"Terima kasih, Mas Ammar tadi sudah menolongku," ucapku."Sudah seharusnya begitu, Mbak. Mas Satya sudah keterlaluan. Maaf bukannya aku ikut campur, sejak Mbak mengandung Cantika mereka sudah menyakiti Mbak. Sekarang jangan biarkan mereka menyakiti Mbak lagi!"Aku tidak menyangka jika Mas Ammar akan membelaku seperti tadi, Mas Satya sampai mengepalkan tangannya menahan emosi. Namun, aku tahu Mas Satya tidak akan melawan karena pada posisinya memang Rena yang salah.Semenjak Mas Satya dan Rena menikah ini pertama kalinya Brama me-time bersama ayahnya. Perasaanku sebenarnya was-was, takut jika Brama tidak nyaman pergi bersama Rena."Tidak apa-apa, Mbak. Brama kan pergi bersama ayahnya, Mas Satya juga gak akan diam kalau Rena macam-macam pada anaknya," ucap Mbak Ivi."Jika Brama mengadukan hal macam-macam katakan padaku, Mbak. Biar Mas Satya
Namaku Ammar Al-Haddid, seorang Mahasiswa yang nyambi narik taksi online. Sama seperti yang lain aku bukan orang kaya, hanya orang biasa yang beruntung. Memiliki ibu tangguh yang bisa membesarkan aku dan menyekolahanku sampai jenjang kuliah seperti sekarang.Mobil yang kupunya bukan mobil bagus, hanya mobil seccond yang dijual teman lslu kubeli dengan cara dicicil.Alhamdulillah aku banyak dikelilingi orang-orang baik.Kontrakan tempatku tinggal berada di sebuah kawasan penduduk yang mayoritas karyawan sebuah pabrik elektronik. Kebanyakan dari mereka sudah berumah tangga, sebagian saja yang masih single.Sebisa mungkin aku mengatur waktu, jika masuk kuliah pagi aku baru bisak narik taksi siang sampai malam hari. Sebaliknya saat kuliah off atau bisa mengambil kelas sore, aku sudah berangkat mencari penumpang sejak pagi selesai shalat Shubuh.Hari-hari
"Maaf, Mbak tadi aku lanc*ng berbicara seperti itu pada Mas Satya, aku kesal melihatnya. Jadi laki-laki labil tidak tegas!" gerutu Mas Ammar."Gak apa-apa, aku tahu Mas Ammar hanya menggretak Mas Satya, kan?" aku balik bertanya."Sebenarnya enggak juga, aku memang menyayangi Mbak dan anak-anak," ucapnya."Jangan bercanda, Mas? Siapalah aku ....""Tak apa kalau Mbak tidak percaya, nanti aku akan membuktikan semuanya."Suasana hening, akubdan Mas Ammar saling diam sambil menunggu ojek online yang kupesan datang."Jangan lupa kembali besok Shubuh!" imbuh Mas Ammar.Mas Ammar mengantarku sampai lobi Rumah Sakit, aku pulang menggunakan ojeg online. Tak lupa aku menitipkan Brama berkali-berkali. Walau bagaimanapun Mas Ammar tetap orang lain aku takut jika nanti Brama merasa tidak n
Aku sangat senang sekali saat ayah dan ibu memberi tahu jika aku akan memiliki seorang adik. Saat itu aku melompat kegirangan, sudah lama aku ingin seperti teman-temanku yang punya adik. Mereka tidak kesepian dan bisa bermain bersama adik mereka, sepertinya sangat menyenangkan.Suatu malam ayah tak kunjung pulang, aku dan ibu menunggu sambil menonton TV di ruang depan. Cukup lama aku dan ibu menunggu sampai aku tertidur tak kuat menahan kantuk.Pagi harinya saat bangun ibu dan ayah tidak ada dan aku sudah berada di rumah tante Ivi. Aku menangis karena ibu dan ayah tak pernah pergi meninggalkanku tanpa izin."Ibu ... ibu ...!" panggilku sambil menangis."Sudah jangan menangis! Ayah sama Ibu Brama pergi cuma sebentar. Sekarang Brama mandi ya, ganti baju juga. Nanti kita makan bareng sama Reva," ajak tante Ivi.Aku memang sudah bisa mandi da
Hari ini mama dan bapak akan pulang, kakak iparku dan anak sulungnya sudah menjemput. Alhamdulillah kedua kakakku di kampung sayang pada Mama dan bapak mereka saling bantu dan tidak saling mengandalkan satu sama lain."Kamu dan anak-anak hati-hati ya di sini! Sering-sering telepon Mama dan bapak di kampung," pinta bapak."Pasti, Pak. Gina pasti sering telepon bapak dan mama," jawabku.Beberapa pakaian aku titipkan pada kakak iparku, sebagai oleh-oleh untuk kakak, kakak ipar dan keponakan-keponakanku sebagai oleh-oleh.Ada uang jajan juga untuk mereka, entah kenapa pemikiranku mungkin berbeda dengan orang lain. Menurutku aku harus berbagi dengan orang-orang yang sangat dekat dengan kita dulu baru setelahnya bisa berbagi dengan orang yang membutuhkan lainnya."Terima kasih, ya Gin ... kakak-kakak dan keponakanmu pasti senang menerima semua
Barang-barang yang sudah dikemas dan siap untuk dikirim karyawanku berserakan di lantai. Kata putri, Rena datang ke toko, marah-marah dan mengacak-ngacak barang yang sudah siap dikirim tersebut.Empat orang karyawati dan seorang karyawan laki-lakiku tak bisa menahan kemarahan Rena, menurut mereka Rena terlihat begitu emosi dan memb*bi buta.Semua barang-barang yang rusak harus dikirim hari ini, mlau tidak mau aku dan anak-anak mengemas ulang kembali barang-barang yang akan dikirim tersebut. Gara-gara terlempar kesana-kemari hampir semua kemasan yang sudah dipacking jadi kusut dan rusak.Dasar bocah aneh! Kalau ingin bertemu denganku kenapa juga harus merusak barang-barang jualanku. Jika dibiarkan nanti kebiasaan. Setelah pengemasan ulang selesai aku menitipkan Brama dan Cantika pada Putri dan Ayu. Jika mereka ikut aku khawatir anak-anak nanti melihat Rena mengam*k lagi.&n
Kedekatanku dengan Rena perlahan membuat aku menjauh dari Gina dan Brama. Jangankan membantu istri mengerjakan rumah seperti biasa berlama-lama di rumah saja sekarang aku malas.Rena memang pintar, dia punya saja cara bagaimana caranya agar bisa berduaan denganku. Pagi-pagi dia datang ke rumah meminta tolong untuk memasangkan antena dan menyeting program pada TV baru miliknya.Tentu saja Gina marah dan tidak merespon. Brama yang membangunkanku di kamar. Aku langsung bangun dan versih-bersih saat Brama mengatakan Rena mencariku.Selesai bersih-bersih Gina dan Brama sudah tidak ada, entah pergi ke warung atau menghindar karena tidak suka dengan kedatangan Rena ke rumah.Membetulkan antena sebetulnya hanya siasat Rena saja karena tidak ada masalah sama sekali dengan TV dinkontrakannya. Namanya sedang kasmaran makan Fastfood yang dipesan via aplikasi berdua saja berasa m
Dari awal gugatan cerai tak sekalipun aku menghadiri persidangan. Aku tak ingin melakukan mediasi atau apapun itu. Aku ingin semua proses cepat selesai dan akta perceraian segera aku terima.Dengan uang yang kupunya sekarang, bisa saja aku mempercepat semua prosesnya tapi aku tidak ingin melakukannya. Aku akan mengikuti semua prosedur sampai ketuk palu.Aku siap menjadi single mother, kuat dan bisa hidup tanpa sedikitpun nafkah dari Mas Satya. Aku tahu seharusnya Mas Satya masih wajib menafkahiku dan anak-anak tapi biarlah aku tidak akan menuntut apapun darinya. Semua akan menjadi urusan Mas Satya dengan Yang Maha Kuasa nanti di akhirat.Untuk saat sekarang aku tidak ingin memikirkan soal Mas Satya, Rena ataupun Mas Ammar. Aku ingin fokus dengan anak-anak dan pekerjaan saja.Alhamdulillah semakin hari penjualan semakin meningkat, Allah selalu melimpahkan rizkinya unt