Share

250. Keputusan

Penulis: Rosa Uchiyamana
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-19 17:25:36

“Mas, ini kamu sengaja mau buka toko di rumah, ya?” sindir Kira dengan mata melebar kala melihat bagasi dan kabin belakang mobil mereka yang nyaris tumpah oleh belanjaan bayi.

Kai yang baru saja menutup pintu bagasi hanya tertawa santai. “Kamu sendiri yang tadi bilang, ‘Lucu banget, Mas! Gemes!’ tiap lewat satu lorong.”

Kira mendengus sambil menyilangkan tangan di dada. “Aku bilang lucu, bukan berarti harus langsung dibeli semua, Pak Suami!”

Kai mendekatinya dengan langkah ringan. “Tapi aku lihat mata kamu berbinar tiap kali pegang barang-barang itu. Aku cuma ingin ngasih semua yang kamu dan bayi kita butuhkan.”

Kira memutar bola matanya, tapi senyumnya tidak bisa disembunyikan. “Sampai tisu basah aja beli lima merek, Mas. Katanya buat ‘dicoba mana yang paling cocok’. Memangnya pantat bayinya udah keluar?”

Kai mengangkat alis. “Namanya juga persiapan. Nanti kalau pantatnya keluar tapi tisu basahnya salah merek, kamu juga yang ngomel.”

Kira tertawa sampai menyandarkan diri ke sisi mobi
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   250. Keputusan

    “Mas, ini kamu sengaja mau buka toko di rumah, ya?” sindir Kira dengan mata melebar kala melihat bagasi dan kabin belakang mobil mereka yang nyaris tumpah oleh belanjaan bayi.Kai yang baru saja menutup pintu bagasi hanya tertawa santai. “Kamu sendiri yang tadi bilang, ‘Lucu banget, Mas! Gemes!’ tiap lewat satu lorong.”Kira mendengus sambil menyilangkan tangan di dada. “Aku bilang lucu, bukan berarti harus langsung dibeli semua, Pak Suami!”Kai mendekatinya dengan langkah ringan. “Tapi aku lihat mata kamu berbinar tiap kali pegang barang-barang itu. Aku cuma ingin ngasih semua yang kamu dan bayi kita butuhkan.”Kira memutar bola matanya, tapi senyumnya tidak bisa disembunyikan. “Sampai tisu basah aja beli lima merek, Mas. Katanya buat ‘dicoba mana yang paling cocok’. Memangnya pantat bayinya udah keluar?”Kai mengangkat alis. “Namanya juga persiapan. Nanti kalau pantatnya keluar tapi tisu basahnya salah merek, kamu juga yang ngomel.”Kira tertawa sampai menyandarkan diri ke sisi mobi

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   249. Kebahagiaan Calon Orang Tua

    Kira memperhatikan suaminya yang sedang sibuk mengobrol dengan seorang arsitek muda yang datang siang itu. Kai terlihat antusias, terlalu antusias bahkan. Tangannya bergerak lincah menunjuk ke arah dinding, lantai, dan sudut-sudut ruangan, sambil menjelaskan ide-idenya seolah ia sendiri adalah bagian dari tim desain.“Di bagian dinding sini aku mau wallpaper dengan motif awan atau balon udara, yang warnanya soft tapi tetap ceria. Terus lantainya pakai kayu, jangan yang terlalu licin. Dan… lemari pakaian bayi taruh di sebelah kiri pintu, biar aksesnya gampang,” ujar Kai bersemangat.Kira berdiri beberapa langkah di belakang, menyandarkan tubuh ke kusen pintu sambil menahan senyum. Perutnya sudah mulai terlihat sedikit membuncit, dan saat ini tangan kirinya secara refleks mengusapnya dengan lembut.Lucu, pikirnya. Sejak tahu ia hamil, Kai yang biasanya dingin dan kaku berubah jadi sosok yang nyaris tak bisa diam. Ada saja yang Kai pikirkan, dari merek bantal ibu hamil, sampai jenis kela

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   248. Pacar Kontrak

    Selama makan malam berlangsung, Bella merasa gugup dan canggung. Ia terjebak dalam situasi rumit akibat ulahnya sendiri. Beruntung ibunya Julian tidak banyak bertanya. Dia hanya bertanya hal-hal yang mendasar, seperti alamat rumah, pekerjaan dan sedikit tentang keluarga. Pertanyaan-pertanyaan itu tidak membuat Bella terganggu. Pukul sembilan malam, akhirnya acara makan malam pun selesai. Bella menghela napas lega. Ia dan Julian mengantar orang tuanya Julian ke depan restoran. “Julian, antar Bella sampai rumah. Pastikan dia benar-benar aman,” ucap sang ayah sebelum masuk ke dalam mobil. Julian mengangguk. “Baik, Yah.” “Ah, ngomong-ngomong,” ucap sang ibu yang mengurungkan niatnya untuk masuk ke mobil, ia menatap Bella sambil tersenyum. “Hari Kamis nanti, kamu ikut hadir di acara makan malam keluarga, ya, Bella.” Lantas ia menatap Julian. “Makan malam bulan ini diadakan di rumah kita, jadi jangan lupa bawa Bella juga.” Julian dan Bella saling tatap satu sama lain. Namun, belum sempa

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   247. Pura-Pura

    Untuk beberapa detik yang terasa seperti selamanya, dunia Julian mendadak hening. Matanya membelalak, tubuhnya membeku. Ia tidak tahu apa yang lebih mengejutkan, entah fakta bahwa Bella baru saja menciumnya di depan umum, atau bahwa ia… tidak menolaknya.Bibir Bella terasa lembut, penuh emosi yang tidak bisa Julian tafsirkan. Dan sebelum ia sempat berpikir untuk bereaksi, Bella sudah lebih dulu melepaskan ciuman itu, berdiri tegak dan menatap Alvin dengan penuh kemenangan.“Nah, kamu lihat sendiri kan?” ucap Bella dengan suara sedikit bergetar.Alvin terlihat terpukul, sorot matanya penuh kemarahan, dan terluka. Ia melirik tajam ke arah Julian, kemudian kembali menatap Bella. “Kamu keterlaluan,” katanya lirih, lalu berbalik dan pergi dengan langkah cepat, meninggalkan mereka berdua di koridor restoran.Begitu Alvin menghilang di balik pintu, Bella menghela napas panjang, panjang sekali, seolah baru saja selesai dari adegan drama teater. Ia masih memejamkan mata sejenak, berusaha menen

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   246. Dia Kekasihku!

    “Jadi, kapan kamu akan menikah?”“Bun, aku masih muda, belum lima puluh tahun. Aku masih belum ingin menikah,” jawab Julian sekenanya.Wanita yang duduk di hadapan Julian, yang tak lain adalah ibunya, berdecak lidah. “Kamu ini, masa mau nunggu usia lima puluh tahun dulu baru mau menikah?”Julian tidak menjawab. Ia memilih memasukkan desert ke dalam mulutnya. Hal paling malas saat makan malam dengan orang tuanya, yaitu saat ibunya terus mendesak Julian untuk segera menikah. Seperti malam ini.“Akhir pekan ini kamu ada acara?” tanya sang ibu sebelum meneguk minumannya dengan anggun. Sementara itu, ayah Julian hanya diam mendengarkan sambil menikmati makanannya.“Nggak ada. Kenapa gitu, Bun?”“Bunda mau ngenalin kamu sama anak Tante Yasmin. Namanya Cantika, dia masih berusia dua puluh lima tahun. Kamu tahu? Dia itu dokter muda, cantik dan baik. Kamu cocok bersanding dengannya,” ujar ibunya dengan antusias tanpa jeda.Julian menghentikan kunyahan di dalam mulutnya, lalu menghela napas pan

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   245. Kai VS Julian

    Selama diskusi berlangsung, Kai berusaha bersikap profesional di hadapan Julian. Namun, sorot matanya tidak bisa berbohong. Terkadang Kai menatap Julian dengan tajam saat teringat bahwa Julian sudah mengganggu aktifitas panasnya dengan Kira.Sesekali Kai mengusap wajah dengan kasar, dan sesekali ia memijat pelipis yang terasa berdenyut akibat gairah yang tidak tersalurkan.Julian tentu saja tidak menyadari apapun. Ia terus mempresentasikan laporan kemitraan rumah sakitnya dengan percaya diri. Namun, di sela presentasinya, ia sempat beberapa kali melirik Kai yang menatapnya seperti ingin melemparnya keluar dari jendela.Setelah hampir satu jam, Julian menutup laptopnya dan menyodorkan dokumen kerja sama.“Saya rasa itu cukup untuk pertemuan hari ini,” ucap Julian sambil tersenyum, ia bersikap formal, lalu berdiri. “Terima kasih untuk waktunya, Tuan Kaisar.”Kai menutup map di depannya dengan sedikit tenaga, hingga suara ‘bukk!’ terdengar cukup keras.“Rapat selesai,” ucap Kai singkat d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status