Kai menatap kepergian Kira dengan rahang mengeras. Ia berbalik menatap ibunya. “Mami sudah keterlaluan,” ucapnya, dingin.
Tanpa sempat menunggu tanggapan dari sang ibu, saat itu juga Kai pergi menyusul Kira. Dengan langkah setengah berlari ia keluar dari rumah Violet, membiarkan pintu di belakangnya terbuka tanpa sempat menutupnya. Kai menyapukan pandangannya ke sekeliling jalanan komplek, ia menemukan Kira yang sedang berjalan cepat di hadapannya. Bergegas Kai menghampiri wanita itu. “Kira, tunggu…!” seru Kai sambil berlari. Namun, Kira seolah tidak memedulikan seruan Kai. Kira terus saja melangkah tanpa menoleh ke belakang. “Kira….” Kai akhirnya berhasil meraih tangan Kira, membuat langkah kaki wanita itu seketika terhenti. Lalu Kai memutar tubuh Kira dan ia tertegun kala melihat mata Kira yang berkaca-kaca. “Kira, maafkan aku,” gumam Kai dengan tenggorokan tercekat. Kira membuang muka, berulCahaya mentari pagi menembus lembut melalui celah-celah gorden kamar, menyapa wajah Bella yang masih tertidur.Ia mengerjap perlahan, mencoba menyesuaikan mata dengan cahaya yang mulai menerangi ruangan. Tapi alih-alih merasa familiar dengan suasana di sekitarnya, Bella malah terdiam.Plafon putih polos dengan sudut lampu kecil di tiap sisi itu… bukan plafon kamarnya.Tubuh Bella langsung kaku. Matanya membulat saat menyadari bahwa dirinya kini berada di atas tempat tidur Julian.Tempat tidur Julian?!Ia perlahan duduk, tubuhnya masih terbalut selimut berwarna abu-abu yang aromanya sangat khas, aroma parfum maskulin Julian yang lembut, menyusup masuk begitu saja ke dalam indera penciumannya.“Aku… tidur di sini?” gumamnya, nyaris tak percaya.Ia mencoba mengingat kejadian semalam. Ingatannya masih jelas, ia tertidur di sofa, bersandar dalam posisi duduk. Lalu… kenapa sekarang ia bangun di ranjang?Apa aku pindah sendiri? Tapi aku nggak mungkin setengah sadar bawa diri ke kasur, kan?P
“Aku kangen kamu.”Pipi Bella seketika merona merah mendengar pengakuan Julian tersebut. Bella merasakan jantungnya berdebar-debar kencang.Julian merindukannya? Benarkah? Apa ia tidak salah dengar?Bella menunduk untuk menghindari tatapan Julian yang sulit sekali diartikan. “A-Aku… aku mau ke apotek dulu. Kurasa kamu butuh obat penurun demam,” ucapnya dengan tergagap-gagap.Saat itu juga Bella berdiri dan hendak pergi ke apotek. Bella merasa ia butuh menghindari Julian beberapa saat untuk meredakan jantungnya yang tidak karuan.Namun, saat Bella akan berbalik pergi, tiba-tiba sebuah tangan menahan pergelangan tangannya, menggenggamnya erat hingga Bella urung untuk pergi.“Jangan pergi,” ucap Julian dengan suara yang terdengar agak lemah.Bella mengerjap. Julian tidak akan pernah tahu bahwa dua kata itu mempunyai efek yang begitu luar biasa bagi hati Bella. Meski begitu, Bella tetap meyakinkan diri bahwa Julian berkata demikian karena efek demam.“Temani aku di sini,” tambah Julian la
Kontrak telah berakhir.Seharusnya Bella senang karena telah putus dari hubungan kontrak antara dirinya dan Julian. Namun, entah mengapa Bella merasa ada sesuatu yang hilang dari hidupnya.Bella pikir, selama enam bulan mereka menjalani hubungan kontrak itu, tidak akan ada perasaan yang tumbuh di dalam hatinya untuk Julian.Namun ia salah. Nyatanya perasaan itu telah mengakar kuat di hatinya, entah sejak kapan.Kini setelah hubungan itu berakhir minggu lalu, Bella merasa dirinya merindukan kebersamaan mereka.Selama ‘berpacaran’ dengan Julian banyak sekali momen kebersamaan yang mereka lalui layaknya sepasang kekasih sungguhan. Ia begitu menikmati hubungan palsu itu. Hingga tanpa sadar Bella telah terjebak dalam pesona Julian yang tidak dapat ia pungkiri.Julian memberinya perhatian yang tidak pernah Bella dapatkan dari Alvin, meski Bella tahu Julian melakukan hal itu karena atas dasar kontrak. Namun Julian tampaknya tidak sadar,
Kai tersenyum sumringah pagi itu seolah-olah segala beban di pundaknya lenyap tak bersisa. Apa yang Kira lakukan padanya tadi malam berhasil membuat hati Kai bahagia.Kai bersiul sambil mengancingkan kemejanya di depan cermin. Lalu menyisir rambutnya hingga tertata rapi. Senyuman bahagia tak lepas dari bibirnya. Wajahnya berseri-seri.Kira yang memperhatikan tingkah Kai pagi ini hanya terkekeh sambil geleng-geleng kepala. Ia mendekati suaminya dan membantu mengikat dasi.“Kamu terlihat bahagia sekali, Mas,” komentar Kira sambil melirik Kai. Ia penasaran apa yang membuat Kai sampai sebahagia itu pagi ini.“Tentu saja, aku sangat bahagia.” Sudut-sudut bibir Kai terangkat tinggi membentuk senyuman menawan. “Kamu hebat semalam. Aku jadi nagih.”Kira tersenyum dengan pipi yang tiba-tiba terasa hangat. Entah mendapat keberanian dari mana tadi malam hingga ia bisa memuaskan suaminya dengan ‘cara lain’ lebih dari satu kali. Kira bersyukur karena sikapnya itu membuat Kai bahagia.“Ngomong-ngom
Kata-kata yang keluar dari bibir seksi Kira membuat saraf-saraf di sekujur tubuh Kai menegang.Kai memejamkan mata saat gerakan tangan istrinya begitu lembut hingga membuat tubuhnya panas dingin.Dua minggu tidak menyentuh istrinya membuat Kai kehausan dan kelaparan. Selama ini ia berusaha menahan diri untuk tidak meminta meski kehadiran Kira di dekatnya selalu membangkitkan gairahnya.Tanpa membuang-buang waktu, Kai menarik tengkuk Kira dan meraup bibir ranum yang tak bosan-bosan untuk ia cecap.Bibir itu terasa manis, lembut dan dingin, seperti es krim. Kai melumatnya dengan liar, membuat napas keduanya perlahan-lahan berubah memburu.Tangan Kira masih menyentuh sesuatu yang keras dan berdiri tegak yang masih terlindungi celana. Gerakan tangannya yang seduktif membuat Kai mengerang pelan dalam ciuman mereka.“Baby, jangan berhenti,” bisik Kai sebelum bibirnya turun ke leher Kira, menggigit dan menyesapnya hingga meninggalkan tanda merah di sana.Kira mengerang pelan. Erangan merduny
“Sayang, sepertinya mommy-mu sedang merajuk. Kamu tahu kenapa dia marah sama Daddy?” Kai berbicara pada Chloe, sementara yang diajak bicara hanya mengerjapkan mata jernihnya dan menggerak-gerakkan bibirnya.Chloe sedang direbahkan di atas kasur, dengan Kai yang berbaring miring di sebelahnya.“Hm? Apa?” Kai mendekatkan telinganya pada bibir bayi itu, yang jelas-jelas belum bisa bicara, tetapi Kai bertingkah seolah Chloe sedang menjawab pertanyaannya. “Ooh… karena hari ini Daddy meninggalkan kalian berdua di rumah?”Kira yang tengah berpura-pura sibuk merapikan sprai pada boks bayi–demi menghindari Kai, mendelik mendengar dugaan Kai bahwa ia merajuk gara-gara Kai yang meninggalkannya.Apa sungguh pria itu tidak peka bahwa Kira cemburu pada Camelia?“Baiklah, besok Daddy akan tetap diam di rumah menemani kamu dan mommy kamu, ya.” Kai berbisik di dekat telinga Chloe, tapi suaranya sengaja dibuat agak keras supaya tetap terdengar oleh Kira. “Bilang pada mommy, bahwa Daddy frustrasi kalau