benar-benar baik-baik saja. Hanya dia yang terlalu khawatir memikirkan itu semua. Hanya dia yang terlalu takut bahwa pernikahan tiba-tiba ini membuat rumah tangga mereka tidak baik-baik saja. Karena memang banyak sekali hal yang dipikirkan dan banyak sekali hal yang ditakutkan. Tentang sesuatu hal yang akan terjadi jika mereka memang tetap dalam kondisi yang tidak saling suka. Karena bagaimanapun sebelum pernikahan ini terjadi putranya sama sekali tidak menyukai Liana. Saat Liana dulu akan menikah dengan abangnya saja Dia sangat tidak setuju. Apalagi ketika tiba-tiba harus menikah dengan dirinya dan background masalah-masalah yang pasti dia percaya bahwa semua ini disebabkan oleh Liana. "Papa senang meliha
Mulai sekarang Liana selalu mencari cara yang terbaik untuk membuat semuanya lebih baik lagi. Dia tidak ingin langsung menggunakan cara-cara yang kasar atau langsung menggunakan cara-cara yang mungkin tidak bisa dan semakin mengeraskan hati suaminya. Cukup dengan waktu yang singkat untuk mempelajari karakter suaminya. Cukup dengan waktu yang singkat untuk akhirnya dia bisa mengerti apa yang harus dia perbuat dengan semua hal yang terjadi ini. Hidupnya pasti akan jauh lebih mudah dan akan jauh lebih mudah lagi dengan semua ini. Dia tidak boleh terlalu mengambil pusing dengan semua hal. Dia tidak boleh terlalu mengambil perasaan atas segala hal yang dilakukan segala sikap buruknya dan segala kelakuan-kelakuan dia dan bahkan terang-terangan di depan matanya dia bermassaraan dengan perempuan lain. Tentu jika dipikirkan istri mana yang tidak marah dan istri mana yang tidak cemburu melihat semua kelakuan itu. Namun tidak ada yang bisa membuatnya lebih baik tidak ada yang bisa membua
Putri selalu menjadi orang yang tidak pernah puas dan selalu ingin menjadi orang yang terlihat Hedon dan kaya. Dia selalu melakukan apapun agar orang-orang melihatnya seperti orang yang berada seperti anak orang kaya dan agar orang-orang segan kepadanya. Terutama teman-temannya di kampus yang harus melihat iri padanya. Padahal kenyataannya ibunya hanyalah seorang tukang laundry yang harus menerima laundry yang setiap hari mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk biaya hidup dan untuk menghidupi anak-anaknya. Sebagai seorang ibu tunggal dan merawat dua orang putri ibunya tentu merasa susah untuk memenuhi segala gaya hidup anaknya terutama Putri yang seperti ini. Namun Putri selalu punya seribu satu cara agar bagaimana bisa untuk membuat dirinya sendiri tampil dengan mewah dan elegan. Agar mendapat pujian dan agar mendapat rasa kagum oleh semua orang. Dia hanya ingin sama seperti teman-teman yang bisa hidup mewah dan membeli apapun yang mereka inginkan. Sedangkan ketika dia mengi
Rey terenyuh ketika tengah malam dia mendengar suara orang mengaji dengan suara yang sangat merdu. Sejauh ini tidak ada yang pernah mengaji di rumah ini maka sudah bisa dipastikan jika tiba-tiba dia mendengar suara mengaji itu pasti orang yang baru tinggal di sini. Rey tidak terganggu dengan suara itu, dia hanya merasa jika suara itu membuatnya merasa nyaman. Dia hanya merasa jika suara itu membuatnya jauh lebih tenang. Karena biasanya dia melakukan sesuatu dengan nyaman itu hanya ketika dia bisa menyelesaikan semua masalah-masalah. Dengan segala ambisi yang ada dalam dirinya. Namun sekarang hanya dengan mendengar suara itu saja dia sudah bisa merasa tenang. Lama dia termenu hanya untuk mendengarkan suara itu. Lama dia temanmu hanya untuk mendengarkan suara yang terdengar merdu itu. Di rumah itu memang hanya tinggal mereka berdua. Itulah sebabnya Rey bisa bersikap sesukanya tanpa harus takut pada orang lain yang akan melapor pada papanya atau orang lain yang akan mengusik bagaimana