Share

BAB 31

Penulis: Fredy_
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-22 13:08:03
"Dia terangsang kenapa?" curiga Leo dalam hati.

Bodohnya, arah pandangannya malah kembali melorot ke dada Nayla—lalu buru-buru memalingkan wajah ke arah lain. Tapi telinganya sudah terlanjur panas, dan itu bisa semakin buruk kalau Nayla tidak segera menjelaskan.

"Eh! Bukan maksud saya ... saya pernah baca... di tabloid ibu dan anak gitu. Katanya ... kadang produksi ASI bisa muncul lagi kalau ada kondisi emosional tertentu, atau semacam ... rangsangan mendadak. Atau ahh apa itu deh. Ya… misalnya kangen sama bayi, atau dengar tangisan bayi, atau… ya pokoknya begitulah ..." jelas Nayla agak terengah.

“Oh. Tabloid, ya. Artikel, ya ..." gumam Leo, mengangguk pelan-pelan. "Oke, Nay. Oke ..."

"Iya, Pak. Emm ... ini udah malem loh ..."

"Oh ..." Leo menggaruk tengkuknya, tersadar. “Kamu… saya anter pulang, ya. Alamat kamu di mana?" tanya Leo, segera merapikan sisa perkakas yang masih tergeletak di aspal.

"Nah, itu dia, Pak ..." Nayla meringis. "Saya nggak tau alamatnya. Saya ... cuma tau
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (6)
goodnovel comment avatar
eonnira
semoga nyasar dan alhasil pulang ke rumah Leo..hehehehee doanya jahat
goodnovel comment avatar
De Edward
kesian nayla
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
kirà2 Nemu rumah Bu Lilis ga ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 110

    Surti mematung. Tubuhnya seakan membeku begitu suara gadis kecil itu terdengar.“Mbak Surti… adek kangen…”Langkahnya tertahan mematung. Bocah itu berlari dari arah kamar, tubuhnya mungil dengan rambut dikuncir dua, wajahnya riang gembira. Itu Mika—anak kecil yang diam-diam Surti rindukan sejak kabur dari rumah itu. Anak yang biasanya ia temani belajar baca tulis hingga berhitung, suapi makan sayur, bahkan kadang minta tidur di kamarnya.“Mika…” suara Surti tercekat. Ia langsung berjongkok dan merentangkan tangan. Tubuh mungil itu melompat ke pelukan Surti, menempel erat, seolah tak ingin dilepas lagi.“Maaf, Mbak Surti nggak bisa nemenin Mika lagi,” bisik Surti lirih, menahan air mata. Tangannya membelai punggung kecil itu lembut. “Mbak pindah kerja… ikut sama Pak Leo.”Mika sontak menoleh, mata bundarnya menatap Leo yang duduk tenang di sofa, dengan wajah serius tapi teduh. “Kenapa? Apa karena Mama Mika suka pukulin Mbak, ya?” tanyanya polos, suaranya pelan tapi menohok.Surti refle

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 109

    "Oh itu... bule ya, Ti?" tanya Nayla, sembari merapikan kancing bajunya."Bule dari mana? Asal pirang kamu bilang bule. Heran banget," sahut Surti, masih mengkeret di kursinya."Ah, tapi pasti ada turunan bule... hidungnya mancung gitu," Nayla sengaja melantur untuk mengalihkan ketegangan Surti."Kalau punya duit banyak, hidung pesek bisa jadi mancung, gigi mancung bisa jadi rata. Gampang banget..." balas Surti."Ohh... gitu..." Nayla mengangguk-angguk.Di belakang kemudi, Leo ikut menggulung senyum, menahan tawa. Yah, percakapan receh semacam ini memang sangat ia butuhkan. Makanya, ia sering sengaja nongkrong bareng Putra dan staff lain di kantin kantor. Hanya untuk mendengarkan obrolan ringan, absurd, dan jauh dari urusan kantor."Turun, yuk..." ujar Nayla, setelah memasang topi kecil di kepala Matteo.Surti mencengkeram pinggiran kursi mobil, wajahnya pucat pasi. “Aku nggak mau turun, Nay… sumpah aku takut. Aku bisa kena pukul lagi gara-gara kabur kelamaan…” bisiknya.Nayla menoleh

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 108

    Pagi itu, Nayla sudah tampil cantik dengan terusan warna cerah. Rambut panjangnya disisir rapi, jatuh indah di bahu. Matteo bersandar nyaman di dadanya, sementara tas ASI tersampir di bahu kiri. Ia berdiri di depan pintu kamar Surti, mengetuk pelan.“Ti, udah siap? Leo bentar lagi turun,” panggil Nayla.“Bentar, Nay. Bentar… rambut aku masih basah. Emang rambut kamu nggak basah, gitu?” sahut Surti dari dalam, suaranya terdengar menggoda.Nayla spontan mengangkat sebelah alis. “Aunty Surti! Semua gara-gara kamu ya... udah ah, nggak usah bercanda..." sahutnya salah tingkah. Dari dalam, terdengar tawa cekikikan Surti.Rona merah merambat di wajah Nayla, pikirannya melayang pada kejadian semalam.Di dapur, suasana masih menyisakan aroma antiseptik. Dalam hening itu, Nayla akhirnya membuka suara, menceritakan semua masalah Surti dengan jemari mereka yang saling bertaut.Leo mendengarkan dengan wajah serius, matanya tak lepas dari wajah Nayla. Ia sama sekali tak bereaksi berlebihan, bahkan

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 107

    “Hallo, Nanay…” Kalimat itu menghantam telinga Nayla lebih kuat daripada petir di siang bolong. Napasnya tercekat. Kenapa suara maskulin di seberang sana bisa langsung tahu kalau itu telepon darinya? “Nomor ini… hanya kita berdua yang tahu,” sahut pria itu dengan nada rendah yang terdengar mantap. "Apa kabar, Nanay? Kamu sehat?” Nayla mencengkeram erat ponselnya. “Jax? Kamu… benar Jax?” “Iya lah! Siapa lagi, Nay? Lelaki yang pernah melihat liontin mawar itu menggantung di leher kamu…” suara Jax terdengar seperti bisikan masa lalu yang menusuk jantungnya. “Nay… kita harus bertemu.” Nayla buru-buru menyerobot, “Untuk apa kamu mencariku, Jax?” Hening sejenak di ujung sana, sebelum Jax berdesah. “Kamu pasti kecewa sama aku, kan? Maafin aku, Nay. Banyak yang harus aku ceritakan sama kamu. Bukan mau aku menghilang selama sembilan bulan. Itu… siksaan paling mematikan dalam hidupku.” Suaranya semakin lirih, seperti benar-benar tersiksa. “Kamu harus percaya aku…” Nayla memejamkan mata,

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 106

    Cahaya matahari meredup, saat mobil Leo tiba di Jakarta. Ia melaju kencang menembus kepadatan jalan pulang. Tatapannya lurus ke depan, seakan tidak peduli pada permasalahan dunia di sekitarnya. Hanya ada satu tujuan di kepalanya—markas geng motor yang pernah ia datangi bersama Zoya. Waktu itu, Zoya kalut, stress berat, karena Jax menghilang berhari-hari. Mereka mencarinya ke segala penjuru, sampai akhirnya menjejakkan kaki di tempat itu—bangunan setengah jadi, setengah runtuh, ditelan pepohonan liar yang menjulur setinggi atap. Bukan tempat manusia waras, melainkan sarang orang-orang tak jelas seperti Jax dan gerombolannya. Kini, tempat itu masih sama saja, suram, lembap, lebih cocok disebut sarang dedemit ketimbang tempat berkumpul manusia. Leo menghentikan mobil persis di depan bangunan. Ia mematikan mesin, lalu segera keluar dari mobil. Sepatu kulitnya menghantam tanah dengan berat, penuh ancaman. Matanya menerawang ruangan remang-remang di balik pintu reyot itu. Tanpa basa-basi,

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 105

    Suasana kamar mendadak mencekam. Udara sejuk dari hembusan AC, menusuk dingin kulit mereka, diiringi gumaman kecil Matteo yang masih berusaha menegakkan tubuh mungilnya. Surti duduk di ujung ranjang, menatap Nayla dengan sorot mata tajam.“Nay… sekarang kamu yang cerita semua sama aku... aku dengerin kamu," ujar Surti. "Cerita, kamu kenal sama cowok ini di mana? Kok bisa sampai… sampai tidur sama dia? Apa kamu… kamu cinta sama dia? Sampe-sampe kamu... rela kasih keperawananmu gitu aja?"Nayla mengangkat wajahnya pelan, matanya sudah basah. Tubuhnya gemetar, seolah pertanyaan itu membelah hatinya jadi dua. Air mata jatuh satu-satu, membasahi pipi.“Ti… aku kenal dia di vila...” suaranya parau. “Dia... cowok pertama yang bilang suka sama aku...""Ya ampun, Nay..." Surti gemas sekali mendengar pengakuan Nayla. Dadanya naik turun cepat, tangannya meremas surat itu seolah meremas kepolosan Nayla. "Lanjut.... terus? Kamu cinta dia?" todongnya.Nayla menggeleng lugu, matanya berkaca-kaca. "A

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status